Ace Somantri—Dosen Al-Islam dan Kemuhammadiyahan Universitas Muhammadiyah Bandung
BANDUNGMU.COM – Sejak engkau melahirkanku, suara dari kata-katamu membekas dalam dada. Menjadi kosakata dalam dalam jiwa. Disadari atau tidak, engkau adalah guru yang tidak pernah putus asa. Menjelma menjadi sosok yang bersahaja.
Waktu demi waktu, jiwa dan raga berkorban untuk yang dicinta membelai penuh sayang hanya untuk menuju cita-cita yang didamba. Entah apa dalam jiwanya, siang dan malam selalu memeluk erat sambil berkata dengan kalimat-kalimat membuat tertutup mata hingga nyenyak tidak terasa.
Pagi buta mata terbuka, sarapan pagi sudah siap untuk disantap agar nutrisi terjaga. Seragam terpakai rapi dan merasa bangga menjadi hiasan semangat belajar untuk menjemput asa. Sosok sahaja menunggu depan pintu gerbang sekolah, kadang depan kelas, menyambut sang penerus bangsa.
Kalimat-kalimat mata pelajaran menjadi pengantar suasana belajar bersama-sama. Tidak terasa, saking bahagia penuh canda tawa bersama sahabat-sahabat sebaya. Berakhir waktu tatap muka, ditutup dengan doa bersama dan salam jumpa tidak lupa.
Tidak lama tiba di rumah sudah ada yang menunggu penuh bahagia, menu makan siang sudah tersedia, ikan teri menjadi menu spesialku kala itu. Namun, tetap lahap dimakan hingga habis satu piring tidak terasa. Setelah makan siang, terlontar kalimat jangan lupa salat pergi ke musala.
Begitulah setiap hari selama sepekan berulang-ulang. Tidak terasa itu terlewati penuh liku dan terus berganti dengan generasi berikutnya.
Sosok sahaja adalah orang tuaku, menjadi guru siang dan malam tanpa putus asa. Benar kata ahli bahwa rumah ada madrasah pertama. Guruku adalah orang tuaku yang setia menunggu setiap pagi untuk berbagi rasa bahagia canda tawa, sambil mencerna kata-kata penuh makna.
Selamat hari guru! Engkau orang tua penuh dedikasi dan menginspirasi.