BANDUNGMU.COM — Merebak kasus HIV/AIDS di Kota Bandung mendapat tanggapan dari Ketua Dewan Pimpinan Daerah Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah Jawa Barat Faisal Amien Prawira.
Kota Bandung merupakan sentra pemerintahan serta pembangunan Provinsi Jawa Barat, baik dalam hal infrastruktur, ide, maupun hal sumber daya manusia.
Kota yang berpenghuni kurang lebih 1 juta jiwa yang 60 persennya adalah kaum muda dengan rentang usia 20-34 tahun ini merupakan kota yang amat sangat rentan dalam hal penyebaran penyakit HIV/AIDS.
Oleh karena itu, dibutuhkan perhatian yang serius mengenai pencegahan dan penanganan terhadap penyakit tersebut.
Salah satunya dengan mengadakan edukasi intens berkaitan dengan pola hidup, pergaulan, dan hal-hal yang berkaitan dengan hubungan seksual pada kaum muda.
Faisal menyesalkan terjadinya penularan HIV/AIDS di ibu kota provinsi Jawa Barat ini yang terbilang cukup tinggi.
“Saya sangat menyesalkan kasus tersebut. Tentu hal ini perlu menjadi perhatian bersama, baik pemerintah, praktisi pendidikan, maupun pemegang kebijakan di Kota Bandung dan Jawa Barat, karena ini adalah masalah serius bagi semua kalangan,” ujar Faisal.
Program keagamaan
Faisal menambahkan bahwa salah satu program prioritas Jawa Barat adalah pendidikan agama dan tempat ibadah juara.
Seharusnya pemprov, kata Faisal, betul-betul membuat desain pendidikan agama yang baik untuk mengatasi permasalahan seperti ini.
Terlebih hari ini, tutur Faisal, seharusnya pendidikan seksual bukan lagi hal yang tabu untuk dibicarakan. Oleh karena itu, pemerintah harus dapat terbuka pada permasalahan anak muda.
“Salah satu program prioritas Jawa barat itu ‘kan pendidikan agama dan tempat ibadah juara. Seharusnya Pemprov Jabar dan Pemda Kota Bandung punya skema agar peristiwa ini tidak terjadi. Kami sebagai salah satu gerakan mahasiswa yang juga memiliki fokus pada permasalahan kaum muda siap terbuka dan membantu untuk mengatasi masalah ini,” tambah Faisal.
Apalagi beberapa kasus pencabulan dan kekerasan seksual belum lama ini menggegerkan Jawa Barat. Kasus kekerasan seksual dan permasalahan seksual lainnya, kata Faisal, sampai hari ini masih tabu untuk dibicarakan.
“Sebelumnya santri yang dicabuli (peristiwa Herry Wirawan), lalu juga masih banyak kekerasan seksual yang terjadi di kampus-kampus di Jawa Barat, padahal Peraturan Mendikbud nomor 12 tahun 2021 sudah jelas, lantas fokus pemprov hari ini apa saja?” tanya Faisal.
Penanganan bersama
Faisal berharap agar pemprov menggandeng seluruh stakeholder untuk membentengi rakyat, terutama kaum muda, dari penyakit sosial, melalui kerja edukasi dan pelaksanaan regulasi yang konkret dalam upaya pencegahan dan penanganan permasalahan seksual.
“Jadi, sudah seharusnya pemprov menggandeng seluruh stakeholder keagamaan dan kemahasiswaan untuk meminimalisir hal ini. Ada NU, Muhammadiyah, yang juga memiliki organisasi kepemudaannya yang siap menjadi garda terdepan dalam meminimalisir penyakit masyarakat,” pungkas Faisal.***