Oleh: Ace Somantri*
BANDUNGMU.COM — Perjalanan panjang dan dinamika penanggalan Hijriah dalam Islam sering kali menyisakan perbedaan pendapat di kalangan umat muslim sehingga membuat sebagian umat yang awam menjadi bingung.
Banyak yang nyaris tidak peduli dengan penanggalan tahun Hijriah dalam Islam. Hampir dapat dipastikan umat muslim di Indonesia rata-rata tidak hafal nama bulan dan periode tahun dalam Hijriah. Hal ini terjadi karena tahun Masehi sudah lama menjadi tolok ukur waktu yang digunakan oleh negara dan masyarakat umum di seluruh dunia.
Di kalangan umat muslim, penanggalan tahun Hijriah sering kali tidak akrab dalam keseharian, bahkan tidak melekat dalam jiwa dan raga mereka. Umat muslim di Indonesia umumnya kurang peduli terhadap tahun Hijriah sebagai alat ukur waktu. Hal ini terbukti dari jarangnya orang tua yang mengenalkan dan mengajarkan penanggalan Hijriah kepada anak-anak mereka sejak usia dini.
Selain karena orang tua tidak mengetahui atau kurang memahami tahun Hijriah, mereka juga tidak merasa pentingnya penanggalan ini dalam dunia Islam. Nilai manfaat penanggalan Hijriah bagi umat muslim pada umumnya tidak begitu terasa, kecuali pada tanggal dan bulan tertentu yang berkaitan dengan ibadah vertikal kepada Allah Ta’ala.
Penanggalan Hijriah dalam Islam masih menghadapi tantangan besar untuk digunakan sebagai tolok ukur waktu dalam kehidupan sehari-hari umat muslim, baik di dunia maupun di Indonesia. Sejak awal munculnya penanggalan Hijriah, dinamika perbedaan pendapat tentang tanggal awal dan akhir tahun telah menyebabkan kebingungan di kalangan umat muslim. Akibatnya, banyak yang bingung harus mengikuti kiblat yang mana.
Responsivitas umat muslim terhadap penanggalan Hijriah juga cenderung reaktif, terutama ketika menghadapi perbedaan tanggal hari-hari besar seperti awal puasa Ramadhan, Idul Fitri, dan Idul Adha. Begitu reaktifnya, hingga pemerintah melalui Kementerian Agama harus mengadakan sidang isbat. Dalam pelaksanaannya, sering kali terdapat kesan pemaksaan dan keberpihakan terhadap salah satu metode penanggalan Hijriah dari ormas Islam tertentu.
Pada suatu sidang isbat, perwakilan Muhammadiyah dan peserta lainnya terlibat dalam perdebatan sengit yang tidak produktif dan jauh dari kesan saling menghargai dan menghormati. Akibatnya, Muhammadiyah memutuskan untuk tidak lagi mengikuti sidang isbat yang diselenggarakan oleh Kementerian Agama pada tahun-tahun berikutnya dan tidak mengirimkan perwakilannya lagi karena dianggap kurang efektif.
Para pakar dan ahli falak serta astronomi di Muhammadiyah tetap konsisten memperkuat keilmuan mereka demi kemajuan peradaban Islam di dunia. Bagi Muhammadiyah, fenomena sidang isbat bukanlah sesuatu yang fatal, melainkan menjadi pemicu bagi ilmuwan Muhammadiyah untuk berijtihad dalam ilmu falak dan astronomi Islam.
Tujuannya adalah untuk meningkatkan kapasitas keilmuan Islam dalam bidang sains dan teknologi, khususnya dalam penegakan kalender Islam yang diharapkan dapat digunakan oleh masyarakat muslim di seluruh dunia.
Bagi Muhammadiyah, mewujudkan hal ini bukanlah hal yang mustahil. Dengan kekuatan dan potensi para ilmuwannya, Muhammadiyah memiliki peluang besar untuk menjadikan organisasinya sebagai pusat dakwah yang berkualitas tinggi. Dengan demikian, nilai-nilai dakwah yang dihasilkan akan berpengaruh positif terhadap arah perubahan yang lebih baik dalam masyarakat.
Beberapa bulan yang lalu, Muhammadiyah mengucapkan ikrar untuk mulai memberlakukan hasil ijtihad Majlis Tarjih terkait Kalender Hijriah Global Tunggal (KHGT) pada tahun 1446 Hijriah. Komitmen ini merupakan bagian dari sikap tajdid dalam pengembangan ilmu pengetahuan dengan semangat dan motivasi menjalankan ajaran Islam demi mewujudkan peradaban dunia Islam dalam bingkai kesatuan umat (ummatan wahidah).
Selama ini, umat muslim di dunia belum memiliki kalender penanggalan yang benar-benar diakui oleh seluruh umat sebagai rujukan aktivitas sehari-hari. Minimal, kalender tersebut bisa menjadi rujukan dan patokan waktu bagi umat Islam terkait hari-hari mulia dan bersejarah dalam perjalanan peradaban Islam.
Komitmen kuat Muhammadiyah untuk mengubah kalender dari basis wujudul hilal menjadi KHGT bukanlah karena alasan emosional. Namun, sebagai wujud nyata dan konkret dari peran organisasi tajdid (pembaharu) yang selalu mencerahkan umat manusia. Alhamdulillah, pada tahun 1446 Hijriah, Muhammadiyah membuktikan kepada dunia bahwa mulai saat ini, KHGT akan digunakan. Susunan penanggalannya telah dipublikasikan.
Selamat datang KHGT yang berlaku di seluruh dunia. Selamat tinggal matlak lokal yang hanya berlaku di satu negara atau beberapa negara tertentu. Ijtihad para ulama dan ilmuwan Muhammadiyah yang telah lama dipersiapkan kini dipublikasikan secara terbuka.
Bersama Muhammadiyah, kita menyambut tahun baru Hijriah pada tanggal 1 Muharam 1446 H sebagai titik awal hijrah Rasulullah SAW dalam mewujudkan peradaban dunia. Refleksi hijrah Nabi SAW sebagai revolusioner kehidupan dunia diambil oleh Muhammadiyah untuk berhijrah dari kalender Hijriah lokal ke kalender Islam dunia.
Perlu diingat bahwa Muhammadiyah bukan organisasi baru, melainkan organisasi internasional yang sudah menjangkau berbagai negara di dunia. Maka, mulai hari ini, 1 Muharam 1446 H, merupakan tonggak sejarah penggunaan kalender Hijriah yang dapat berlaku untuk seluruh masyarakat dunia.
Kalender Hijriah ini berlaku bagi seluruh umat muslim di dunia. Tidak hanya untuk rincian waktu ibadah shalat dan waktu lainnya, tetapi untuk menentukan awal dan akhir ibadah puasa serta dua hari raya yang berlaku seragam di mana pun. Argumentasi keilmuan dari ilmuwan Muhammadiyah dapat dipertanggungjawabkan secara akademik dan praktis. Dengan bismillah, laa haula wala quwwata illa billah, kalender ini harus mulai disebarkan ke seluruh pelosok dunia.
Kesatuan dalam penanggalan Hijriah ini dapat menjadi pemicu bagi umat muslim untuk bersatu demi kepentingan global lainnya. Tinggalkan ego sektoral dan bangun peradaban dunia yang rahmatan lil’alamin.
Dengan adanya kalender Hijriah global ini, diharapkan ke depannya dapat mengurangi kekisruhan yang terjadi di kalangan umat muslim di Indonesia terkait awal dan akhir bulan serta tahun Hijriah, khususnya dalam menentukan dua hari raya umat muslim. Muhammadiyah bertujuan untuk secara bertahap mengarah pada unifikasi kalender Hijriah guna meminimalisir konflik sosial yang kurang bermanfaat.
Dengan niat baik dan sikap Muhammadiyah sebagai pembawa kebaikan, diharapkan persyarikatan ini dapat menjadi payung besar bagi umat muslim dunia melalui implementasi KHGT. Gerakan dakwah Muhammadiyah dalam bidang sains dan teknologi harus diteruskan dengan optimisme, yang diprakarsai oleh para pakar dan ahli di bidangnya masing-masing, dengan tetap menjaga integrasi dan kolaborasi antar disiplin ilmu pengetahuan.
Dengan ribuan ilmuwan alumni perguruan tinggi Muhammadiyah di berbagai bidang ilmu, Muhammadiyah tidak memiliki alasan untuk tertinggal dari organisasi masyarakat lainnya. Dalam menyikapi berbagai fenomena di negeri dan alam semesta, pendekatan yang positif dan ilmiah sangatlah penting. Seperti yang dilakukan oleh KH Ahmad Dahlan yang banyak memprakarsai kegiatan produktif dan kontributif bagi masyarakat dengan nilai jangka panjang yang relevan bagi umat muslim di seluruh dunia.
Saat ini, para penerus dan pewaris KH Ahmad Dahlan berupaya keras melanjutkan gerakannya. Salah satunya adalah dengan menerbitkan KHGT. Semoga KHGT dapat menjadi produk yang kontributif, bermanfaat, dan memberi manfaat bagi kemajuan peradaban dunia Islam. Amin. Wallahualam.
*Dosen UM Bandung dan Wakil Ketua PWM Jabar