BANDUNGMU.COM, Yogyakarta – Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah KH Saad Ibrahim menegaskan bahwa tauhid merupakan fondasi utama kejayaan Islam sepanjang sejarah.
Penegasan tersebut ia sampaikan dalam Seminar Sehari Risalah Akidah Islam yang diselenggarakan Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) pada Sabtu (27/09/2025).
Dalam paparannya, Kiai Saad menyinggung peristiwa tiga tahun sebelum hijrah, ketika para pemimpin Quraisy menemui Abu Thalib yang tengah sakit dan meminta berdialog dengan Rasulullah SAW. Nabi bersedia dengan syarat mereka mengucapkan La Ilaha Illallah.
“Ungkapan sederhana ini kelak menaklukkan Persia dan Romawi, dan pada masa Umar bin Khattab melahirkan peradaban yang tegak berabad-abad. Semua berakar dari tauhid dan keimanan,” tegasnya seperti dikutip dari laman resmi Muhammadiyah.
Ia juga mengutip ayat Al-Quran, La tahzan innallaha ma‘ana (QS At-Taubah: 40), sebagai pesan abadi agar umat Islam tidak berputus asa.
Menurutnya, kalimat tersebut menjadi peneguh keyakinan bahwa Allah senantiasa bersama hamba-Nya dalam kondisi apa pun. Tauhid, lanjutnya, bukan hanya doktrin keagamaan, melainkan energi spiritual yang melahirkan optimisme dan daya juang umat.
Lebih jauh, Kiai Saad menekankan bahwa potensi bertuhan adalah fitrah manusia. Menyusun risalah akidah, menurutnya, bukan sekadar penulisan teks, melainkan menghadirkan pandangan segar yang relevan dengan perkembangan zaman.
Ia mencontohkan teori kuantum sebagai gambaran keterbatasan fisika klasik, yang jika dianalogikan dengan perdebatan Jabariyah dan Qadariyah, mengingatkan umat bahwa ikhtiar manusia ada, tetapi hasil akhir tetap dalam kekuasaan Allah.
Dalam konteks literasi modern, ia menilai penting menambahkan dimensi teologis agar manusia tidak tercerabut dari akar spiritualitasnya. Ia menjelaskan hirarki epistemik dalam Islam yang meliputi wahyu, akal, pembuktian empiris, dan intuisi.
Perdebatan antara Ibnu Rusyd yang menekankan akal dan Al-Ghazali yang lebih mengedepankan intuisi, menurutnya, tetap bersepakat bahwa Tuhan adalah puncak dari segala pengetahuan.
“Setiap kali teknologi berkembang, manusia cenderung semakin jauh dari Tuhan. Namun, pada akhirnya manusia akan kembali mencari spiritualisme. Risalah akidah perlu hadir untuk menyiapkan kerangka pemahaman baru menghadapi era itu,” tandasnya.
Seminar ini, tambahnya, menjadi langkah awal Muhammadiyah memperkuat gagasan penyusunan Risalah Akidah Islam yang kontekstual dengan tantangan zaman sekaligus meneguhkan peran Islam Berkemajuan di kancah global.***