OLEH: ACE SOMANTRI — Wakil Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kabupaten Bandung
BANDUNGMU.COM — Lika-liku menjadi aktivis persyarikatan Muhammadiyah, banyak hal berharga dan bernilai untuk kehidupan.
Sejak mengenal Muhammadiyah pada tahun 2000-an hingga saat ini, perjalanan gerakan Muhammadiyah secara umum terus berkembang dalam bidang peningkatan kuantitatif amal usaha pendidikan dan kesehatan.
Namun, sangat perlu ditata ulang untuk peningkatan pendekatan kualitatif. Dirasakan betul gerakan Muhammadiyah di akar rumput cukup memprihatinkan. Itu erlihat di beberapa tempat di Jawa Barat, khususnya gerakan dakwah, kurang berjalan dengan baik.
Apalagi di tingkat ranting, tidak memiliki amal usaha, sudah dipastikan kegiatannya tidak muncul. Wujuduhu kaadamihi.
Ternyata kondisi ranting Muhammadiyah yang tidak aktif berdampak pada eksistensi pimpinan cabang Muhammadiyah itu sendiri.
Oleh karena itu, telah menjadi frame secara tidak langsung bahwa Muhammadiyah eksis ketika memiliki amal usaha. Padahal amal usaha lahir dari gerakan anggota dan pimpinan di ranting ataupun cabang.
Ada mising link dalam mengimplementasikan gerakan Muhammadiyah secara praktis sehingga pola gerakan dakwah cenderung parsial.
Integrasi gerakan dakwah Muhammadiyah harus dirancang secara baik dan sesuai dengan tuntutan model kekinian.
Sangat memungkinkan mengintegrasikan dakwah fokus pada penguatan kawasan terpadu dari berbagai bidang dan jenis pengelompokan program dan kegiatan.
Hakikat dakwah sebenarnya bukan hanya pada warga persyarikatan, melainkan harus menggarap warga di luar warga persyarikatan.
Namun, bagi wilayah dan daerah tertentu yang secara sosio-geografis, mayoritas warga persyarikatan Muhammadiyah lebih memungkinkan pengembangan dakwah dengan formula pengelolaan dengan cara pembinaan berbasis kawasan.
Hal tersebut akan memberikan suasana kemuhammadiyahan lebih berasa. Bukan hanya ada tuntutan untuk memberi, melainkan merasakan keberadaan Muhammadiyah secara materil.
Qoryah Toyyibah salah satu gagasan Muhammadiyah cukup lama digelindingkan. Namun realisasinya belum ada realisasi yang pas dan tepat karena terkendala kawasan teritorial yang penghuninya warga persyarikatan.
Walaupun sebenarnya pola yang dikembangkan tidak mesti ada teritorial. Namun, program yang bernilai kemanfaatan bersifat pragmatis dan strategis bagi masyarakat terencana dan terkendali.
Lalu lintas kebutuhan masyarakat atau suplai dan demand masyarakat didesain oleh Muhammadiyah dijadikan modal sosial untuk dibuat sirkulasi ekonomi sosial berbasis kawasan.
Circle sosial ekonomi masyarakat saat ini dimanfaatkan oleh para pemilik modal kapital hingga tidak terasa dalam waktu yang lama tiba-tiba semua sudah dalam genggaman segelintir orang etnis keturunan non-pribumi.
Muhammadiyah masih ada peluang cukup besar. Alasannya karena Muhammadiyah sudah punya platform organisasi masyarakat berbasis keagamaan, doktrin, dan dogma yang selama ini ditransfer. Sejatinya semua itu harus segera diaktualisasikan dalam circle kehidupan masyarakat yang terintegrasi dan terpadu.
Acceptability Muhammadiyah di masyarakat cukup baik karena lebih moderat dalam kehidupan masyarakat secara luas. Hal tersebut harus dijadikan sumber kekuatan bagi para aktivis penggerak Muhammadiyah di mana pun berada.
Nasionalisasi dan internasionalisasi Muhammadiyah bukan hanya pendekatan struktural organisatoris, melainkan pola pengembangan gerakan mewujudkan masyarakat sebenar-benarnya, harus penguatan sistem sosial dan ekonomi keumatan akar rumput.
Soal jarak
Fakta hari ini, gerakan sosial Muhammadiyah cendrrung elitis dan politis. Hal itu terlihat dari penguatan ranting-ranting sebagai basis akar rumput sangat lemah sekali.
Hal yang tampak dalam permukaan sosial masih memiliki image sekelompok orang kelompok terdidik, terpelajar, mapan, dan tidak dekat dengan akar rumput (grassroot).
Padahal seharusnya Muhammadiyah tampil sebagai simbol masyarakat yang tanpa sekat batas status dan stratifikasi sosial aktivis Muhammadiyah.
Pada kebanyakan daerah, hampir merata kondisi ranting dan cabang Muhammadiyah, komunikasi dengan jamaahnya atau warga sekitar tidak terjalin secara terbuka. Apalagi pimpinan di atasnya.
Gerakan yang muncul bukan gerakan jamaah dakwah jamaah, melainkan gerakan pengurus dakwah pengurus.
Alhamdulillah masih ada gerakan pengurus. Pada beberapa tempat gerakan pengurus dan dakwah pengurus sudah tidak ada. Yang ada hanya plang organisasi.
Kiranya sangat tepat, menjelang Muktamar Muhammadiyah tahun ini, harus ada penegasan secara terstruktur dan sistematis persyarikatan Muhammadiyah memperkuat gerakan sosial ekonomi keumatan dengan kemasan Kampung Kreatif Muhammadiyah.
Modal sosial sudah dimiliki. Hanya kemauan dan tekad yang kuat ditanamkan dalam jiwa dan pikiran para aktivis Muhammadiyah.
Belajar dari Yastrib
Nabi Muhammad SAW, dari 14 abad yang lalu memberikan rule model pengembangan dan pembangunan masyarakat madani, yakni Kampung Yatsrib menjadi kota peradaban yang mencerahkan (Al Madinah Al Munawwarah).
Saling membahu Muhajirin dan Anshar bersama membangun masjid sebagai gerakan sosial yang masif, Usman bin Afan dan Abdurrahman bin Auf merancang pasar syariah sebagai pusat bisnis umat.
Gerakan politik hukum dengan lahirnya konstitusi Madinah sebagai atap hukum yang harus ditaati warga Yatsrib (Madinah) dan gerakan lain dalam membangun peradaban dalam skala kecil di Kampung Yatsrib.
Pada akhirnya menjadi kota inspiratif penuh pencerahan sehingga bisa dikatakan bahwa kemenangan umat Islam diawali dari Yatsrib. Penaklukan Kota Makkah (Futuh Makkah) secara sosial, ekonomi, politik, dan Hankam dimulai dari Yatsrib.
Yatsrib menjadi kawasan atau sebuah kampung yang menjadi awal dan pusat peradaban dunia. Sejak dibangun oleh Nabi Muhammad dan para sahabat ketika itu.
Muhammadiyah oraganisasi yang meneladani Rasulullah, tidak salah kalau dalam komunitas terkecil di sebuah ranting atau cabangnya merancang sebuah kampung yang jauh dari hiruk-pikuk kota.
Lokasi ini nantinya menjadi pusat atau kawasan terpadu gerakan sosial ekonomi yang memberikan solusi kepada persoalan umat. Bukan memberi polusi.
Gerakan yang dibangun tidak harus berangkat dari segala serba ada. Dari nol sekalipun Allah yang Mahakuasa pasti akan memberikan jalan menuju asa, harapan, dan cita-cita warga Muhammadiyah yang berbudi dan berdaya membangun masyarakat utama yang sebenar-benarnya.
Dengan konsep ini, rasanya Muhammadiyah bisa berjalan dengan baik tanpa harus menunggu uluran dari negara. Malah kita akan bangga ketika sebagai warga Muhammadiyah terus membantu negara. Wallahualam.***