Oleh: Mochamad Fadlani Salam*
BANDUNGMU.COM — Segala puji bagi Allah SWT yang senantiasa mencurahkan kasih sayang-Nya kepada setiap makhlukNya di muka bumi ini.
Hanya dengan rahmat-Nya kita bisa merasakan nikmat iman dan nikmat Islam. Ditambah juga dengan nikmat-nikmat lainnya yang Allah anugerahkan. Maka dari itu, rasa syukur sudah sepantasnya kita wujudkan dalam kehidupan keseharian kita.
Dari sikap syukur kita ini tentu realisasinya harus senantiasa dapat menjadi penguatan ketakwaan kita kepada Allah SWT, yakni dengan menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya.
Dengan syukur dan takwa, kita akan menjadi pribadi yang senantiasa diberi perlindungan dan petunjuk oleh Allah SWT dalam mengarungi samudera kehidupan di dunia agar bisa terus menjalankan misi utama kehidupan ini yakni beribadah kepada Allah SWT.
Syukur dan takwa merupakan dua tujuan di antara tujuan-tujuan yang harus didapatkan oleh orang yang menjalankan ibadah di bulan Ramadan.
Hal ini bisa kita perhatikan dalam ujung ayat perintah saum Ramadan dalam QS Al-Baqarah [2] ayat 183 yakni “la’allakum tattaquun” (agar kalian bertakwa) dan di ujung ayat QS Al-Baqarah [2] ayat 185 yakni “wa la’allakum tasykuruun” (agar kalian bersyukur).
Bagi seorang muslim yang memahami betul akan keutamaan Ramadan, maka Ramadan akan dijadikan momentum intensifnya kegiatan ibadah yang dilakukan, baik dari sisi kualitas maupun kuantitasnya.
Frekuensi ibadah menjadi dominan di bulan mulia tersebut. Semangat beramal akan senantiasa ditampakkan.
Ramadan menjadi bulan tarbiah (pendidikan) untuk mendidik jasmani dan rohani kita semua sebagai umat Islam agar menjadi pribadi yang senantiasa dekat dengan Allah SWT, Rabb Tuhan Semesta Alam.
Maka dari itu, selanjutnya sebagai seorang muslim, mari kita jawab pertanyaan berikut. Bagaimana kondisi beribadah kita bakda Ramadan? Apakah kita mampu mempertahankan kualitas dan kuantitas ibadah kita?
Apakah bakda Ramadan ada peningkatan atau malah terjadi penurunan? Atau dengan ibadah yang seadanya? Apakah takwa, sebagai buah dari perintah saum Ramadan, sudah kita rasakan dalam diri kita?
Tentu pertanyaan-pertanyaan tersebut hanya bisa dijawab oleh diri kita sendiri sebagai bahan muhasabah diri agar spirit ibadah kita tidak mengalami penurunan bakda Ramadan, baik seara kualitas maupun kuantitas.
Melalui tulisan ini, saya mengajak kepada semua pembaca, mari kita untuk melihat kembali lintasan perjalanan ibadah kita, khususnya di bulan Ramadan yang lalu.
Tiada lain di antaranya untuk menjadi spirit dan motivasi kita agar bakda Ramadan ibadah kita itu bisa kita tingkatkan. Jika belum bisa ditingkatkan, minimal frekuensinya sama seperti saat masih di Ramadan.
Sikap yang demikian itu merupakan bagian dari sikap bermuhasabah. Allah SWT memerintahkan muhasabah ini kepada orang-orang yang beriman dan yang ingin meraih takwa, misalnya bisa kita lihat dalam QS Al-Hasyr [59] ayat 18:
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.”
Inilah poin pertama, cara untuk menjaga spirit beribadah bakda Ramadan. Maka dari itu, muhasabah ini sangat penting karena muhasabah merupakan upaya untuk bisa menjaga spirit beribadah bakda Ramadan.
Dengan bermuhasabah, kita bisa memperhatikan aspek kualitas dan kuantitasnya dari dua segi, yakni batiniah (hati) dan lahiriah (anggota badan).
Yang dimaksud dari segi batiniah yakni perkara menjaga niat, apakah sudah ikhlas karena Allah SWT atau belum. Adapun dari segi lahiriah yakni praktik amalan ibadah yang kita lakukan, apakah kaifiahnya sudah berusaha mendekati sesuai dengan apa yang Rasulullah SAW contohkan atau belum.
Bahkan, kuantitasnya juga apakah kita merasa cukup dengan amalan yang wajib. Yang mana belum tentu juga amalan tersebut Allah SWT terima.
Padahal, kalau kita pahami, betapa banyak keutamaan amalan-amalan sunah yang bisa menjadi penutup kekurangan amalan yang wajib. Maka, sudah seringkah kita mengerjakan amalan-amalan yang sunah? Atau malah sering kita abaikan?
Singkatnya, muhasabah pada sisi lahiriah juga bisa kita sikapi sebelum kita beramal, ketika melakukan amal, dan setelah selesai beramal. Baik amalan secara vertikal (hablum minalllah) maupun amalan secara horizontal (hablum minan-naas).
Selain itu, kita juga bisa lebih jauh lagi melakukan muhasabah ini yakni untuk kehidupan nanti yang kekal, yaitu kehidupan kedua, setelah melalui fase terjadinya kematian (alam barzakh).
Kondisi kehidupan kita saat ini akan sangat mempengaruhi kepada kondisi kehidupan kita selanjutnya.
Kita pernah diingatkan dalam salah satu hadis Nabi SAW bahwa amal-amalan kita itu bukan variabel utama untuk bisa memasukkan kita ke dalam surga. Yang utama di sini adalah rahmat Allah SWT.
Namun, justru jika kita pahami lebih lanjut, ternyata ada korelasinya antara amal dan rahmat Allah SWT ini. Seseorang yang bisa beramal, bisa beribadah dengan baik (ikhlas) dan benar (sesuai tuntunan sunah Rasulullah SAW), itu juga karena rahmat Allah SWT.
Selanjutnya, poin yang kedua, upaya untuk menjaga spirit beribadah bakda Ramadan yaitu bermujahadah.
Mujahadah artinya bersungguh-sungguh dalam berjuang untuk mempertahankan tren positif beribadah dalam pola kegiatan yang ada di bulan Ramadan.
Perjuangan dalam bermujahadah ini tentu bukan berarti tanpa tantangan, hambatan, dan ujian. Oleh karenanya, kita harus memiliki tekad yang kuat dan benar agar hambatan dan tantangan yang bisa menurunkan semangat beribadah, bisa kita tepis dan kalahkan.
Allah SWT telah memberikan motivasi pada orang yang bersungguh-sungguh dalam berjuang sebagaimana digambarkan dalam QS Al-Ankabut [29] ayat 69.
”Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik.”
Rasulullah SAW juga memotivasi dalam hadis yang diriwayatkan oleh Imam Muslim Nomor 1302 dari Aisyah RA bahwa Rasulullah SAW bersabda:
“Sesungguhnya amalan yang paling disukai Allah adalah amalan yang dikerjakan secara terus-menerus meskipun sedikit.”
Demikianlah dua cara yang bisa kita lakukan dalam menjaga spirit beribadah bakda Ramadan, yaitu muhasabah dan mujahadah. Semoga kita diberi kemudahan dan kekuatan oleh Allah SWT untuk bisa mengamalkannya. Amin ya rabbal ‘alamin.
*Ketua PC Muhammadiyah Cilengkrang dan Ketua LPH-KHT PW Muhammaadiyah Jawa Barat