Opini

Pentingnya Mengelola Emosi Saat Berinteraksi di Media Sosial

Ilustrasi (Istockphoto)

Oleh: Sudarman Supriyadi*

BANDUNGMU.COM — Saat ini tengah ramai tentang viralnya Ustad Adi Hidayat (UAH) di media sosial tentang surah musik dan pembahasan musik secara keseluruhan.

Komentar di media sosial terhadap pandangan UAH sangat beragam. Ada yang mengamini, mendukung, bahkan banyak yang caci maki dan sumpah serapah tidak karuan.

Mengerikan memang akhlak media sosial netizen Indonesia saat ini. Mereka berkomentar tanpa ilmu dan penjelasan yang utuh. Pokoknya hajar-hajar saja. Yang penting bisa berkomentar. Sangat memprihatinkan.

Pengelolaan emosi

Media sosial telah menjadi bagian integral dalam kehidupan sehari-hari kita pada era digital saat ini. Namun, sering kali kita lupa bahwa interaksi di media sosial juga memerlukan pengelolaan emosi yang baik.

Mengapa hal ini begitu penting? Mari kita telaah bersama.

Salah satu alasan utama adalah karena media sosial memiliki potensi besar untuk memicu emosi negatif, seperti kemarahan, kecemburuan, dan kecemasan.

Komentar yang tidak menyenangkan, perdebatan yang sengit, atau konten yang provokatif bisa dengan cepat mengganggu keseimbangan emosi kita. Hal ini dapat berdampak buruk pada kesejahteraan mental dan emosional kita.

Sebagai contoh, Mark Zuckerberg pernah mengatakan, “Ketika kita menggunakan media sosial, kita tidak hanya mengunggah konten, kita juga berbagi perasaan.”

Ungkapan ini menyoroti pentingnya menyadari bahwa setiap tindakan dan respons kita di media sosial dapat mempengaruhi emosi orang lain, begitu juga sebaliknya.

Oleh karena itu, penting bagi kita untuk mengelola emosi kita dengan bijak saat berinteraksi di media sosial. Salah satu cara untuk melakukannya adalah dengan meningkatkan kesadaran diri tentang bagaimana kita merespons konten dan interaksi di platform tersebut.

Sebelum menanggapi atau membagikan sesuatu, kita perlu bertanya pada diri sendiri, “Apakah respons saya ini akan memicu emosi negatif atau positif bagi diri saya dan orang lain?”

Selain itu, penting juga untuk mengembangkan ketahanan emosional. Jack Canfield, penulis terkenal, pernah berkata, “Tidak ada yang bisa membuat Anda merasa buruk tanpa izin Anda.”

Hal ini menggarisbawahi pentingnya memiliki kontrol diri dalam menanggapi situasi di media sosial. Dengan meningkatkan ketahanan emosional, kita dapat lebih mudah menghadapi konten atau komentar yang menantang tanpa terjebak dalam emosi negatif.

Tahu waktu

Selain itu, penting juga untuk menghindari terlalu terlibat dalam perdebatan yang tidak konstruktif atau konten yang memicu emosi negatif.

Seperti yang diungkapkan oleh Dalai Lama, “Ketika Anda mengalami emosi negatif, itu menghancurkan kesehatan pikiran, mengganggu pemikiran positif dan membuat Anda tidak bahagia.”

Jadi, mengelola emosi kita dengan bijak juga berarti mengetahui kapan saatnya untuk mundur dan memilih untuk tidak terlibat dalam interaksi yang tidak sehat di media sosial.

Mengelola emosi saat berinteraksi di media sosial bukanlah hal yang sepele. Hal ini membutuhkan kesadaran diri, ketahanan emosional, dan kemauan untuk membatasi interaksi yang tidak sehat.

Dengan melakukan hal ini, kita dapat menjaga keseimbangan emosi kita dan menciptakan lingkungan online yang lebih positif dan mendukung bagi diri kita sendiri dan orang lain.

Jadi, bijaklah dalam bermedia sosial. Lebih baik tidak mengetik komentar apa pun daripada membuat kegaduhan tidak penting.

*Peminat Masalah Literasi, Politik, dan Sosial-Keagamaan

Exit mobile version