Oleh: FERI ANUGRAH — kader muda Muhammadiyah dan pernah jadi kuli naskah di beberapa penerbit di Bandung
BANDUNGMU.COM — Soal bisa dan lancar membaca Al Quran itu merupakan perkara yang tidak boleh lagi ditawar. Khususnya warga Muhammadiyah atau siapapun yang mengabdi di amal usaha Muhammadiyah (AUM) lancar membaca Al Quran sebuah keharusan.
Kenapa ini penting? Bisa dan lancar membaca Al Quran merupakan dasar kita sebagai muslim. Bagaimana akan bisa merenungi dan mengamalkan Al Quran dengan baik kalau membacanya saja tidak bisa. Bagaimana pula kita akan berkhidmat di Muhammadiyah dengan mantap kalau dengan Al Quran saja tidak akrab dan rajin membacanya.
Saya kira belum menjadi warga Muhammadiyah yang baik kalau tidak mau berusaha belajar Al Quran kemudian rutin membacanya setiap hari. Minimal setelah shalat magrib atau menjelang shalat subuh–bisa juga di waktu lain.
Oleh karena itu, setiap muslim bisa dan lancar membaca Al Quran merupakan konsep yang ideal. Terlebih lagi bagi warga Muhammadiyah.
Bagaimana dengan warga Muhammadiyah yang belum bisa membaca Al Quran? Ini menjadi lahan dan garapan dakwah para guru atau ustad di Muhammadiyah. Warga Muhammadiyah yang belum bisa dan lancar membaca Al Quran jangan dibiarkan, jangan pula dirisak, tetapi mereka harus dirangkul dan dibimbing dengan perlahan-lahan.
Merasa belum bisa membaca Al Quran, belum lancar membaca Al Quran dengan baik, kemudian diam saja tanpa mau berusaha belajar, itu merupakan perbuatan yang kurang baik. Belajar tidak ada batas waktunya, termasuk belajar membaca Al Quran. Membiarkan diri dalam ketidaklancaran membaca Al Quran itu sebuah bencana.
Sebaliknya, siapa saja yang paham tentang cara membaca Al Quran kemudian membiarkan mereka yang tidak bisa membaca Al Quran, itu juga sama dengan bencana. Membiarkan orang yang berada dalam kegelapan merupakan tindakan egois.
Oleh karena itu, warga Muhammadiyah yang tidak bisa membaca Al Quran jangan diam saja, tetapi harus ikhtiar dan belajar agar bisa. Guru atau warga Muhammadiyah yang bisa dan paham membaca Al Quran sejatinya mengajari mereka yang tidak bisa membaca Al Quran.
Dari mana KH Ahmad Dahlan dapat inspirasi mendirikan Muhammadiyah yang hari ini sangat luar biasa? Ya dari Al Quran–dan tentu saja sambil melihat fenomena sosial di masyarakat.
Kita juga akan mendapatkan inspirasi dalam kehidupan kalau akrab dengan Al Quran. Keakraban itu akan mulai bisa dirasakan kalau kita rajin membaca Al Quran. Akan lebih baik lagi kalau dilanjutkan dengan membaca terjemahnya, tafsirnya, kemudian diamalkan dengan baik.
Jika hal seperti itu yang dilakukan dengan hati yang ikhlas, saya yakin Muhammadiyah akan semakin maju lagi dan penuh berkah karena para warganya selalu membaca Al Quran.
Persoalan membaca Al Quran, meski terlihat dan terdengar sepele, tapi minimal bagi saya, itu bukan sesuatu yang remeh karena menyangkut identitas kita sebagai umat Islam khususnya warga Muhammadiyah.
Oleh karena itu, tidak ada kata terlambat untuk terus memperbaiki kualitas bacaan Al Quran kita. Bahkan orang yang belum lancar membaca Al Quran justru harus gembira karena pahalanya lebih banyak dibandingkan dengan orang yang lancar membaca Al Quran.
Orang yang belum lancar membaca Al Quran akan terbata-bata dan cenderung mengulang-ulang huruf yang sama. Sedangkan membaca satu huruf saja berpahala satu kebaikan. Mereka akan mengulang-ulang huruf yang sama sehingga pahalanya otomatis berlipat-lipat.
Kita boleh diskusi sehebat apapun, boleh berdebat sekeras apa pun, tetapi kalau tidak dibarengi dengan ikhtiar membaca Al Quran dan merutinkannya, rasanya apa yang kita lakukan kurang sempurna. Bahkan akan terasa hambar. Nilai spiritualnya hilang.
Jadi, jangan lupakan ngaji ya, ngaji Al Quran maksudnya. Mari kita sama-sama belajar.***