PMB Uhamka
Opini

Ajaran Islam Orisinal: Berpikir Kritis dan Meneliti

×

Ajaran Islam Orisinal: Berpikir Kritis dan Meneliti

Sebarkan artikel ini

OLEH: ACE SOMANTRI — Dosen Universitas Muhammadiyah Bandung

BANDUNGMU.COM — Ajaran Islam sebagai ajaran yang menyelamatkan manusia sebenarnya diturunkan sejak Nabi Adam diciptakan. Semua tata aturan ada di alam semesta. Tahapan demi tahapan ajaran Allah SWT diturunkan melalui nabi-nabi selanjutnya.

Berbagai macam aktivitas manusia semua ada aturannya, tidak ada satu pun aturan untuk alam semesta dan isinya termasuk juga manusia yang tertinggal. Allah SWT Maha Mengetahui tanpa kecuali. Salah besar bagi manusia yang berpendapat bahwa ajaran Islam terbelakang dan diidentikan manusia gurun.

Ilmu dan pengetahuan yang dimiliki manusia tidak akan jauh dari 0,001 persen. Sekalipun persentase tersebut sangat kecil, faktanya manusia sudah banyak melakukan kreasi dan inovasi.

Penyakit sombong

Namun sangat disayangkan karena sikap dan perilakunya tidak sedikit manusia dengan karyanya yang masih sedikit itu sudah sombong dan takabur. Mereka sudah merasa hebat dan luar biasa. Padahal biasa-biasa saja, tidak ada yang istimewa. Bahkan jauh dari kata luar biasa.

Baca Juga:  Mutu Amal Usaha Muhamadiyah Ada di Kepuasan Pelanggan

Islam merupakan ajaran yang diturunkan sempurna tanpa ada kekurangan di dalamnya. Ada yang salam di alam Islam itu sangat tidak mungkin.

Yang kurang dan salah ada pada manusia itu sendiri. Pasalnya mereka hanya menerjemahkan, memahami, dan mengaplikasikan berdasarkan apa-apa yang dipahami dari hasil explanation (penjelasan) dengan berbagai pendekatan disiplin ilmu.

Jadi, sangat mungkin hasilnya tidak sempurna, bahkan bisa saja salah. Di situlah peranan akal difungsikan secara optimal untuk mengungkap banyak hal.

Bukan hanya beban berat dan tanggung jawab semata, mengoptimalkan potensi akal akan menjadi amal saleh yang memberikan tambahan timbangan kebaikan. Kemampuan akal akan membuat lebih akseleratif membuka tabir misteri ajaran Islam yang belum dipahami secara tekstual ataupun kontekstual sepenuhnya.

Kemampuan akal manusia menjadi alat (tools) untuk meningkatkan kualitas berpikir sehingga mampu melahirkan gagasan genuine dalam bentuk karya yang menjadi kekayaan sebuah peradaban.

Semakin akal berfungsi lebih kritis, semakin meningkat kualitas karya manusia. Allah SWT tidak semata-mata memberikan akal pada manusia kecuali untuk difungsikan sebagaimana mestinya. Akal bukan untuk disimpan sebagai hiasan dalam kepala.

Baca Juga:  Tahun Baru, Harapan Baru

Berpikir kritis merupakan perintah ajaran Islam dan bentuk syukur kepada Allah SWT. Dengan akan itulah manusia terus-menerus akan menjadi penyeimbang dan penyelamat alam semesta.

Inspirasi Al-Alaq

Sebagaimana surah Al-Alaq menegaskan: “Bacalah dengan menyebut nama Rabb-mu!” Perintah tersebut tiada lain menuntut manusia untuk terus berpikir kritis sesuai dengan kadar ilmu dan pengetahuannya.

Bagi orang yang berpendidikan tinggi, pendekatan membacanya lebih sistematis dan terstruktur dengan cara mengeksplanasi ayat-ayat Allah yang tertulis ataupun yang tidak tertulis untuk mengungkap makna, maksud, dan tujuan dari setiap kata dan kalimat ayat tersebut.

Perintah surah Al-Alaq ayat pertama, yakni perintah meriset atau meneliti untuk mengungkap fakta dan realitas ayat qauliyah (teks) dan qauniyah (alam semesta).

Jadi, bagi dunia pendidikan, kegiatan meneliti dengan berbagai cara bukan hanya beban sebagai pengajar, melainkan perintah bagi setiap muslim yang berpikir kritis.

Jika hanya berhenti membaca secara tekstual dan literal, rasanya sulit untuk menciptakan kemajuan dan susah meningkatan karya berkualitas untuk peradaban.

Baca Juga:  Puasa Sebagai Kesempatan Mendidik Kesehatan Jiwa dan Jasad

Silakan penelitian atau riset dilakukan dengan berbagai cara yang sudah disepakati karena yang penting mampu mengungkap makna dan memberikan solusi.

Bukan memaksa dengan cara ini dan itu, apalagi melanggar kaidah-kaidah ajaran Islam. Cendekiawan muslim berabad-abad yang lalu banyak melahirkan berbagai karya dan menghadirkan solusi.

Mereka di antaranya adalah Ibnu Sina, Al-Farabi, Al-Jabar, Al-khawarizmi Al-Kindi, dan ribuan ilmuwan muslim lainnya yang mampu membangun peradaban dunia.

Semua kesuksesan mereka berangkat dari pemahaman mereka terhadap ayat-ayat Allah SWT. Mereka kemudian mengungkap fakta alam semesta dengan berbagai cara dan metode.

Kemerdekaan berpikir untuk membuka cara dan metode yang sederhana dan efektif akan cepat mengungkap fakta. Mazhab penelitian yang lahir itu sebagai referensi.

Hal yang paling penting yakni bagaimana umat Islam terus-menerus mengeksplanasi ayat demi ayat secara ilmiah hingga sampai pada makna sebenarnya dan mendekati kehendak-Nya.***

PMB Uhamka