BANDUNGMU.COM – Saat ini kita hidup di dunia yang sudah terkoneksi melalui berbagai jaringan. Saluran yang paling banyak dipakai adalah media sosial (medsos).
Pernah enggak kita berpikir, ketika sebuah data kita posting ya, baik itu di watshapp atau medsos yang lain, sebenarnya data tersebut akhirnya tersimpan di mana?
”Akhirnya ya ke server. Kalau misalkan kita instal facebook atau instagram, kemudian bikin suatu postingan, maka postingan itu akan disimpan di server facebook atau instagram tersebut. Ada istilah server, ada istilah client. Jadi, kalau server sesuai dengan namanya berarti dia itu sebenarnya hanya pelayan, menyervis. Nah, kalau yang client itu adalah pengguna,” kata Kaprodi Teknik Elektro UMBandung, Jaya Kuncara, dalam Kajian Bakda Jumat LPPAIK UMBandung, Jumat 05 Februari 2021.
Kajian rutin yang dipandu Kepala Bagian Akademik UMBandung, Ahmad Rifai, ini mengupas bagaimana keamanan data yang kita posting atau simpan di media sosial masing-masing.
Menurut Jaya Kuncara, data yang ada di server medsos terbilang aman. Meskipun kita juga harus tetap hati-hati karena masih ada celah untuk oknum tidak bertanggung jawab memainkan akun kita. Bahkan akun pengguna itu bisa dijual.
”Kalau yang saya tahu, misalkan facebook itu enggak berhak mengklaim bahwa ini dan itu punya saya meskipun saya yang posting. Aturannya seperti itu. Pernah pada 2019 kalau enggak salah, facebook itu dituntut karena menjual akun sampai 5 juta US dollar atau 70 triliun. Kalau secara sistem, dia enggak mungkin seperti itu. Jadi, secara sistem aman. Namun, masih ada celah,” lanjut Jaya Kuncara.
Saat pandemi covid-19 sekarang, semua orang mulai bergeser dari nyata ke visual atau digital. Sementara hampir seluruh orang, umat muslim khususnya, menyimpan data di Drive, terus ada lagi Onedrive, dan seterusnya, kemungkinan terkoneksi dengan google.
Di dalamnya juga pasti ada riset tentang umat islam, ada riset ekonomi Islam, dan lain sebagainya. Kira-kira seratus persen amankah data kita ada di situ?
”Sebenarnya balik lagi ya kalau kita membicarakan cybersecurity atau cybernetwork, kalau kita menyimpan data di jaringan, pasti ada sisi enggak amannya. Yang amannya ya kita backup di local penyimpanan kita,” lanjut Jaya Kuncara.
Muhammadiyah Harus Punya Data Center?
Sejatinya kalau Muhammadiyah mengembangkan pusat data atau punya aplikasi sendiri seperti Turki yang informasinya akan membuat watshapp versi mereka, sebenarnya juga bisa saja. Sayaratnya harus ada infrastruktur.
”Kalau jaringan ya pakai jaringan yang sudah ada sebenarnya enggak masalah. Terus dia harus punya, kalau saya sih, lebih ke data center. Data center itu komputer-komputer server. Jadi, data-data itu nantinya data disimpan di situ,” kata Jaya Kuncara.
Akan seperti apakah besarnya data center tersebut? Hal itu bergantung kepada kebutuhan.
”Menghitungnya itu misalkan untuk 178 PTM butuhnya apa. Misalnya, dia butuh untuk ngirim materi perkuliahan, satu materi perkuliahan itu berapa, misalkan 5 mega, sudah dikalikan saja,” ucapnya.
Bersambung ke bagian 2