BANDUNGMU.COM – Menjadi petani bukan sebuah aib apalagi sebuah pekerjaan yang hina. Semua orang sejatinya berterima kasih kepada petani karena berkat kerja kerasnya kita bisa makan dengan enak tanpa susah payah menanam sendiri di kebun.
Bagaimana Islam memandang petani? Dilansir Bandungmu dari Republika Online, sesungguhnya Islam menghormati orang yang bertani dan berkebun karena hasil bercocok tanam bermanfaat bagi siapa saja yang memakannya.
Dalam sabda Rasulullah, hasil bercocok tanam yang dimakan manusia ataupun hewan bernilai sedekah bagi orang yang bercocok tanam itu.
Dari Jabir bin Abdullah, Rasulullah menemui Ummu Mubasyir Al-Anshariyah di kebun kurma miliknya. Lantas Rasulullah bersabda kepadanya, ”Siapakah yang menanam pohon kurma ini? Apakah ia seorang muslim atau kafir?” Ummu Mubasyir Al Anshariyah menjawab, ”Seorang Muslim.”
Kemudian Rasulullah bersabda, ”Tidaklah seorang muslim yang menanam pohon atau menanam tanaman (bercocok tanam) lalu tanaman tersebut dimakan oleh manusia, binatang melata, atau sesuatu yang lain, kecuali hal itu bernilai sedekah untuknya.” (HR Muslim)
Diriwayatkan dari Jabir bin Abdullah RA, Rasulullah bersabda, ”Tidaklah seorang muslim yang bercocok tanam, kecuali setiap tanamannya yang dimakannya bernilai sedekah baginya, apa yang dicuri orang darinya menjadi sedekah baginya, apa yang dimakan binatang liar menjadi sedekah baginya, apa yang dimakan burung menjadi sedekah baginya, dan tidaklah seseorang mengambil darinya melainkah itu menjadi sedekah baginya.” (HR Muslim)
Hadis ini menunjukan bahwa agama Islam sangat menghormati profesi petani yang bertani atau berkebun. Islam tidak melupakan jasa mereka yang bercocok tanam sehingga hasil bertani atau berkebunnya dapat bermanfaat bagi kehidupan manusia dan hewan.