BANDUNGMU.COM — Perundungan kerap terjadi di lembaga pendidikan. Pelakunya juga kebanyak peserta didik. Peristiwa perundungan membuat miris dan prihatin karena bisa merusak fisik dan psikologis korban.
Ada banyak cara bagaimana cara mencegah agar anak-anak tidak menjadi korban perundungan. Salah satunya melalui pendidikan orang tua kepada anak-anaknya.
Mengutip laman resmi suaraaisyiyah.id, Rabu (29/11/2023), berikut adalah cara mendidik anak agar mereka memiliki bekal kepribadian dan kemampuan psikososial untuk mengendalikan dirinya sendiri ketika menghadapi tantangan kehidupan.
1. Tentang akhlak baik dan buruk
Didiklah anak untuk mengerti akhlak dan perilaku yang baik dan buruk, termasuk di dalamnya perilaku yang dikenal sebagai perundungan, pelecehan, ataupun kekerasan seksual.
Begitu mereka tahu apa itu perundungan, kekerasan seksual, dan pelecehan, anak-anak dapat mengidentifikasi dengan lebih mudah perilaku yang ia lihat di lingkungannya: apakah termasuk dalam tindakan yang baik atau buruk serta boleh dicontoh atau tidak.
2. Intens berkomunikasi
Seringlah berkomunikasi secara terbuka dan empatik kepada anak.
Semakin sering orang tua berbicara dengan anak-anaknya, semakin terbuka peluang anak untuk bercerita tentang berbagai pengalaman yang menyenangkan maupun tidak menyenangkan di sekolah atau ketika bersama teman-temannya.
Ketika mereka bercerita bahwa mereka mendapatkan perundungan, tugas Anda adalah mendengarkan secara empatik.
Dengan demikian, mereka akan bercerita secara terbuka karena Anda dirasa “dapat memahami perasaan mereka” sehingga anak merasa terlindungi oleh orang tuanya, bukan malah disalahkan atau diabaikan.
3. Jadi teladan
Jadilah role model atau teladan bagi buah hati Anda. Apa yang dilihat, didengarkan, atau dialami anak di rumah akan menjadi acuan mereka dalam bergaul dengan teman-temannya.
Orang tua adalah role model pertama dan utama anak. Oleh karena itu, berkata dan bertindaklah baik agar anak-anak juga mencontoh kebaikan tersebut.
Jika orang tua mendidik anak secara keras, menggunakan bentuk hukuman fisik, atau memperlihatkan perteng karan kedua orang tuanya, anak dapat mencontoh tindakan tersebut dan mengaplikasikannya kepada teman-temannya di sekolah.
Demikian sebaliknya, jika anak melihat perilaku orang tua yang santun, saling menyayangi, dan saling mendukung, anak juga akan terstimulus untuk mengaplikasikan cara tersebut dalam pergaulan sosialnya.
4. Membangun kepercayaan diri
Bantulah anak membangun kepercayaan diri. Dorong anak Anda untuk mengikuti berbagai kegiatan ekstrakurikuler yang sesuai dengan minat dan bakat anak.
Hal itu baik bagi anak untuk mengenal kekuatan dan kelemahan dirinya serta melatih interaksi sosial yang positif dengan lingkungan.
5. Ajari mengelola marah
Ajarkanlah anak bagaimana mengelola rasa marah. Mengenali perasaan adalah hal sederhana yang sering terlupakan untuk diajarkan orang tua.
Anak harus mampu mengidentifikasi akan apa yang ia rasakan dan pikirkan.
Dengan demikian, mereka memahami tindakan apa yang harus dilakukan secara memadai serta dapat mengendalikan perasaannya agar tidak muncul dalam bentuk perilaku yang negatif.
6. Problem solving
Ajarkanlah anak bagaimana menyelesaikan masalah (problem solving). Problem solving adalah salah satu ketrampilan hidup yang paling dasar bagi manusia.
Mengajarkan bagaimana membuat prioritas dalam hidup sehari-hari dan bagaimana mempertimbangkan untung ruginya dalam memilih keputusan satu dan lainnya merupakan kiat sederhana dalam melakukan problem solving.
Ajak anak untuk berpikir dan bertindak berdasarkan pertimbangan-pertimbangan baik dan buruk, untung dan rugi, atau konseksuensi dari suatu pilihan perbuatan.
Oleh karena itu, anak akan tumbuh menjadi manusia yang matang dan bijak dalam bertindak.
7. Tingkatkan literasi
Terakhir, tingatkan literasi orang tua dalam bidang teknologi informasi dan media sosial.
Hal ini dimaksudkan agar orang tua dapat memahami pembicaraan anak terkait masalah-masalah terkini yang ada dalam dunia sosial.
Sekaligus memahami bagaimana menggunakan terknologi komunikasi terkini agar dapat memantau penggunaan alat-alat tersebut pada anak.***