Oleh: Fatmawati, S.IP., M.AP.*
BANDUNGMU.COM – Golput adalah singkatan dari golongan putih yang merupakan istilah dalam politik Indonesia yang merujuk pada pemilih yang memilih untuk tidak menggunakan hak pilihnya dalam pemilihan umum, dengan sengaja tidak memberikan suara atau tidak datang ke tempat pemungutan suara sama sekali.
Pertanyaan apakah golput itu baik atau tidak dapat menjadi kontroversial. Beberapa orang berpendapat bahwa golput bisa dianggap sebagai bentuk protes terhadap sistem politik yang ada atau ketidakpuasan terhadap pilihan politik yang ada.
Orang yang memilih golput dianggap sebagai golongan netral yang tidak mendukung kandidat mana pun.
Sementara argumentasi bahwa partisipasi dalam pemilihan adalah hak dan tanggung jawab warga negara.
Sehingga jika momentum pemilihan tidak dimanfaatkan dengan baik, maka sangat disayangkan.
Akan tetapi, keputusan bergantung pada pandangan pribadi dan keyakinan politik masing-masing individu. Berpartisipasi atau golput, inilah yang disebut sikap politik.
Sikap politik ini dapat bervariasi bergantung pada nilai, keyakinan, dan pemahaman mereka terhadap isu-isu politik.
Akan tetapi, memang seharusnya anak muda diharapkan terlibat secara aktif dalam proses politik, melakukan riset tentang isu-isu penting, dan menyuarakan pendapat mereka melalui partisipasi dalam pemilihan atau kegiatan politik lainnya.
Penting untuk membentuk pandangan politik berdasarkan informasi yang akurat dan mendukung nilai-nilai kewarganegaraan.
Dalam memontum bersejarah seperti pemilu 2024 ini, banyak ruang bagi siapa pun itu untuk berkontribusi, baik sebagai penyelenggara pemilu, pengawas pemilu, tim sukses, hingga menggunakan hak politiknya untuk dipilih atau memilih.
Bagaimana dengan Muhammadiyah? Tantangan politik Muhammadiyah abad kedua ini juga tak kalah kompleksnya.
Dalam hal ini, Muhammadiyah harus berkontribusi nyata dalam hal politik dengan menunjukkan cara berpolitik yang beradab dan menjunjung etika.
Muhammadiyah diharapkan mampu mempersiapkan kader-kader terbaiknya untuk disumbangkan kepada negara sebagai upaya menyelesaikan berbagai macam persoalan bangsa termasuk memerangi korupsi, kecurangan, dan minus etika.
Muhammadiyah sebagai the biggest islamic organization merupakan ormas Islam yang nyaris tiada tandingan dalam hal amal usaha, sangat kaya dan luar biasa, namun agaknya masih kurang dalam praktek politik.
Oleh karena itu, tentu diperlukan ijtihad politik kekinian. Bukan menjadikan Muhammadiyah sebagai partai politik.
Namun, reposisioning gerakan politik Muhammadiyah di Indonesia sehingga Muhammadiyah dapat benar-benar berkontribusi secara nasional maupun internasional menghadapi berbagai masalah kemungkaran sosial.
Ijtihad politik Muhammadiyah senantiasa perlu diperbarui, dirumuskan kembali, mengingat bahwa warga Muhammadiyah juga susah terhindar untuk tidak berpolitik.
Ijtihad yang paling mendesak untuk dilakukan adalah membangun kesadaran kolektif warga Muhammadiyah bahwa politik itu sama mulianya dengan kontribusi di bidang pendidikan, kesehatan, dan lain-lain.
Tanpa sikap seperti ini, substansi apa pun dalam kaitannya dengan masalah politik hanya akan mendatangkan perdebatan panjang tanpa mampu menghasilkan keputusan terbaik.
Termasuk di dalam kesadaran kolektif ini adalah pemahaman bahwa berpolitik itu tidak identik dengan mendirikan partai politik.
Walaupun bukan berarti tidak boleh. Muhammadiyah boleh dan saya yakin sanggup jika hanya mendirikan parpol.
Muhammadiyah perlu memastikan bahwa seluruh warganya tidak golput. Karena bagaimanapun juga golput akan menyebabkan kerugian dalam beberapa hal.
Pertama, mengakibatkan terpilihnya pemimpin yang tidak berkualitas atau tidak memperhatikan kebutuhan masyarakat sehingga berdampak negatif pada kemajuan sosial dan kesejahteraan masyarakat.
Kedua, partisipasi yang rendah dapat meningkatkan risiko manipulasi atau kecurangan dalam proses pemilihan umum. Para pemimpin atau partai politik yang tidak bertanggung jawab mungkin mencoba memanfaatkan situasi ini untuk kepentingan mereka sendiri.
Penting untuk dipahami bahwa setiap reposisi yang bersifat politis harus dilakukan dengan uji tuntas, dengan mengingat sejarah organisasi, prinsip-prinsip, dan beragam perspektif anggotanya.
Dialog yang terbuka dan saling menghormati akan sangat penting dalam mengarahkan perubahan apa pun dalam keterlibatan politik Muhammadiyah.
Partisipasi politik dari warga Muhammadiyah dapat memengaruhi arah politik secara keseluruhan.
Dengan mengajak warganya untuk tidak golput, Muhammadiyah dapat mengarahkan suara politik mereka ke arah yang dianggap sesuai dengan nilai-nilai dan agenda organisasi.
Partisipasi politik dapat menjadi sarana untuk mewujudkan kesejahteraan sosial dengan memilih pemimpin dan kebijakan yang dianggap mendukung tujuan organisasi dan tujuan bernegara.
*Penulis adalah dosen Universitas Muhammadiyah Bandung