BANDUNGMU.COM, Bandung – Elen Apphylia Indrawaty Peni, mahasiswa baru yang memilih studi pada Kriya Tekstil dan Fashion Universitas Muhammadiyah (UM) Bandung, merupakan contoh nyata bagaimana kecintaan terhadap seni dan kreativitas bisa mengantarkan seseorang melintasi pulau demi meraih impian.
Memeluk agama Kristen dan berasal dari Nusa Tenggara Timur (NTT), Elen tidak hanya berani meninggalkan kampung halamannya, tetapi membawa semangat dan harapannya untuk mengeksplorasi dunia baru yang diminatinya.
Keputusan Elen untuk kuliah di UM Bandung bermula dari penelusuran yang tidak terduga di media sosial. “Saya tertarik dari Instagram Kriya Tekstil UM Bandung. Saya lihat pameran-pameran mereka dan langsung merasa, ‘oh, bagus ya!’” ungkapnya.
Dari ketertarikan itu, dia pun berkunjung ke Bandung dan akhirnya mendaftar. “Ternyata saya lolos tes dan bisa lanjut,” tambahnya dengan senyum bangga.
Namun, perjalanan Elen di Bandung bukan tanpa tantangan. Saat ditanya tentang pengalaman pertama yang membuatnya merasakan budaya baru, ia mengisahkan pengalamannya yang menggelikan.
“Biasanya di rumah, saya bisa duduk sampai larut malam, tapi di sini, saya kaget. Pintu kos sudah tutup pukul sembilan malam!” candanya, menggambarkan betapa berbeda dan teraturnya kehidupan di kota besar dibandingkan dengan di kampung halaman.
Meski demikian, Elen menemukan banyak hal positif dari lingkungan barunya. “Kesan saya bagus, luar biasa. Saya bisa bertemu teman-teman baru yang sangat terbuka dan ramah,” ujarnya dengan semangat. Perjalanan baru ini bukan hanya soal akademis, melainkan tentang menjalin relasi dan memahami keragaman budaya.
Kehidupan di Bandung, dengan segala keunikannya, telah memberikan warna baru dalam perjalanan Elen. Dia tidak hanya belajar tentang studi tekstilnya, tetapi tentang kebersamaan dan adaptasi. Dengan tekad yang kuat dan semangat yang membara, Elen siap mengejar mimpinya dan mengukir jejak di dunia Kriya Tekstil UM Bandung.
Lingkungan mendukung
Sama halnya dengan Elen, dari seberang pulau lainnya, Muhammad Naufal. Mahasiswa baru Studi Manajemen Universitas Muhammadiyah Bandung ini berasal dari Makassar dan kini tinggal di Jayapura, Papua. Keputusan Naufal untuk merantau ke Bandung bukan hanya soal pendidikan, melainkan tentang mengejar cita-cita dan membangun masa depan.
“Bagi saya, merantau itu seperti membuka peluang. Di Bandung, saya merasa apa yang ingin dicapai bisa lebih mudah,” ungkap Naufal, mencerminkan harapan dan keyakinannya yang menggebu. Menurutnya, lingkungan yang mendukung dan berbagai kesempatan di kota ini sangat penting bagi pertumbuhan pribadi dan profesionalnya.
Naufal menjelaskan mengapa ia memilih Universitas Muhammadiyah Bandung. “UM Bandung jauh lebih modern dibandingkan dengan universitas swasta lainnya,” katanya. Informasi ini didapatkan melalui penelusuran daring yang memberinya keyakinan bahwa tempat ini adalah pilihan yang tepat untuk melanjutkan studinya.
Namun, setiap perubahan tentu membawa tantangannya sendiri. “Culture shock yang saya alami lebih ke nada bicara. Di sini, cara orang berbicara terasa berbeda,” ujarnya. Naufal menyadari bahwa memahami cara berinteraksi yang baru adalah bagian dari proses penyesuaian diri.
Dalam acara pekan sosialisasi dan orientasi mahasiswa baru (Pesonamu) yang dihadirinya, Naufal terkesan dengan suasana dan fasilitas kampus. “Kesan pertama saya sangat positif. Fasilitas kampus sangat mendukung dan membuat saya merasa nyaman untuk belajar,” tambahnya. Dia melihat komitmen universitas untuk menyediakan lingkungan yang baik bagi mahasiswa.
Harapan Naufal di UM Bandung pun sangat besar. “Saya ingin menjadi lebih baik dan berkontribusi pada pengembangan sumber daya manusia yang lebih baik dari sebelumnya,” ucapnya dengan semangat. Ia percaya bahwa pendidikan bukan hanya tentang teori, melainkan tentang bagaimana mengaplikasikan ilmu untuk pemberdayaan masyarakat.
Dengan semangat yang tinggi, Muhammad Naufal siap menjalani perjalanan pendidikannya di Kota Bandung. Setiap langkah yang diambilnya adalah bagian dari upaya meraih impian, berkontribusi, dan tumbuh sebagai pribadi yang lebih baik. Naufal meyakini Bandung bukan sekadar tempat belajar, melainkan rumah baru untuk membangun masa depan yang lebih cerah.***(Nurul/Kaisan/Bewara)