BANDUNGMU.COM — Islam adalah agama yang mendorong pemeluknya untuk senantiasa berdakwah sesuai dengan kemampuan setiap individu. Meskipun yang disampaikan hanya satu ayat, ballighu ‘anni walau ayah, tetapi bukan berarti dakwah hanya menyampaikan tentang larangan-larangan saja.
Ketua Lembaga Dakwah Khusus (LDK) Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Muhammad Ziyad, menyebut dalam berdakwah isinya bukan hanya larangan-larangan saja sebab dakwah adalah menyampaikan ajaran Islam. Sementara ajaran Islam isinya bukan hanya sebatas larangan, melainkan berisi banyak hal.
Oleh karena itu, Ziyad mengimbau lebih-lebih kepada juru dakwah Muhammadiyah untuk memperkuat literasi Alquran. Hal itu dimaksudkan supaya konten dakwah yang dilakukan oleh juru dakwah dan muslim secara umum bisa lebih atraktif dan mampu membuat daya tarik kepada Islam sehingga dakwah isinya bukan hanya larangan-larangan.
“Dakwah dalam agama itu tidak boleh tasyaddud dan tasahul. Tasyaddud itu terlalu kencang–keras sehingga semuanya itu serba tidak boleh dan hanya dirinya yang boleh,” ungkapnya pada acara Resepsi Milad ke-109 Muhammadiyah yang diadakan PWM Kalimantan Timur, Sabtu (11/12/2021) kemarin.
Termasuk dalam aktivitas beragama, kata Ziyad, tidak boleh tasyaddud (memberat-beratkan) urusan lebih-lebih urusan fiqih sehingga urusan-urusan furu’ (cabang) tidak menjadi perbedaan yang tajam dan memicu perpecahan. Misalnya hanya karena urusan tidak tumbuhnya jenggot, dianggap sebagai penghuni neraka.
“Fikih adalah pandangannya harus luas dan luwes, yakni luas dalam berpandangan muqaranah mazahib (ilmu tentang perbandingan madzab-madzab hukum Islam) dan luwes dalam menentukan sikap,” tegasnya.
Namun di sisi lain, dalam beragama juga tidak boleh ber-tasahul atau semua serba boleh. Padahal agama memberikan jalan kemudahan, tetapi tidak boleh memudah-mudahkan. Dalam hal itu, Muhammadiyah mencontohkan penetapan fatwa tentang pandemi covid-19.
“Sementara waktu karena pandemi salatnya di rumah dulu karena ada wabah. Ketika salat di rumah itu juga sunnah, sunnah dharuriyah. Ketika kondisi normal, maka kemudian di masjid itu juga sunnah mandubah, jadi jangan dipertentangkan,” ungkap Ziyad.
Menurut Ziyad, pandemi covid-19 ini menjadi fenomena yang membantu mengungkap pencerahan dalam agama yang selama ini tertutup. Mengutip Ibnu Taimiyah, Ziyad menyebut agama itu shalihun likulli zaman wa makan atau agama Islam itu bersesuaian–beradaptasi sesuai dengan kondisi ruang dan waktu.***
[Editor: Feri Anugrah / Sumber: Muhammadiyah.or.id.]













