BANDUNGMU.COM, Bandung — Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Haedar Nashir mengatakan jika jihad ekonomi merupakan salah satu keputusan Muktamar Muhammadiyah ke-47 tahun 2015 di Makassar.
Upaya merintis pijakan awal dalam melaksanakan amanat itu telah dilaksanakan pada periode 2015-2022 dengan melakukan konsolidasi gerakan, membuat forum embrio dengan Jaringan Saudagar Muhammadiyah, revitalisasi amal usaha ekonomi di daerah sekaligus membangun jaringan yang terintegrasi.
Haedar menyampaikan hal tersebut saat pelantikan Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) dan Pimpinan Wilayah Aisyiyah (PWA) Jawa Timur periode 2023-2028 di Dome Universitas Muhammadiyah Malang pada Sabtu (25/03/2023).
Pelantikan ini dipadukan dengan Pengajian Ramadhan 1444 Hijriah yang mengusung tema “Membangkitkan Jihad Ekonomi”. Agar jihad ekonomi Muhammadiyah dalam lima tahun ke depan menjadi gerakan yang masif, struktural, dan sistematik, Haedar Nashir memberikan tiga pedoman.
Pertama, reorientasi teologis. Kedua, reorientasi strategis. Ketiga, akselerasi pada gerakan praksis dan amal usaha ekonomi.
Poin pertama terkait reorientasi teologis. Haedar memandang perlunya konstruksi dari Majelis Tarjih dan Majelis Tablig terkait pemahaman yang utuh dalam memandang dunia.
Pasalnya, masih banyak dai dan mubalig yang cenderung menyebarkan pemahaman keagamaan yang pasif dan anti dunia sehingga pada akhirnya menjadikan umat bermental tangan di bawah.
“Pada titik ini perlu reorientasi di mana pandangan teologis kita dalam jihad ekonomi perlu dielaborasi, bahkan direkonstruksi agar tidak terjadi di sebagian mubalig, dai, dan tokoh umat lewat pandangan negatif tentang bisnis, tentang ekonomi, tentang orang kaya, tentang saudagar, bahkan tentang dunia,” jelas Haedar .
Islam sendiri menurut Haedar memandang positif dunia sebagai ladang akhirat. Islam bahkan menyuruh umatnya menjadi khalifah yang memakmurkan bumi.
Perintah zakat dan syariat haji secara tersirat membawa pesan bagi kaum muslimin untuk menjadi pihak yang memberi daripada menerima.
“Kalau cara pandang ini horizonnya dibuka, saya yakin etos kaum muslimin akan lain dan akan berbeda. Namun, kalau etosnya anti dunia, hanya karena dunia mata’ul ghurur, orang-orang Islam memang akan jadi orang yang saleh, tetapi seperti kata Jalaludin Rumi, kalau orang-orang saleh tidak aktif pada dunia, jangan salahkan orang-orang zalim nanti yang akan berkuasa,” pesannya.
Poin kedua terkait reorientasi strategi gerakan. Haedar memandang perlunya Muhammadiyah memakai pendekatan proaktif-konstruktif-positif, bukan pendekatan reaktif-konfrontatif. Termasuk menghindari gerakan yang serba demonstratif yang kolosal-komunal menjadi gerakan yang produktif.
Poin ketiga terkait akselerasi praksis. Haedar meminta untuk mengkapitalisasi dan menaikkan kelas dari usaha-usaha, bisnis wirausaha, dan UMKM yang sudah dirintis Muhammadiyah.
“Jadi, ini harus menjadi komitmen kita. Di tingkat kader-kader kita, harus terus didorong ke dunia wirausaha. Yang ke politik kita dorong juga, termasuk ke pemerintahan, polri, dan TNI,” imbuh Haedar.
“Jadi, simpulannya reorientasi teologis, reorientasi strategis, dan orientasi praksis ekonomi. Itulah jihad ekonomi Muhammadiyah. Di tangan para tokoh hebat ini saya percaya lima tahun ke depan akan terjadi gerakan yang masif sehingga ekonomi Muhammadiyah menjadi kekuatan baru di Indonesia,” tegasnya.
Hadir dalam pelantikan ini Sekretaris Umum PP Muhammadiyah Abdul Mu’ti dan Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan RI Muhadjir Effendy.
Para tokoh undangan antara lain Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif RI Sandiaga Uno, Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa, dan Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri Indonesia (KADIN) Arsjad Rasjid.
Adapun para peserta pengajian, menurut Ketua PWM Jawa Timur, Sukadiono, adalah peserta dari PWM, majelis dan lembaga PWM, Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM), Pimpinan Daerah Aisyiyah (PDA), Pimpinan Amal Usaha Muhammadiyah (AUM), dan dosen UMM.***