BANDUNGMU.COM — Allah SWT memerintahkan kita bekerja untuk memenuhi kebutuhan dasar hidup. Dalam QS. An Naba ayat 11, Allah telah menciptakan siang untuk bekerja dan malam untuk istirahat, serta menjadikan bumi yang luas ini untuk mencari nafkah.
“Yang harus menjadi kesadaran kita secara kolektif bahwa kerja itu adalah ibadah. Itu harus menjadi satu kesadaran, tidak hanya kesadaran intelektual, tapi juga kesadaran spiritual,” tutur anggota Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah Ruslan Fariadi, dikutip dari laman resmi Muhammadiyah, Rabu (01/09/2021).
Islam memang memerintahkan umatnya untuk menjadi seorang pekerja keras, namun bekerja bukan sekadar untuk mendapatkan materi. Bekerja di dunia merupakan salah satu jembatan menuju akhirat. Dengan bekerja, seseorang dapat melaksanakan perintah-perintah Allah SWT lainnya, seperti zakat, infak, dan sedekah.
Dalam QS. At-Taubah ayat 105, bekerja disejajarkan dengan keimanan, sekaligus sebagai wujud dari keimanan itu sendiri. Hal ini pulalah yang menurut Ruslan memberikan pemahaman bahwa bekerja hendaknya berada dalam bingkai keimanan kepada Allah SWT.
“Akan menjadi sia-sia ketika orientasi kita sekadar untuk bekerja atau orientasinya hanya untuk mendapatkan gaji. Sebagai manusia, terlebih umat Islam, di samping kerja mencari nafkah dan tidak boleh dipisahkan dari spirit ibadah,” tutur dosen Pendidikan Ulama Tarjih Muhammadiyah ini.
Muhammadiyah memahami bahwa bekerja mencari nafkah merupakan wujud dari ibadah ‘am (ibadah dalam pengertian luas). Ruslan menerangkan maksud ibadah ‘am ialah segala perbuatan baik yang diniatkan untuk mencari ridha Allah. Apabila bekerja tanpa adanya niat mencari ridha Allah, sekeras apa pun pekerjaan yang dilakukan tidak masuk dalam kategori ibadah.
“Segala aktivitas kita yang postif atau yang baik menurut agama, akan menjadi investasi pahala dan ibadah kita kepada Allah. Kalau apa yang kita lakukan itu, di samping baik menurut agama, tetapi juga niat kita dalam melaksanakan satu bentuk kebaikan,” kata Ruslan.