News

Gaungkan Identitas Global Lewat Seni dan Kriya, Prodi KTF UM Bandung Gelar Pameran Internasional

BANDUNGMU.COM, Bandung – Program studi Kriya Tekstil dan Fashion (KTF) Universitas Muhammadiyah (UM) Bandung sukses mengadakan International Art and Craft Exhibition bertajuk ”Jejak Rasa: Collaboration Art and Craft to Empower Global Identity” pada Jumat (02/05/2025).

Acara pembukaan pameran berlangsung di Auditorium KH Ahmad Dahlan, lantai tiga gedung UM Bandung, Jalan Soekarno-Hatta Nomor 752, dengan menampilkan berbagai karya dari sejumlah universitas di Indonesia, bertepatan dengan Hari Pendidikan Nasional.

Hadir dalam acara ini Rektor UM Bandung Herry Suhardiyanto, Dekan Fakultas Sosial dan Humaniora Irianti Usman, dan sejumlah guru SMK dari negeri jiran Malaysia.

Ketua Program Studi Kriya Tekstil dan Fashion UM Bandung Saftiyaningsih Ken Atik menjelaskan bahwa ide pameran ini bermula dari kunjungan para tamu luar negeri yang kemudian dikembangkan menjadi ajang kolaborasi kreatif.

“Pameran ini merupakan bentuk kolaborasi lintas negara yang tidak hanya mempertemukan karya, tetapi nilai dan identitas budaya. Kita ingin menegaskan bahwa Indonesia punya kekayaan budaya yang bisa berbicara di panggung global,” ujar Ken.

Tidak sekadar pameran biasa, Ken juga menekankan pentingnya peran pendidikan tinggi dalam menjaga nilai-nilai luhur budaya tersebut.

“Sebagai bagian dari Islamic Technopreneur University, kami ingin karya-karya kriya ini tidak hanya bernilai estetika, tetapi juga membawa pesan tentang siapa kita, bangsa yang punya akar budaya kuat di tengah dunia yang semakin tanpa batas,” jelas Ken.

Pameran ini mendapatkan perhatian para guru dari delapan SMK Malaysia. Mereka menunjukkan antusiasme tinggi untuk belajar dunia artcraft dan desain.

“Walaupun mereka dari SMK, tetapi mereka ingin belajar hal-hal baru yang terkait dengan dunia artcraft dan desain,” tambah Ken.

Ketua Delegasi Guru Pendidikan Seni Visual Daerah Sepang, Malaysia, Salbiah Binti Sanusi, menyampaikan apresiasi atas penyambutan dan pelaksanaan acara pameran yang diselenggarakan di UM Bandung.

“Alhamdulillah, sambutannya lebih keren daripada lawatan kami sebelumnya. Program Jejak Rasa ini merupakan kejutan luar biasa bagi rombongan kami,” ucap Salbiah.

Seni visual

Dalam kesempatan itu, Salbiah juga menjelaskan mengenai kondisi pengajaran seni visual di sekolah Malaysia.

“Untuk tingkatan 1 hingga 3, pendidikan seni visual adalah subjek wajib. Namun, untuk tingkatan 4 dan 5 hanya bersifat elektif. Murid-murid yang ambil seni bukan selalu karena minat sehingga kami harus bekerja keras menjadikan mereka menghargai seni,” jelas Salbiah.

Ia menuturkan bahwa di Malaysia, seni visual diajarkan secara dasar, baik teori maupun praktik, seperti menggambar dan crowd art. “Kami hanya mengajar yang dasar. Harapannya mereka bisa mahir secara dasar,” tambah Salbiah.

Terkait langkah ke depannya dari kegiatan pameran ini, Salbiah juga melihat ada potensi kolaborasi lebih lanjut antara sekolah di Malaysia dengan UM Bandung.

“Mudah-mudahan ini bukan pertemuan terakhir, tetapi titik permulaan. Kami ada dua sekolah berbasis agama dan murid-muridnya pun bagus secara akademik. Mungkin nanti bisa kerja sama lebih lanjut,” tandas Salbiah.

Berbagai karya seni yang berwarna-warni dipamerkan di Selasar Gagas yang berada lantai satu gedung UM Bandung. Karya seni itu mampu memukau para pengunjung, baik mahasiswa maupun masyarakat umum.

Mereka melihat keindahan berbagai karya seni di sana untuk kemudian melakukan swafoto. Lokasi pameran ini juga menjadi spot foto dadakan para pengunjung.

Selain itu, saat pembukaan ditampilkan juga fashion show yang diiringi musik tradisional Rumpakasahita. Juga ada persembahan tari sampurasun atau selamat datang yang dibawakan oleh mahasiswa prodi Kriya Tekstil dan Fashion.

Para tamu khususnya yang dari Malaysia melakukan tour juga ke laboratorium Kriya Tekstil dan Fashion. Acara yang berlangsung meriah ini dilaksanakan dari Jumat hingga Selasa (02-06/05/2025).

Sejumlah karya seni dari kampus lain juga dipamerkan dalam kegiatan ini. Mereka berasal Istitut Seni Budaya Indonesia, ISI Bali, ISI Padang Panjang, ISI Surakarta, Itenas, Jakarta Institute of Arts, Sekolah Tinggi Desain Indonesia, UPI, UNS, Universitas Teknologi Digital, dan PAIVI Punamaki (Scandinavia).

Para guru Malaysia berasal dari SAM Bandar Baru Salak Tinggi, SMK Bandar Baru Salak Tinggi, SMK Cyberjaya, SMK Dato Abu Bakar Baginda, SMK Pantai Sepang Putra, SMK Putra Perdana,  SMK Sri Sepang, SMK Sungai Pelek, dan SMK Sungai Rawang.***(FK)

Exit mobile version