BANDUNGMU.COM, Malang — Mengisi kuliah umum di hadapan 10.000 mahasiswa baru Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) di Domme UMM, Kamis (14/09/2022), Guru Besar Universitas Indonesia Rhenald Kasali berpesan agar generasi muda menghindari 10 kata yang bersifat racun (toxic words) bagi perkembangan mereka.
“Ada sepuluh kata toxic words yang sering diucapkan di media sosial, di tv, tapi saya minta saudara waspada menggunakannya,” pesan Rhenald.
Kata toxic pertama adalah “cuan” atau istilah lain dari uang. “Banyak anak muda yang apa-apa cuan, cuan. Kalau saudara mengejar uang, mata duitan, saudara berpikir jangka pendek. Jangan sampai saudara apa-apa cuan, ini berbahaya!” pesannya.
Kata toxic kedua adalah “passion” atau berkaitan dengan minat. Menurut Rhenald, passion itu bukan sekadar minat atau hobi, melainkan sesuai dengan etimologi artinya “kesetiaan” atau passionate.
“Betul saudara ketika bekerja harus punya passion. Namun, jangan lupa kalau saudara hanya mengerjakan yang passion, jangan pikir saudara bisa sukses hanya dengan passion. Passion itu artinya adalah kesetiaan untuk berkorban. Kesetiaan untuk bekerja keras. Karena saudara punya passion, jadi saudara tidak merasa itu hal yang susah. Jadi, saudara mau melakukan hal-hal yang susah sekalipun,” ujarnya.
Kata toxic ketiga adalah “insecure” atau tidak percaya diri. “Sekarang apa-apa insecure. Hati-hati, jangan terbawa arus. Cemas boleh, tetapi insecure, jangan. Masa depan saudara masih panjang,” kata Rhenald.
Kata toxic keempat adalah “quarter life crisis” atau krisis diri di usia 25 tahun. Rhenald berharap anak muda tidak terbawa arus kata itu karena secara umum usia 25 tahun wajar jika masih belum punya prestasi apa pun.
“Saya mau bilang tidak ada itu quarter life crisis, pada usia 25 tahun semua orang berjuang. Saudara tidak harus cepat-cepat kaya. Kalau ingin cepat kaya, (seperti kasus) menipu orang dengan cara flexing (pamer kemewahan),” ujarnya.
Kata toxic kelima adalah “hustle culture” atau tekanan untuk bekerja lebih banyak dan lebih sibuk dari yang lain, bahkan dianggap hal yang normal-normal saja.
Kata toxic keenam adalah menuduh tempat kerja sebagai toxic workplace. Rhenald berpesan agar anak muda tidak sembarangan mengeluh di media sosial karena bisa jadi jejak digital dan alat untuk membunuh masa depan.
“Dulu pepatah mulutmu harimaumu, hari ini jarimu harimaumu. Sembarangan menulis di WA, di-scan oleh temanmu, disebarkan ke tempat lain, saudara tidak punya masa depan,” ingatnya.
Kata toxic ketujuh dan kedelapan adalah “passive income” atau pendapatan pasif dan “financial freedom” atau kemerdekaan keuangan.
Menurut Rhenald, kata tersebut belum pantas diucapkan karena usia muda adalah usia untuk bekerja keras.
Kata toxic kesembilan adalah “smart work” atau kerja cerdas. Rhenald menyarankan anak muda tidak terpaku pada langkah smart, tetapi juga langkah hard.
Adapun kata toxic kesepuluh adalah “privilege” atau hak istimewa. “Betul, tapi tidak semua orang punya privilege. Jangan tangisi karena setiap orang punya sejarah masing-masing dan menjalani kehidupan yang berbeda,” ujarnya.
“Jadi, ini semua adalah toxic words. Hati-hati,” pesan Rhenald. ***
_____
Sumber: muhammadiyah.or.id
Editor: FA