BANDUNGMU.COM – Prestasi dan kreativitas Ranna Fathiyyah Azzahra, siswa SMP Muhammadiyah 8 Bandung, ini patut ditiru karena dalam situasi pandemi bisa tetap berkarya menghasilkan film dan buku.
Tampaknya, jiwa berkarya sudah ada dan tertanam dalam diri Rana Fathiyyah Azzahra. Kecintaan dalam berkarya inilah salah satunya yang memotivasi Rana bersama teman-temannya mendirikan Mutu Sinema.
”Mutu Sinema merupakan wadah kreativitas untuk berkreasi dalam menyampaikan pesan kebaikan melalui film,” kata Ranna kepada Bandungmu.com, Rabu (11/11/2021).
Bersama Mutu Sinema, Rana sudah memproduksi lebih dari tiga film pendek. Bahkan yang lebih membanggakannya lagi, film karyanya sudah meraih beberapa penghargaan seperti Juara 1 Indonesia Mendongeng, Anak Merdeka Award 2019, dan Penghargaan Khusus Juri Imaji Fest.
Sampai saat ini, katanya, dirinya terus aktif berkarya sepenuh hati, walau pandemi mempersempit ruang geraknya. Keterbatasan di tengah pandemi, tak membuat Rana untuk berhenti berkarya.
”Alhamdulillah sekarang karya saya yang berjudul ‘Gara-gara Gak Boleh Jadi Chef’ berhasil terpilih dalam nominasi Anak Merdeka Award di kompetisi Nasional Festival Film Pelajar Yogja (FFPJ XII-2021),” ungkapnya.
Ranna mengaku bahwa ini bukan pertama kali dirinya terpilih menjadi nominator di FFPJ. Sebelumnya pada 2019 dirinya juga terpilih sebagai nominator FFPJ X dan saat itu dia mendapat kesempatan mengikuti Workshop Nirmana dan Psikologi Film.
Peristiwa sehari-hari
Ranna menuturkan, hal yang membutanya semangat dan terus berkarya dari hati adalah kemampuannya dalam melihat kejadian-kejadian sehari-hari. Ia melihat dan menjadikan hal tersebut sebagai inspirasi dalam menciptakan karya-karya terbaiknya.
”Saya juga terus memupuk rasa percaya diri dan terus bekerja keras, dua hal itulah yang membuat saya tidak mudah menyerah untuk menciptakan karya yang lebih baik lagi agar mendapat kepercayaan dan dukungan dari orang-orang terdekat,” tuturnya.
Selain berkarya dalam film, Rana juga ternyata aktif berkampanye perlindungan anak melalui video dan podcast. Menurutnya, selain mendapat perlindungan, setiap anak juga harus mendapat haknya yaitu merdeka belajar.
Dikatakan Ranna, dirinya selalu bersemangat karena ia sangat menyukai dan mudah memahami sesuatu hal dengan proses belajar cara praktik langsung. Itu semua bisa didapatkan dari pendidikan formal untuk mendukung keterampilan lainnya, misalnya menulis.
”Saya juga punya keterampilan menulis dan sudah menghasilkan buku yang berjudul “My Kitchen Diary – Pandemic, Food, and Math” yang saya tulis dan rilis sendiri di masa pandemi,” ujarnya.
Rana juga aktif sebagai Duta U-Report UNICEF Indonesia. Banyak kegiatan yang dilakukan Rana bersama U-Report, di antaranya kampanye antitembakau dan mengadakan pertemuan secara virtual dengan wakil U-Report berbagai negara, misalnya Amerika, Afghanistan, Uzbekistan, Afrika, dan negara lainnya.
”Bersama UNICEF Indonesia, saya menjadi bagian Mitra Muda dan aktif mengikuti diskusi seputar perlindungan anak serta aktif membuat konten untuk di Instagram dan Tiktok U-Report Indonesia. Semoga semangat berkarya dari hati dan aktif dalam kegiatan positif yang dilakukan ini bisa menjadi inspirasi bagi yang lainnya!***