UMBandung
Islampedia

Sikap Keras dan Garang Beramar Makruf Nahi Munkar Bukan Ciri Muhammadiyah

×

Sikap Keras dan Garang Beramar Makruf Nahi Munkar Bukan Ciri Muhammadiyah

Sebarkan artikel ini
Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Haedar Nashir.

BANDUNGMU.COM – Warga Muhammadiyah ditekankan untuk menjadi teladan baik yang sejalan kata dan tindakan. Selain itu, akhlak terpuji juga ditekankan untuk menjadi ciri yang melekat bagi mereka.

Demikian pesan Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Haedar Nashir dalam kuliah umum STKIP Muhammadiyah Kuningan, Jumat (16/7).

“Iman akhlak itu juga harus konkrit. Orang Islam itu kan karena beriman kepada Allah maka dia tidak akan korupsi. Maka seorang muslim jadi pejabat insyaallah tidak korup. Tapi kalau masih korupsi padahal naik haji, padahal umrah, berarti keimanannya belum teruji. Itu iman amaliyah namanya,” kata Haedar, seperti dikutip dari laman resmi Muhammadiyah.

Baca Juga:  Berkemajuan Bagi Muhammadiyah adalah State of Dynamic

“Akhlak juga sama. Kan sampai Nabi suruh kita berkata yang baik atau diam. Sekarang di era medsos apakah orang Muhammadiyah bisa bermedsos yang akhlakul karimah? Tidak gampang nerima hoax apalagi menyebarkannya. Kemudian kalau merespon sesuatu kita harus tetap dengan bahasa yang baik atau hilmul kalam,” tambahnya.

“Hilmul kalam itu bukan berarti kita lemah. Justru hebatnya di situ. Kan sering ada anggapan pada orang kalau orang itu damai, bahasanya lemah lembut itu dianggap lemah. Kalau dianggap orang amar makruf nahi munkar yang hebat itu kalau yang sikapnya keras, garang, apa iya?,” tanya Haedar.

Baca Juga:  Kondisi Masyarakat Sebelum KH Ahmad Dahlan Mendirikan Muhammadiyah

Dirinya lalu menyampaikan bahwa sikap keras dan reaktif itu bukan ukuran ketegasan. Bahkan banyak masalah justru tak terselesaikan dengan cara itu dibandingkan dengan sikap yang sabar dan lemah lembut.

“Di era modern itu coba lihat orang-orang di negara maju itu cara bicaranya juga santun dan lain sebagainya. Di saat kita ingin mengatakan sesuatu yang haq, kita juga bisa bersuara dengan cara yang tegas, berilmu, pakai ilmu, bukan pakai otot. Nah paradigma seperti ini perlu kita ubah,” jelasnya.

Baca Juga:  Kenapa Allah Merahasiakan Turunnya Malam Lailatul Qadar? Ini Penjelasannya

“Perlu juga akhlak itu. Bahkan memang wajib dan menjadi pondasi. Tapi harus dibuktikan. Jangan sampai orang muslim Indonesia, tokoh Islam, atau kita Muhammadiyah kok tidak jadi uswah hasanah? Nah di sini daya saing kita juga di situ. Sehingga kemudian dengan akhlak yang baik itu orang lain juga senang,” pungkas Haedar.

PMB UM Bandung