BANDUNGMU.COM — Salah satu puasa sunah yang masyru’ selain puasa Daud dan puasa Senin dan Kamis ialah puasa enam hari di bulan Syawal atau yang biasa disebut puasa Syawal.
Dasar puasa sunah ini berdasarkan hadis di bawah ini:
Dari Abi Suhail ibnu Malik, dari ayahnya (diriwayatkan bahwa), ia telah mendengar Thalhah ibnu Ubaidillah mengatakan bahwa seorang lelaki dari penduduk Najd datang kepada Rasulullah SAW dengan rambut meremang.
Tidak terdengar gema suaranya dan tidak diketahui apa yang ia katakan sampai ia mendekat. Kemudian ternyata ia bertanya tentang Islam.
Rasulullah SAW menjawab, “Lima salat sehari semalam.” Lalu ia bertanya lagi, “Apakah ada kewajiban lain atas diriku selain itu?” Rasulullah SAW menjawab, “Tidak, kecuali engkau kerjakan amalan sunah,” kemudian beliau menjelaskan lagi, “dan puasa Ramadan.”
Orang itu bertanya lagi, “Apakah ada kewajiban lain atasku selain (puasa Ramadan) itu?” Nabi SAW menjawab, “Tidak ada, kecuali engkau kerjakan amalan sunah.” (HR Bukhari, Muslim, Abu Daud, An-Nasa’i, Ahmad, Malik, dan Ad-Darimi).
Anjuran untuk melaksanakan puasa Syawal berdasarkan hadis, “Barang siapa sudah melakukan puasa Ramadan, kemudian menambahkan dengan puasa enam hari di bulan Syawal, seolah-olah ia telah melaksanakan puasa sepanjang masa.” (HR jama’ah ahli hadis selain dan An-Nasai).
Mengenai tata cara puasa sunnah Syawal, Majelis Tarjih Muhammadiyah membolehkan dilakukan berurutan langsung enam hari atau acak.
Dengan kata lain, puasa Syawal dilaksanakan antara tanggal 2 sampai dengan 30 Syawal dan cara pelaksanaannya bisa dengan berturut-turut atau secara terpisah-pisah.
Tiga keutamaan puasa sunah
Pertama, puasa sunah dapat menjadi perisai dari api neraka.
Dari Abi Said Al-Khudri (diriwayatkan bahwa) ia berkata, “Saya pernah mendengar Rasulullah SAW bersabda, ‘Barang siapa berpuasa pada suatu hari di jalan Allah, maka Allah akan menjauhkannya dari api neraka selama 70 tahun.’” (HR Bukhari, Muslim, At-Tirmidzi, An-Nasai, Ahmad, Ad-Darimi, dan Ibnu Majah).
Kedua, malaikat selalu berselawat atas orang yang berpuasa.
Dari Umi Umarah binti Ka’ab bahwa Nabi SAW pernah mendatanginya, lalu Umarah meminta makanan untuk dihidangkan kepada beliau, maka Nabi SAW bersabda kepadanya, “Silakan engkau juga makan.” Umi Umarah menjawab, “Saya berpuasa.”
Kemudian Nabi SAW bersabda, “Sesungguhnya orang berpuasa apabila ada perjamuan makan padanya, malaikat akan memberi selawat kepadanya sampai perjamuan tersebut selesai (atau menurut lafal lain sampai mereka selesai makan).” (HR At-Tirmidzi, Ahmad, Ibnu Majah, dan Ad-Darimi).
Ketiga, puasa sunah dapat menghapus dosa.
Dari Abi Qatadah, dari Nabi SAW (diriwayatkan bahwa), ia berkata bahwa ada seseorang bertanya kepada Nabi SAW, “Bagaimana pendapat engkau tentang puasa Arafah?”
Nabi SAW menjawab, “Puasa Arafah itu dapat menghapus dosa setahun yang lalu dan yang tersisa.” Kemudian orang tadi bertanya lagi, “Bagaimana tentang puasa Asyura?” Nabi SAW menjawab, “Puasa Asyura dapat menghapus dosa yang telah lalu.” (HR Ahmad).***
___
Sumber: muhammadiyah.or.id
Editor: FA