UMBandung
Opini

Digitalisasi Aset dan Big Data Muhammadiyah

×

Digitalisasi Aset dan Big Data Muhammadiyah

Sebarkan artikel ini
Ace Somantri

Oleh: Ace Somantri*

BANDUNGMU.COM – Memahami situasi serta kondisi Muhammadiyah melalui berbagai pendekatan, dengan upaya melihat keadaan secara objektif, adalah hal yang membuat bangga bagi warga persyarikatan.

Pimpinan, pengurus, dan anggota persyarikatan sadar bahwa perkembangan beragam jenis Amal Usaha Muhammadiyah (AUM) di banyak daerah, bahkan di luar negeri, adalah hal yang terlihat saat ini.

Kerja keras dari pimpinan, pengurus, anggota, dan bahkan simpatisan dalam menginisiasi lahirnya Amal Usaha yang sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan setiap tingkatan Muhammadiyah adalah nilai tambahnya.

Kelebihan yang dimiliki Muhammadiyah dalam tingkat persyarikatan tidak menghalangi partisipasi dan kontribusinya.

Meskipun pada tingkat ranting, Muhammadiyah dan jemaahnya berhasil membuktikan kesungguhan untuk memberdayakan dan memajukan diri, yang menghasilkan aset-aset bagi persyarikatan, baik yang bergerak maupun yang tidak.

Sebagai contoh, ada ranting Muhammadiyah di Jawa Tengah yang luar biasa karena memiliki pabrik kayu yang produknya sudah diekspor ke luar negeri.

Baca Juga:  NU Haramkan Mata Uang Kripto, Muhammadiyah Minta Warga Persyarikatan Berhati-hati Dulu

Kehadiran Muhammadiyah sebagai entitas muslim mampu menunjukkan peran dan kontribusinya dalam gerakan pembaruan Islam yang sesuai dengan kehendak Ilahi Rabbi.

Semangat dan usaha keras Kiai Dahlan dalam menjelmakan persyarikatan masih terasa hingga kini.

Semangat itu menjadi motivasi bagi generasi-generasi penerus untuk tetap mengawal Muhammadiyah agar tetap kokoh, maju, dan berkembang.

Semua upaya yang dilakukan oleh Kiai Dahlan, anggota, dan jemaahnya, merupakan hasil nyata dari ide dan gagasan yang telah menghasilkan aset berharga bagi Muhammadiyah.

Panorama yang luas memperlihatkan bendera-bendera Muhammadiyah berkibar di banyak tempat, dengan AUM terus berkembang, bahkan melintasi batas negara.

Namun, dalam menghadapi disrupsi era global, responsivitas persyarikatan masih terbilang lambat, terutama terhadap fenomena digitalisasi kehidupan.

Penggunaan big data sebagai kekuatan dalam era digital belum terorganisir dengan baik dalam struktur teknologi persyarikatan.

Meskipun Muhammadiyah memiliki ratusan perguruan tinggi yang tersebar di ibu kota provinsi di Indonesia.

Muhammadiyah memiliki potensi besar dengan para ahli teknologi digital yang dimilikinya.

Baca Juga:  Nasyiatul Aisyiyah Sukajadi Kembalikan Girah Berorganisasi Dengan Kajian Ramadhan

Jika gerakan sebesar Muhammadiyah memiliki big data yang terkait dengan semua asetnya, hal itu bisa menjadi tantangan bagi kepentingan kapitalis global.

Muhammadiyah mungkin menjadi ancaman bagi pihak-pihak tertentu yang terganggu dengan wilayah keserakahan mereka.

Muhammadiyah harus menghindari kejadian yang menimpa peradaban Islam pada abad pertengahan yang berakhir karena kelalaian terhadap keberlanjutan.

Keberlangsungan peradaban tergantung pada kesinambungan dari para filosof dan ilmuwan yang terus berinovasi.

Muhammadiyah perlu menyadari potensi besar yang dimilikinya dan mengelola aset-asetnya dengan baik. Digitalisasi aset menjadi kunci dalam mengoptimalkan potensi ini.

Dengan pengelolaan yang tepat, Muhammadiyah dapat memiliki posisi lebih kuat di tataran global sebagai organisasi sosial yang memegang peranan penting.

Melalui pembelajaran yang tepat, Muhammadiyah dapat melatih generasi penerusnya menjadi ujung tombak dalam menyebarkan pemahaman Islam yang modern, maju, dan progresif di mana pun mereka berada.

Sistem pembelajaran juga harus mampu mengubah pola pikir pembelajar menjadi lebih kritis, kreatif, inovatif, progresif, dan akseleratif.

Baca Juga:  Selamat! Imanda Tsabita Raih Predikat Penulis Terbaik Nasional

Digitalisasi aset bukan sekadar mengumpulkan data. Namun, menghidupkan data tersebut untuk menggerakkan persyarikatan ke depan.

Monster-monster digital saat ini berkembang karena data yang dimilikinya digunakan secara efektif. Indonesia sebagai konsumen aktif dalam ranah digital memiliki peran penting dalam hal ini.

Dari ratusan juta penduduknya, banyak yang telah menggunakan kuota internet dengan rata-rata pengeluaran minimal sekitar Rp 50.000-100.000 per bulan.

Jika kita kalikan dengan jumlah penduduk yang mencapai 200 juta dan menggunakan smartphone, maka jumlah uang yang masuk ke dalam ekosistem digital bisa mencapai angka triliunan rupiah setiap bulannya.

Muhammadiyah memiliki potensi besar untuk mewujudkan visi tersebut dengan mengikuti ajaran Islam yang sesuai dengan zaman, dengan menggunakan teknologi yang lebih maju.

Jika digarap dengan baik, Muhammadiyah dapat menjadi lambang peradaban Islam di dunia pada abad ini.

*Dosen UM Bandung dan Wakil Ketua PWM Jabar

PMB UM Bandung