PMB Uhamka
News

Edukasi dan Pemahaman Yang Baik Bahaya NAPZA Penting Untuk Generasi Muda

×

Edukasi dan Pemahaman Yang Baik Bahaya NAPZA Penting Untuk Generasi Muda

Sebarkan artikel ini

BANDUNGMU.COM, Bandung – Prodi Bioteknologi UM Bandung bekerja sama dengan SMP Cendekia Muda mengadakan edukasi bertema “Pengaruh Zat Adiktif (NAPZA) pada Kesehatan” di Ruang Lantai Dua kampus ini pada Selasa (19/11/2024).

Dalam kegiatan ini, Kaprodi Bioteknologi UM Bandung Wulan Pertiwi menjadi narasumber utama yang memberikan wawasan mendalam dampak zat adiktif pada kesehatan fisik dan mental.

Dalam pemaparannya, Wulan menjelaskan penggolongan narkotika menurut Undang-undang Nomor 35 Tahun 2009 yang terbagi ke dalam tiga golongan berdasarkan tingkat potensi kebergantungan.

”Narkotika golongan I memiliki risiko tertinggi hingga menyebabkan kematian, seperti heroin dan kokain. Sementara itu, golongan II dan III tetap berisiko meski digunakan dalam pengobatan,” ujarnya.

Ia juga mengulas mekanisme zat ini yang meniru kerja endorfin alami di otak, memberikan rasa nyaman, tetapi membahayakan kesehatan. Selain narkotika, Wulan juga membahas psikotropika yang sering digunakan dalam pengobatan psikiatris.

”Efek psikotropika memengaruhi fungsi mental, perilaku, dan suasana hati. Golongan ini tetap memiliki risiko kebergantungan, bahkan untuk yang sering digunakan, seperti diazepam,” jelasnya. Wulan menambahkan bahwa psikotropika memengaruhi neurotransmitter otak, termasuk dopamin, yang berkaitan erat dengan pembentukan kebiasaan dan perasaan euforia.

Baca Juga:  Semakin Mendunia! Muhammadiyah Akan Bangun Kampus di Kamboja

Pemaparan berlanjut dengan bahasan zat adiktif lain, seperti alkohol, kafein, dan nikotin. Wulan menyoroti konsumsi rokok yang mencapai tingkat tertinggi di dunia. ”Rokok, baik konvensional maupun elektrik, sama-sama berbahaya. Bahkan, paparan asap rokok pada perokok pasif meningkatkan risiko kanker payudara dan serviks,” tegasnya.

Data WHO menunjukkan bahwa 74,2 persen orang dewasa di Indonesia terpapar asap rokok di tempat umum dan ini angka yang sangat mengkhawatirkan.

Dampak jangka panjang

Wulan juga menguraikan dampak jangka panjang penggunaan NAPZA yang mencakup kerusakan organ tubuh, gangguan mental, hingga kematian dini. ”NAPZA tidak hanya menghancurkan individu, tetapi membebani keluarga dan masyarakat. Biaya perawatan akibat penyakit terkait merokok, misalnya, mencapai Rp596,6 triliun per tahun,” ungkapnya.

Baca Juga:  Sudah Ada Sejak Kebudayaan Mesir Kuno, Inilah Manfaat Daun Kelor Untuk Kesehatan

Selain dampak kesehatan, Wulan menekankan pentingnya upaya preventif, termasuk edukasi sejak usia dini. Ia mengajak para peserta untuk memahami risiko dan menjauhi zat adiktif. ”Penting bagi kita semua untuk mengedukasi generasi muda agar mereka paham bahaya zat ini. Bukan hanya bagi diri sendiri, melainkan lingkungan sekitarnya,” ujar Wulan.

Acara ini juga menggarisbawahi pentingnya rehabilitasi bagi pengguna zat adiktif. Wulan menekankan bahwa dukungan sosial sangat diperlukan untuk membantu mereka kembali ke kehidupan normal. ”Pencegahan merupakan langkah terbaik. Namun, bagi mereka yang sudah terjerumus, rehabilitasi, cinta, dan dukungan dari keluarga, teman, akan memperbaiki keadaan dan masa depannya,” katanya.

Kegiatan edukasi yang diikuti 88 siswa kelas 8 SMP Islam Cendekia Muda ini diharapkan mampu meningkatkan kesadaran masyarakat, khususnya generasi muda, mengenai bahaya zat adiktif. “Kami percaya bahwa dengan edukasi yang tepat, kita bisa menciptakan generasi yang sehat dan bebas dari jeratan NAPZA,” tutup Wulan.

Baca Juga:  Mahasiswa Ekonomi Syariah UM Bandung Raih Juara 3 Muamalat Institute Kuis Interaktif

Sementara itu, pemateri lainnya, Haryanto, dosen prodi Bioteknolgi, menjelaskan tema “Diagnostik Kesehatan Gusi pada Perokok dengan Metode Apus”. Ia mengatakan bahwa salah satu metode untuk mendeteksi dampak rokok terhadap sel-sel gusi adalah dengan pembuatan preparat apus gusi.

”Metode apus ini melibatkan pengambilan sampel gusi yang kemudian dianalisis menggunakan mikroskop setelah melalui serangkaian proses fiksasi dan pewarnaan,” ungkapnya.

Dalam rangka memberikan pemahaman lebih mendalam tentang proses diagnostik ini, Haryanto pun bersama tim mengadakan pelatihan pembuatan preparat apus gusi kepada siswa-siswa SMP Cendekia Muda. Para siswa diajarkan cara mengambil sampel gusi menggunakan cotton bud yang dibasahi NaCl, mengapuskannya pada objek gelas, dan kemudian melakukan fiksasi dengan etanol 96 persen.

Setelah diwarnai dengan giemsa dan dilakukan decolorisasi, preparat pun siap untuk diamati di bawah mikroskop. Pelatihan ini bertujuan untuk meningkatkan pemahaman siswa tentang pentingnya deteksi dini terhadap dampak merokok pada kesehatan mulut.***

PMB Uhamka