Oleh: Rizki Pajar Nugraha, Mahesa Dhiyaa Alkhairan, Cahya Arsya, dan M Rafi Pratama*
KELUARGA Berencana (KB) adalah usaha dalam mengatur kelahiran anak, jarak dan usia ideal melahirkan, kehamilan serta promosi perlindungan dan bantuan hak reproduksi untuk mewujudkan keluarga yang berkualitas (Nency & Ramdhan, 2023).
Salah satu kontrasepsi hormonal seperti pil KB yang merupakan obat untuk mencegah kehamilan dengan kandungan hormon estrogen dan progesteron.
KB oral atau pil KB merupakan bentuk kontrasepsi hormonal yang bekerja dengan cara menghambat ovulasi, menebalkan lendir serviks untuk menghalangi pergerakan sperma, dan menipiskan lapisan endometrium agar tidak ramah terhadap implantasi.
Kandungan estrogen dan progesteron dalam pil KB memiliki mekanisme pengaruh terhadap sistem hormonal hipotalamus-hipofisis-ovarium (WHO, 2016).
Pil KB sendiri itu adalah Kontrasepsi untuk wanita yang berbentuk pil atau tablet didalam strip yang mengandung hormon estrogen dan progesteron atau hormon progesteron saja (Paulo, 2018).
Menurut BKKBN, bahwa metode kontrasepsi terbagi menjadi dua jenis, yaitu metode jangka pendek dan metode jangka panjang.
Metode kontrasepsi jangka pendek seperti pil KB, suntikan KB serta memakai kondom, sedangkan metode kontrasepsi jangka panjang meliputi menggunakan alat kontrasepsi dalam rahim (IUD), implan, tubektomi, dan vasektomi (Nency & Ramdhan, 2023).
Pemilihan jenis kontrasepsi yang sering digunakan di Indonesia adalah metode KB suntik (72%) dan diikuti pil sebesar (19,4%). Jika dilihat dari dari efektivitasnya, metode suntik dan pil merupakan metode jangka pendek karna memiliki efeksivitasnya lebih rendah dibandingkan dengan kontrasepsi yang lainya (Paulo, 2018).
Toksisitas dari pil KB dapat terjadi akibat akumulasi hormon sintetis, terutama estrogen, yang dimetabolisme di hati. Estrogen dapat meningkatkan produksi protein pembekuan darah di hati, sehingga berisiko menyebabkan trombosis (penggumpalan darah).
Selain itu, metabolisme estrogen yang berlebihan dapat menghasilkan metabolit reaktif yang bersifat hepatotoksik, terutama bila penggunaan dilakukan dalam jangka panjang atau pada individu dengan fungsi hati terganggu.
Estrogen juga memengaruhi sistem renin-angiotensin-aldosteron yang menyebabkan retensi natrium dan air sehingga meningkatkan tekanan darah dan membebani sistem kardiovaskular. Semua proses ini menjelaskan bagaimana pil KB dapat menimbulkan efek toksik pada beberapa organ tubuh (McCarthy et al., 2019).
Pemakaian kontrasepsi hormonal dengan adanya kombinasi estrogen dan progesteron menjadi salah satu penyebab faktor terjadinya hiperlansia dan karsinoma endoterium (Smith et al., 2022).
Selain itu penggunaan kontrasepsi hormonal juga dapat menyebabkan efek samping seperti perubahan pola perdarahan, mual, pusing, timbulnya jerawat, perubahan berat badan, ganguan payudara dan dapat juga berdampak pada tekanan darah (McCarthy et al., 2019).
Hal ini diakibatkan karna ada kandungan hormon estrogen dalam kontrasepsi hormonal yang dapat merangsang sistem renin-angiotensin-aldosteron yang dapat menyebabkan peningkatan tekanan sistolik dan diastolik oleh retensi air dan natrium (Helena et al., 2018).
Sehubung dengan adanya efek dari kontrasepsi hormonal dengan kesehatan pada wanita, maka penting untuk tentang efek pil KB terhadap kesehatan pada wanita. Fase kerja toksik pil KB dijelaskan pada gambar 1.
Pil KB yang dikonsumsi akan bereaksi di dalam tubuh secara kompleks. Hormon progesteron dan esterogen yang ada di dalam pil KB akan mempengaruhi hormon tubuh salah satunya adanya siklus menstruasi.
Hormon tersebut akan menekan produksi GnRH dari hipotalamus serta FSH dan LH dari kelenjar pituitary, penekanan hormon tersebut akan mencegah terjadinya ovulasi.
Namun, penggunaan pil KB secara terus menerus akan menimbulkan efek samping seperti mual, muncul jerawat, perubahan berat badan dan perubahan tekanan darah.
Efek positif KB oral terhadap kesehatan wanita
Kontrasepsi oral atau pil KB bukan hanya berfungsi untuk mencegah kehamilan, tetapi juga memberikan sejumlah manfaat kesehatan yang signifikan bagi perempuan.
Salah satu manfaat yang paling banyak dilaporkan adalah penurunan risiko kanker ovarium. Penggunaan pil KB selama lima tahun terbukti dapat menurunkan risiko kanker ovarium hingga 50% dan efek perlindungan ini dapat bertahan hingga 30 tahun setelah penggunaan dihentikan (Mørch et al., 2017).
Manfaat serupa juga ditemukan pada penurunan risiko kanker endometrium. Analisis data dari 45 studi epidemiologis menunjukkan bahwa penggunaan pil KB secara signifikan mengurangi risiko kanker pada lapisan dalam rahim (Collaborative Group on Epidemiological Studies of Ovarian Cancer, 2015).
Selain itu, pil KB berkontribusi dalam mengatur siklus menstruasi dan mengurangi perdarahan menstruasi berlebih (menorrhagia), yang berdampak pada penurunan risiko anemia defisiensi besi.
Perempuan yang menggunakan pil KB umumnya mengalami perdarahan haid yang lebih ringan dan lebih teratur, sehingga memberikan dampak positif terhadap kesehatan hematologis mereka (Fraser & Kovacs, 2016).
Pil KB juga memiliki efek protektif terhadap penyakit radang panggul (PID). Dalam sebuah meta-analisis, penggunaan pil KB diketahui dapat menurunkan risiko PID hingga 50% yang secara tidak langsung juga mengurangi kemungkinan terjadinya kehamilan ektopik (Hubacher et al., 2015).
Di luar manfaat reproduktif, pil KB memberikan keuntungan tambahan bagi kesehatan kulit dan pengaturan hormon. Kombinasi hormon estrogen dan progestin dalam pil KB dapat mengurangi produksi sebum dan peradangan pada kulit sehingga efektif untuk mengatasi jerawat (Thiboutot, 2017).
Bagi perempuan dengan sindrom ovarium polikistik (PCOS), pil KB membantu menstabilkan hormon dan memperbaiki siklus menstruasi, serta mengurangi risiko gangguan metabolik yang terkait.
Pil KB juga memiliki kontribusi terhadap kesehatan tulang. Studi longitudinal menunjukkan bahwa pengguna pil KB memiliki kepadatan mineral tulang yang lebih tinggi, sehingga dapat memberikan perlindungan terhadap osteoporosis, khususnya pada masa reproduktif (Cauley et al., 2018).
Dengan berbagai manfaat tersebut, pil KB tidak hanya berperan sebagai alat kontrasepsi, tetapi juga sebagai bagian dari strategi kesehatan perempuan secara menyeluruh.
Dari perlindungan terhadap kanker hingga peningkatan kualitas hidup sehari-hari, kontrasepsi oral memberikan dampak positif jangka panjang yang patut dipertimbangkan.
Efek samping kesehatan Pil KB
Pil KB atau kontrasepsi oral kombinasi memang telah menjadi pilihan banyak perempuan untuk mencegah kehamilan. Selain efektif, pil ini juga tergolong praktis.
Namun, seperti halnya obat hormonal lainnya, penggunaan pil KB juga bisa membawa efek samping—baik ringan maupun serius—yang sebaiknya diketahui sejak awal.
Pada tahap awal penggunaan, sebagian wanita mungkin akan mengalami beberapa efek samping ringan. Misalnya, mual, payudara terasa lebih sensitif, sakit kepala, atau suasana hati yang naik-turun.
Terkadang, berat badan terasa berubah, meskipun sebenarnya tidak semua wanita mengalami hal ini secara signifikan. Ada juga yang mengalami perdarahan ringan di luar jadwal haid (disebut spotting), terutama di bulan-bulan pertama.
Efek-efek ringan ini biasanya bersifat sementara dan dapat mereda setelah tubuh menyesuaikan diri dengan hormon yang terkandung dalam pil.
Risiko serius: siapa saja yang perlu waspada?
Di sisi lain, pil KB juga dapat menimbulkan risiko yang lebih serius pada sebagian wanita, terutama yang memiliki kondisi kesehatan tertentu.
Salah satunya adalah risiko penggumpalan darah (trombosis) yang bisa berujung pada kondisi seperti emboli paru atau stroke. Risiko ini memang kecil, tetapi menjadi lebih tinggi pada wanita yang merokok, berusia di atas 35 tahun, atau memiliki riwayat penyakit pembuluh darah.
Selain itu, penggunaan pil KB juga dapat meningkatkan tekanan darah pada sebagian pengguna. Dalam kasus tertentu dapat memperbesar risiko penyakit jantung atau kanker tertentu, seperti kanker payudara atau serviks, terutama jika digunakan dalam jangka panjang.
Namun, para ahli masih terus meneliti kaitan ini dan menyarankan agar pemantauan kesehatan dilakukan secara rutin bagi pengguna pil hormonal.
Tidak semua wanita cocok
Pil KB tidak dianjurkan untuk semua orang. Wanita dengan kondisi seperti migrain dengan aura, riwayat pembekuan darah, penyakit hati, atau kanker payudara, sebaiknya tidak menggunakan jenis kontrasepsi ini.
Oleh karena itu, sangat penting melakukan konsultasi medis terlebih dahulu sebelum mulai menggunakan pil KB. Dalam masyarakat Indonesia yang masih kental dengan budaya patriarki, tanggung jawab penggunaan kontrasepsi umumnya dibebankan pada perempuan.
Laki-laki seringkali tidak dilibatkan secara aktif dalam pengambilan keputusan mengenai KB, meskipun fungsi reproduksi merupakan tanggung jawab bersama.
Di sisi lain, secara fisiologis, tubuh perempuan lebih kompleks dan sensitif terhadap perubahan hormonal dibandingkan dengan laki-laki.
Penggunaan pil KB yang mengandung hormon sintetik dapat memberikan beban tambahan terhadap sistem tubuh perempuan, mulai dari sistem endokrin, reproduksi, hingga psikologis.
Ketimpangan ini menunjukkan bahwa selain edukasi medis, perlu ada pendekatan sosial-kultural untuk menciptakan keadilan dalam perencanaan keluarga.
Simpulan
Pil KB sebagai salah satu metode kontrasepsi hormonal memiliki manfaat signifikan bagi kesehatan wanita, tidak hanya untuk mencegah kehamilan, tetapi juga dalam mengurangi risiko kanker ovarium dan endometrium, memperbaiki siklus menstruasi, mencegah anemia, serta menjaga kesehatan kulit dan tulang.
Meskipun demikian, penggunaannya juga dapat menimbulkan efek samping. Mulai dari keluhan ringan seperti mual dan pusing hingga risiko kesehatan serius seperti tekanan darah tinggi, penggumpalan darah, dan peningkatan risiko penyakit tertentu, terutama pada wanita dengan kondisi medis tertentu.
Oleh karena itu, penggunaan pil KB sebaiknya dilakukan secara bijak dan tepat sasaran, dengan mempertimbangkan kondisi kesehatan individu.
Konsultasi medis sebelum dan selama penggunaan pil KB sangat penting untuk mengidentifikasi kecocokan, meminimalkan risiko, serta memastikan keamanan jangka panjang.
Selain itu, edukasi dan peningkatan kesadaran masyarakat mengenai manfaat, risiko, dan pilihan kontrasepsi yang tersedia harus terus digalakkan.
Tujuannya agar wanita dapat mengambil keputusan berdasarkan informasi yang akurat dan lengkap demi kesehatan reproduksi yang optimal.
*Mahasiswa prodi Bioteknologi Universitas Muhammadiyah Bandung