OLEH: ACE SOMANTRI — Dosen Universitas Muhammadiyah Bandung
BANDUNGMU.COM — Entah kapan istilah kata lebaran menjadi budaya yang sangat sakral dan membahagiakan. Namun yang jelas momentum 1 Syawal disambut seluruh umat Islam Indonesia dengan eforia dan penuh kebahagian.
Jauh dari perantauan umat Islam senantiasa merindukan untuk berjumpa sanak saudara di kampung halaman. Tradisi dan budaya lebaran disambut gegap gempita dari kota hingga ke pelosok desa. Umat Islam ceria dan bahagia menyambutnya.
Tidak kaya atau miskin semua merasakan kebahagiaan yang tiada tara, di mana pun berada. Anggota keluarga berusaha untuk bertatap muka dan silaturahmi.
Dari generasi ke generasi, tradisi ini terus berlanjut dan saling mewarisi. Rindu dan kangen kepada keluarga di kampung halaman membuat anggota keluarga yang merantau nan jauh di sana berharap bisa pulang untuk bersua. Walaupun hanya sekedar untuk melihat muka sambil bercanda ria.
Lebaran sudah menjadi tradisi umat Islam Indonesia dalam rangka mensyukuri nikmat Allah Selama satu bulan penuh di bulan Ramadhan berusaha keras menahan haus, dahaga, dan lapar untuk menunaikan perintah agama.
Rutinitas ibadah saum Ramadhan memberikan nuansa lain dalam kehidupan umat Islam khususnya yang ada di Indonesia. Haru biru keceriaan yang terpancar dalam wajah umat Islam memberikan pesan bahwa saat ini kebahagiaan menjadi miliknya.
Hal itu sebagai hadiah dari Allah Ta’ala atas apa yang telah dilakukan selama satu bulan mereka berpuasa. Wajar dan rasional bagi umat Islam merasakan kebahagiaan yang menembus dinding kejemuan, kekecewaan, atau kekesalan yang muncul dalam hiasan hidup.
Berbagai rencana acara yang dibuat oleh kelurga tidak ketinggalan dirancang secara informal. Pasalnya yang terpenting substansinya menyentuh pada kegiatan nostalgia keluarga pada masa-masa ketika berada di kampung halaman.
Lebaran menjadi momentum baik dalam membangun ukhwah keluarga secara nasabiyah. Namun, lebaran juga menjadi cara untuk memperkokoh silaturahmi dengan sahabat dan kerabat dekat agar tali persaudaraan semakin erat.
Nostalgia ketika hari lebaran nyaris tidak terlewatkan. Banyak di antara kita mengenang masa lalu ketika masih kecil usia dan masa-masa remaja penuh memori indah yang membekas dalam ingatan.
Bahkan tidak sedikit yang mengenang masa lampau ketika awal pubertas remaja dengan lawan jenis ketika saling menyukai satu sama lain dengan istilah cinta monyet. Hanya dengan senyum simpul tersimpan dalam jiwa ketika bertemu, masa lalu sudah terlewati, biarkan waktu menjadi hari bahagia tanpa terganggu suasana.
Yang penting dicatat bahwa lebaran adalah momentum silaturahmi keluarga, sahabat, dan kerabat untuk saling melepas rindu dan kangen bersama dan kemudian saling bercerita pengalaman masing-masing di perantauan.
Lebaran, kata paling ditunggu bagi para perantau di mana pun berada, karena hanya momentum itu yang tepat untuk bersua dengan keluarga. Pada momen itu juga para pekerja atau perantau mendapatkan Tunjangan Hari Raya (THR).
Bentuk kebahagian dan keceriaan banyak disimbolkan dalam tradisi saling berbagai makanan dan minuman sesama di antara keluarga dan tetangga. Tentu hal yang paling menyenangkan bagi usia anak-anak dan remaja menunggu angpau lebaran dari orang-orang dewasa dan para orang tua.
Ketika hari raya tiba, hampir semua jenis makanan dan minuman tersaji secara terbuka, siapa pun yang berkunjung dari rumah ke rumah lainnya sudah pasti ada sajian makannya. Kadang-kadang makanan dan minuman yang disajikan tidak termakan karena alasan terlalu banyak atau kalau dalam istilah Sundanya “dilebar- lebar”.
Lebaran tiba, kebahagiaan pun menyertainya. Selain berbagi makanan, minuman, dan angpau bagi anak-anak, kebahagian umat Islam hampir semua pada hari raya dipastikan berganti pakaian yang baru. Bukan hanya baru dipakai, melainkan benar-benar seperngkat pakaian lengkap yang baru dibeli dari supermarket, butik, dan toko pakaian lainnya.
Tidak aneh saat hari raya umat Islam pagi hari berbondong-bondong menuju lapangan terbuka untuk shalat id berjamaah dihiasi pakaian baru dan rapih.
Sebelum pergi untuk shalat berjamaah id dipastikan sudah sarapan khas hari raya yaitu lontong ketupat dan kare daging gurih dan sedikit pedas merica dan cabai merah.
Gema takbir dari awal malam 1 syawal bersahutan dari satu masjid dengan masjid lainnya mengiringi malam takbir. Susana mengenang dari masa ke masa sangat terasa terkhusus orang- orang tercinta sudah tiada. Semoga mereka mendapat tempat terbaik di sisi Allah Ta’ala. Amin.***