UMBandung
Opini

Ekosistem Kreatif Bandung: Pemuda Inovatif, Kolaboratif dan Partisipatif

×

Ekosistem Kreatif Bandung: Pemuda Inovatif, Kolaboratif dan Partisipatif

Sebarkan artikel ini

Imam Sholehudin, Sekretaris Majelis Pustaka Informasi PC Muhammadiyah Sukajadi

BANDUNGMU.COM – Kota Bandung merupakan ibu kota Jawa Barat yang dikelilingi pegunungan. Pada tahun 2020, menurut Portal Data Kota Bandung, jumlah penduduk Kota Bandung tercatat sebanyak 2.490.386 jiwa. Untuk ukuran kota yang memiliki luas 167.7 km², angka tersebut bukan angka yang sedikit.

Bandung menjadi salah satu destinasi kota yang banyak menarik minat wisatawan. Selain memiliki infrastruktur yang khas, udara yang sejuk, serta menjadi pusat kuliner unggulan, Kota ini juga memiliki desain arsitektural yang unik. Sehingga, pada tahun 2015 UNESCO Creative City Network (UCCN) mengategorikan Kota Bandung ke dalam salah satu jaringan kota Kreatif di dunia.

Keberhasilan Kota Bandung ketika menjadi salah satu jaringan kota kreatif dunia, tentunya tidaklah mudah. Tidak hanya menjadi catatan sejarah dan kebanggaan saja, namun warga Kota Bandung semestinya tetap mempertahankan ciri khas yang sudah diakui oleh dunia tersebut dan diharapkan tetap mengedepankan karya inovasi yang kreatif.

Energi positif inilah yang bisa dikembangkan untuk menciptakan ekosistem kreativitas di Kota Bandung. Menciptakan ekosistem kreativitas, bukan hanya tugas pemerintah sebagai regulator dan pemangku kebijakan, tetapi juga menjadi tugas pemuda Kota Bandung yang memiliki peran lebih untuk menciptakan ekosistem kreativitas tersebut. Sehingga, segala unsur yang dimiliki Kota Bandung terus memiliki nilai tambah sekelas dunia.

Baca Juga:  Lepaskan Ketergantungan, Jadilah Seperti Anak-Anak

Pemuda kota bandung diharapkan memiliki beberapa hal untuk menunjang hal tersebut diantaranya yaitu, 1) inovatif, 2) kolaboratif, 3) partisipatif.

Pertama, Inovatif.

Istilah inovatif merupakan cara berpikir untuk mendapatkan solusi-solusi baru dalam menyelesaikan masalah. Pemuda Kota Bandung harus bisa menghasilkan gagasan unik yang bisa memantik semangat masyarakat Kota Bandung.

Dilihat dari infrastruktur yang dibangun oleh pemerintah Kota Bandung, seperti banyaknya taman yang di desain dengan menarik, co-working space di Bandung Creative Hub sebagai fasilitas anak muda untuk berkreasi, serta hadirnya tempat yang nyaman untuk berdiskusi, bersantai, melakukan FGD (Focus Group Disscussion) yang dibangun oleh pihak swasta di wilayah Kota Bandung. Hal ini ialah modal untuk membangun banyak ide kreatif, memunculkan ide kolaborasi dengan pihak lain dan mampu membentuk lingkungan yang inovatif dan partisipatif.

Baca Juga:  Tiga Pendekar dari Chicago

Kedua, kolaboratif.

yang merupakan proses yang dilakukan oleh dua orang atau lebih untuk mencapai suatu tujuan sangat perlu dilakukan. Jika pemuda Kota Bandung memiliki konsep pemikiran stand alone (tunggal), maka kemungkinan untuk mengimplementasikan ide inovasi yang kreatf akan sedikit terhambat, sehingga akan ada proses tambahan untuk memiliki sumber daya yang besar. Dengan adanya gerakan kolaborasi akan membantu lebih cepat dalam mengimplementasikan ide tersebut dikarenakan efektifitas penggunaan waktu untuk menciptakan ekosistem kreativitas menjadi lebih efisien.

Ketiga, partisipatif.

Untuk mencapai suatu tujuan tentu dibutuhkan pengikutsertaan diri dan tanggungjawab didalamnya. Partisipatisi merupakan peran yang berbeda dengan followers yang hanya mengikuti saja tanpa memberikan andil dan tanggungjawab di dalamnya. Menjadi orang yang partisipatif dalam suatu ide yang digagas akan memberikan impact yang signifikan dalam perkembangan selanjutnya.

Selain itu, menjadi orang yang partisipatif bisa memberikan banyak peran dalam membuat langkah yang tepat. Maka, harus segera dilaksanakan oleh para pemuda kota bandung yang memiliki motivasi dan dedikasi yang sangat tinggi.

Baca Juga:  KH Ayat Dimyati: Guru dan Orang Tua Muhammadiyahku (1)

Dari sudut pandang yang telah dipaparkan tersebut, dapat diketahui bahwa peran yang dipikul oleh pemuda tidaklah mudah. Mereka dihadapkan dengan tantangan yang sangat besar, ditambah dengan hadirnya bonus demografi di Indonesia yang akan menjadi keseruan tersendiri.

Melihat hal tersebut, semestinya ada dorongan dalam diri para pemuda untuk ikut bergerak aktif dalam arena perubahan, bukan hanya dibuat menjadi tontonan semata. Maka, diperlukan motivasi yang kuat untuk mengambil peran penting dalam melakukan pembangunan ekosistem kreativitas tersebut.

Peran yang diambil harus berdasarkan pada orientasi untuk lebih memajukan Kota Bandung hingga bisa bertahan di jaringan internasional. Ketika itu terjadi, akan menimbulkan banyak hal positif dari karya para pemuda di tingkat dunia. Pastinya pemuda Kota Bandung tidak ingin menunjukan sisi negatif yang disebabkan perilaku masyarakat yang terjadi diluar kehendak sendiri.

Hal tersebut tentu menjadi pekerjaan rumah (PR) yang besar juga bagi para pemuda yang melalui ide dan gerakannya akan menjadi wajah kota bandung di kemudian hari.

PMB UM Bandung