PMB Uhamka
News

Santri Pesantren Muhammadiyah Al-Furqon Berpartisipai dalam Festival Hari Anak Nasional ke-40

×

Santri Pesantren Muhammadiyah Al-Furqon Berpartisipai dalam Festival Hari Anak Nasional ke-40

Sebarkan artikel ini

BANDUNGMU.COM, Tasikmalaya — Lima santri tingkat Madrasah Aliyah Pesantren Muhammadiyah Al-Furqon Tasikmalaya, Jawa Barat, menghadiri undangan Dinas Sosial PPKB P3A dalam acara Festival Hari Anak Nasional ke-40 Tingkat Kabupaten Tasikmalaya yang berlangsung di Gedung Pendopo Baru Kabupaten Tasikmalaya.

Acara dimulai dengan penampilan seni Sunda dari sanggar SMAN 1 Sariwangi dan cerita rakyat dari SMAN 1 Singaparna. Nazril Ilham, ketua pelaksana acara, menyampaikan bahwa peringatan hari anak ini mengingatkan kembali pentingnya peran orang tua dan pemerintah dalam memenuhi tanggung jawab dan hak-hak anak.

Tema kegiatan tahun ini adalah “Anak Terlindungi, Indonesia Maju,” yang diramaikan oleh penampilan berbagai sekolah di Tasikmalaya, termasuk tari pangbagea, pupuh Sunda, lagu pop Sunda Mojang Priangan, dan pertunjukan silat.

Baca Juga:  PD IPM Garut Lakukan Audiensi Dengan Sekda Garut Bahas Konpida 2024

Kepala Dinas Sosial PPKB P3A, Opan Sopian, dalam sambutannya mengapresiasi kegiatan ini dan menyampaikan rasa haru kepada Forum Anak Kabupaten Tasikmalaya (Fortasya) sebagai panitia penyelenggara. Ia berpesan kepada para peserta acara untuk tidak ragu berkonsultasi jika menghadapi masalah.

“Hari ini sudah saatnya anak-anak terlindungi. Anak-anak adalah pengisi generasi emas yang akan menggantikan para orang tua. Maka kuatkan persiapan dengan tiga hal, yaitu sikap (adab), pengetahuan, dan keterampilan. Jangan takut salah. Jadilah pemberani untuk mencoba dan mencoba dengan memperbaiki kesalahan dan jadilah anak-anak pembelajar di mana pun dan kapan pun,” ujar Opan.

Baca Juga:  Masjid Raya Al-Jabbar Jadi Kado Terindah Akhir Tahun Untuk Warga Jabar

Acara kemudian dilanjutkan dengan pemberian materi tentang kesehatan mental dan generasi stroberi oleh Neni Sholihat. Ia menjelaskan bahwa generasi stroberi dianalogikan seperti buah stroberi yang cantik dan menarik namun mudah hancur jika diinjak.

Istilah ini pertama kali muncul di Taiwan untuk menggambarkan generasi muda yang lahir setelah tahun 1981 dan mengalami kesulitan dalam menghadapi tekanan sosial. “Masalah yang dihadapi generasi ini adalah perkembangan teknologi digital yang sangat maju sehingga membangun mindset yang cenderung ingin serba instan,” kata Neni.

Neni juga membahas masalah pola asuh yang terlalu menyopiri dan menyuapi keinginan anak sehingga mereka enggan keluar dari zona nyaman. Ia menyinggung tentang masalah kesehatan mental seperti gangguan emosional, gangguan perilaku, gangguan makan, psikosis, menyakiti diri sendiri, dan kecenderungan bunuh diri.

Baca Juga:  Mendikbudristek Nadiem Makarim Apresiasi Keberadaan Varian Kristen Muhammadiyah

Acara dilanjutkan dengan penyerahan penghargaan oleh KPAID kepada moderator acara, pemotongan kue oleh Kepala Dinas Sosial dan tamu undangan, penyerahan kartu identitas anak oleh Disdukcapil Kabupaten Tasikmalaya kepada perwakilan peserta acara, serta deklarasi anak oleh Forum Anak Kabupaten Tasikmalaya (Fortasya). Acara diakhiri dengan foto bersama para tamu undangan dan peserta dari 20 sekolah se-Kabupaten Tasikmalaya.***(MK)

PMB Uhamka