UMBandung
Ekbis

Sejarah dan Alasan Tidak Ada Sosok Ayah dalam Gambar Kaleng Khong Guan

×

Sejarah dan Alasan Tidak Ada Sosok Ayah dalam Gambar Kaleng Khong Guan

Sebarkan artikel ini
Lukisan pada kaleng biskuit Khong Guan karya Bernardus Prasodjo.(Kompas.com/Kistyarini).

BANDUNGMU.COM – Salah satu yang hampir selalu ada di meja tamu saat Idulfitri atau Lebaran adalah kaleng biskuit Khong Guan. Hampir di setiap rumah saat Lebaran dipastikan ada biskuit legendaris yang satu ini. Entah itu di kampung ataupun di kota.

Menariknya lagi, meskipun bukan saat Lebaran sekalipun, kaleng biskuit ini juga sering digunakan sebagai wadah berbagai jenis makanan. Di antaranya adalah kerupuk, keripik, rengginang, wajit, gegeplak, atau berbagai jenis cemilan tradisional lainnya.

Hal yang melegenda dari kaleng biskuit Khong Guan adalah lukisan ibu dan dua anaknya yang sedang menikmati teh dan biskuit. Uniknya, tidak ada ayah dalam lukisan itu.

Kok bisa? Bagaimana kisah pembuatan lukisan keluarga Khong Guan? Bagaimana asal-usulnya? Melansir Kompas.com, 18 Mei 2021, berikut sejarah Khong Guan selengkapnya.

Ayah dalam gambar Khong Guan

Pelukis gambar Khong Guan adalah Bernardus Prasodjo. Dalam sebuah video yang diunggah ANTARA News di YouTube, Bernardus menuturkan alasan tidak adanya sosok ayah dalam gambar tersebut.

Bernadus mengaku, sebenarnya dia tidak tahu persis alasan ketiadaan sosok ayah dalam gambar itu. Meski demikian ia memiliki sebuah teori.

“Menurut saya itu cara untuk mempengaruhi ibu rumah tangga supaya membeli. Jadi yang penting ada ibunya di situ. Karena yang belanja ibunya kok,” jawab Bernardus.

Baca Juga:  Mahasiswa Ingin Dapat Cuan Tambahan? Inilah Ide Bisnis yang Bisa Dilakukan Sambil Kuliah

Bernardus pun menuturkan proses pembuatan gambar itu. Awalnya ia membuat sketsa dengan komposisi gambar sesuai pesanan.

“Kita sketch dulu. Kira-kira seperti ini mau enggak. Sampai sudah setuju kira-kira komposisinya seperti itu, baru kita lukis,” tutur Bernardus.

Cerita pembuatan gambar

Lukisan itu dia buat sekitar 1970-an. Waktu itu, dia mendapat pesanan untuk gambar itu dari sebuah perusahaan separasi film.

“Mereka pesan banyak sekali gambar ke saya. Salah satunya Khong Guan itu,” kata Bernardus.

Adapun inspirasinya adalah sebuah potongan gambar dari sebuah majalah yang sudah lusuh. Dia diberi contoh gambar itu, lalu mengikuti arahan yang diberikan pihak pemesan agar sesuai dengan keinginan mereka.

Menurut Bernardus, gambar yang sampai saat ini menghiasi kaleng biskuit Khong Guan itu tidak banyak berbeda dengan gambar contoh yang disodorkan padanya.

“Ya cuma ini bajunya warna kuning, yang ini merah. Kemudian anaknya yang ini rada digeser ke mari, yang ini jadi pegang biskuit. Ya begitu saja,” papar dia.

Awal karier Bernadus

Bernardus menuturkan dia mengawali karier sebagai pelukis profesional sejak menjalani kuliah di Institut Teknologi Bandung. “Yang penting dari pekerjaan-pekerjaan semacam itu, bisa punya rumah, bisa punya mobil,” kata dia.

Baca Juga:  Memahami Trik Menjual Produk kepada Generasi Milenial

Dia tinggal di kos di Jalan Lengkong Kecil, Bandung, bersebelahan dengan kantor redaksi Aktuil, sebuah majalah musik terkenal saat itu.

“Kami suka main ke situ, bantu-bantu buat ilustrasi. Keterusan. Lama-lama kuliahnya ketinggalan,” ungkap Bernadus.

Di sana dia mulai mendapat pesanan komik, yang lama-lama semakin banyak. Mulai dari komik, dia mendapat pesanan dari perusahaan untuk menggambar produk mereka.

“Dulu, saya ke supermarket, itu bangga sekali. Hampir semua etiket-etiket yang laku itu, saya yang bikin. Tetapi, makin ke sini, makin sedikit,” tutur Bernardus.

Sejarah Khong Guan

Biskuit Khong Guan termasuk produk terkenal di Indonesia, jangkauannya hingga ke desa-desa seperti saat Lebaran.  Walaupun terkenal di Indonesia, ternyata sebenarnya Khong Guan berasal dari Singapura.

Dikutip dari laman resmi Khong Guan, Khong Guan didirikan oleh imigran asal Fujian, China, yakni kakak-beradik Chew Choo Keng dan Chew Choo Han. Mereka datang ke Singapura untuk mencari nafkah agar bisa menghidupi keluarga mereka di China dan menemukan pekerjaan di pabrik biskuit lokal.

Namun, ketika Jepang menginvasi Singapura memaksa kedua bersaudara itu untuk berlindung di Perak, Malaysia. Di sana keduanya membuat biskuit dengan tangan untuk dijual.

Baca Juga:  Pulsa, Kartu Perdana, Token Listrik, dan Voucer Kena Pajak? Ini Ketentuannya!

Keduanya sempat mengalami kendala dalam membuat biskuit lantaran kesulitan mendapatkan pasokan tepung dan gula. Akhirnya, mereka beralih menjual garam dan sabun.

Semua dilakukan dalam upaya untuk melanjutkan mata pencaharian mereka di masa perang. Setelah Jepang angkat kaki dari Singapura, mereka pun kembali ke negara itu dan memulai usaha biskuit lagi.

Awal kesuksesan Khong Guan

Awal dari kesuksesan biskuit Khong Guan yakni ketika Chew Choo Han secara kebetulan menemukan beberapa mesin pembuat biskuit yang sudah tua dan rusak akibat perang yang dijual sebagai sisa dari pabrik tua tempat mereka dulu bekerja.

Dia segera membelinya dan membuat mekanisme produksi biskuit secara semi-otomatis menggunakan rantai sepeda untuk memindahkan biskuit pada sistem konveyor. Hal ini membuat kapasitas produksi dan penjualan biskuit meningkat pesat.

Pada 1947, Khong Guan Biscuit Factory (Singapore) Limited diresmikan di Singapura. Selanjutnya, pabrik-pabrik biskuit Khong Guan mulai didirikan di sejumlah negara Asia Tenggara seperti Malaysia dan Indonesia. Di awal 1980-an, pabrik Khong Guan didirikan di beberapa kota pesisir di China.

Di Indonesia, produk Khong Guan antara lain Malkist rasa abon, Malkist Crackers, Khong Guan Saltcheese Combo, dan yang paling terkenal adalah Khong Guan Red Assorted Biscuits.

PMB UM Bandung