BANDUNGMU.COM – Tren televisi (TV) di seluruh dunia sudah beralih dari analog ke digital. Di Indonesia sendiri, pemerintah sudah lama mewacanakan hal ini dari beberapa tahun yang lalu.
Menurut rencana, pemerintah resmi akan menutup siaran TV analog dan beralih ke TV digital atau analog switch off (ASO) mulai 2 November 2022. Kemudian sehari setelanya, 3 November 2022, semua TV analog akan ngeblank, tidak akan berfungsi sama sekali.
Semakin menyempit dan terbatasnya frekuensi menjadi alasan mengapa TV analog akan beralih ke TV digital. Ditambah lagi, dengan beralih ke digital, kualitas gambar yang diterima masyarakat akan lebih baik dibandingkan dengan gambar TV analog saat ini.
Menanggapi migrasi ini, Anggota Komisi Penyiaran Indonesia (KPID) daerah Jawa Barat, Roni Tabroni, mengatakan pihaknya gencar melakukan diskusi serta kajian mengenai percepatan peralihan TV analog ke TV digital yang sekarang sedang dimatangkan.
”Selain itu, kita juga bekerja sama dengan semua pihak. Misalnya dengan mengundang dan diskusi dengan para pakar serta ahli di bidangnya. Kami juga berharap Gubernur Jawa Barat Kang Emil bisa menyambut dan memberikan dorongan yang signifikan sehingga migrasi analog ke digital ini, khususnya di Jawa Barat, bisa cepat terlaksana,” kata Roni yang juga mengajar di Universitas Muhammadiyah Bandung (UMBandung), Sabtu 20 Maret 2021.
Roni menambahkan, masyarakat yang masih menggunakan TV analog, masih bisa menerima siaran TV digital. Namun, lanjut Roni, TV yang sudah ada tersebut harus dibantu dengan sebuah alat yang bernama decoder atau set top box (STB).
”Oleh karena itu, kami imbau masyarakat untuk bersiap menyambut peralihan ini. Silakan masyarakat bisa membeli STB tersebut misalnya di toko online atau di tempat lain yang sudah tersedia,” tutur Roni.
”Pemerintah memang akan memberikan alat STB kepada masyarakat, tetapi tidak semuanya, hanya masyarakat kategori miskin saja,” ucap Roni.
Roni menegaskan, teknologi analog dinilai akan semakin mahal dalam pengoperasiannya. Secara bertahap, aku Roni, teknologi ini tentu akan semakin usang sehingga tidak layak digunakan lagi.
”Harus kita pahami bahwa spektrum frekuensi merupakan sumber daya yang terbatas. TV analog membutuhkan frekuensi, yang kian lama semakin padat sehingga efisiensi menjadi sangat penting kita lakukan,” pungkas Roni.