UMBandung
Opini

Mendamba Semangat dan Model Baru Kepanduan Hizbul Wathan

×

Mendamba Semangat dan Model Baru Kepanduan Hizbul Wathan

Sebarkan artikel ini
Ace Somantri

Oleh: Ace Somantri

BANDUNGMU.COM — Gagah dan berani layak disematkan kepada gerakan kepanduan Hizbul Wathan (HW) Muhammadiyah. Nyentrik dan unik tampilan sosok para pimpinan kwartir pusat, wilayah, dan daerah saat penampilan pengurus dan aktivis elitenya masih banyak usia lansia di usia rentang 70-80-an.

Mereka tetap terlihat semangat dengan berseragam kepanduan Hizbul Wathan dengan khas seragam tempo dulu yang hampir sama atau menyerupai seragam Tentara Kemanan Rakyat (TKR) awal perjuangan kemerdekaan Republik Indonesia.

Namun, dalam fakta dan realitas sejak masuk tahun 1999-2000-an yang berminat masuk kepanduan sangat terbatas, khususnya gerakan kepanduan Hizbul Wathan Muhammadiyah.

Penggerak dan pembaharu gerakan kepanduan Hizbul Wathan tidak patah semangat. Berbagai halang rintang yang menerpa tetap teguh tak tergoyahkan dengan sikap keperwiraan yang menjadi prinsip gerakannya. Tidak peduli orang berkata dan membuli karena baginya hanya satu tekad dan cita-cita bersama mencapai tujuan.

Hizbul Wathan salah satu gerakan kepanduan yang memiliki karakteristik khusus. Selain lahir dari rahim Muhammadiyah, tetapi juga salah satu yang ikut berperan penting menjadi inspirator tokoh-tokoh bangsa untuk lahirnya kepanduan Pramuka Indonesia sebagai kepanduan nasional.

Walaupun saat itu ada intervensi kekuasaan, dengan ketulusan dan kerelaan penggerak kepanduan Hizbul Wathan sami’na waata’na kepada pemimpin bangsa dan negara.

Terlebih saat itu gangguan terhadap stabilitas negara dalam suasana kurang kondusif dari rongrongan yang berkepentingan dalam kekuasaan dan kedaulatan bangsa.

Sekalipun ada peleburan, jiwa dan karakter dari kepanduan Hizbul Wathan Muhammadiyah tetap menjiwai dalam gerak langkahnya. Bahkan, berbagai kegiatan yang dikembangkan dalam kepanduan Pramuka banyak diserap dari nilai-nilai kepanduan Hizbul Wathan Muhammadiyah.

Zaman terus berubah dan berganti generasi. Ini merupakan sunnatullah yang naturalis setiap zaman harus ada generasinya. Begitupun gerakan kepanduan Hizbul Wathan Muhammadiyah dari generasi assabiqunal awwalun (awal).

Baca Juga:  Lewati Seleksi Ketat, Dosen UIN SGD Bandung Lolos Jadi Asesor LAMEMBA

Mereka telah menanamkan dasar-dasar gerakan kepanduan yang berorientasi pada peningkatan kualitas diri kader-kader pandu yang disiplin, pemberani, dan rela berkorban untuk kepentingan agama, umat, dan bangsa.

Nilai-nilai kebersamaan dan kejamaahan untuk solidaritas antar kader pandu dalam satu cita-cita dan tujuan. Kemuliaan hati dalam membangun mental yang sehat dan kuat akan mendorong dari dalam jiwa membentuk akal pikiran sehat.

Dari gerakan baris-berbaris melatih fisik lebih teratur dan disiplin, kepatriotan dan kesatriaan kader pandu terbangun dari spirit kejuangan atas dasar nilai spiritualitas keyakinan beragama.

Janji dan undang-undang Hizbul Wathan Muhammadiyah, ternasuk yang dikenal istilah dasa darma dalam kepanduan Pramuka telah menjadi nilai dasar kepanduan di Indonesia.

Hari ini di era digital sering tiba-tiba terjadi sesuatu karena disrupsi. Kepanduan selama ini salah satu entitas tertentu yang terbilang komunitas khusus. Keberadaannya boleh dikatakan kurang peminat, kecuali sekolah-sekolah yang masih meyakini pentingnya kepanduan.

Namun, di lingkungan Muhammadiyah mewajibkan kegiatan ekstrakurikuler sekolah bidang kepanduannya harus gerakan kepanduan Hizbul Wathan.

Seandainya hal tersebut tidak diwajibkan, entah masih ada atau hilang ditelan masa. Di era generasi milenial, sebaiknya cara dan model serta kemasan kegiatan kepanduan harus berusaha keras dan cerdas disesuaikan dengan zamannya.Ttidak boleh larut dalam romantisme sejarah.

Hari ini nilai juangnya tidak lagi mengokang senjata, tetapi touch screen android dan smartphone sebagai alat dan media sehari-hari. Dari situlah gerakan kepanduan harus hadir dengan gaya baru tanpa meninggalkan karakteristiknya.

Dapat kita rasakan bersama walaupun dalam lintasan sejarah, gerakan kepanduan Hizbul Wathan mengalami kejayaan sehingga banyak diminati generasi kala itu.

Baca Juga:  Kenapa Umat Islam Tertinggal dalam Ilmu Pengetahuan Sains, Teknologi, dan Bidang Ilmu lainnya?

Juga tidak ketinggalan eksistensi gerakannya menjadi perhatian pemerintah karena banyak berkontribusi dalam gerakan kemerdekaan. Namun, tidak lama kemudian mengalami keterpurukan saat dibubarkan oleh penguasa negeri hingga puluhan tahun lamanya.

Lama ditelan masa karena kebijakan pemerintah. Timbul tenggelam dalam aktivitas gerakan menjadi sisi lain yang dialami kepanduan Hizbul Wathan dalam melintasi zaman.

Positioning gerakan kepanduan setelah tenggelam cukup lama. Sangat terasa sekali eksistensi gerakannya mengalami penurunan signifikan.

Alasannya selain kembali ke titik nol. Namun, eksistensi kepanduan Pramuka sebagai kepanduan resmi benar-benar telah menjiwai di seluruh tingkat satuan pendidikan dari pra sekolah taman kanak-kanak hingga tingkat perguruan tinggi.

Termasuk seluruh sekolah Muhammadiyah pun kepanduannya sejak dibubarkan tahun 1961 hingga tahun 1999 benar-benar mengikuti kepanduan Pramuka sepenuhnya.

Bahkan, hingga kini masih ada beberapa sekolah Muhammadiyah yang menggunakan seragam kepanduannya Pramuka Indonesia.

Saat-saat transisi proses perubahan kebijakan dari persyarikatan Muhammadiyah bahwa sekolah-sekolah yang berbadan hukum Muhammadiyah dalam gerakan kepanduannya menggunakan Hizbul Wathan.

Oleh karena itu, dengan usaha keras kader pandu di berbagai tingkatan pimpinan Muhammadiyah, Kepanduan Hizbul Wathan berangsur kembali percaya diri menjadi kepanduan resmi di lingkungan pendidikan Muhammadiyah.

Kebekuan gerakan sejak dibubarkan hingga bangkit kembali, lanjut dibangun dengan spirit dan arah baru, gerakan kepanduan Hizbul Wathan Muhammadiyah berharap unggul dan berkemajuan.

Namun, tampaknya tidak mudah mengubah tradisi lama. Sangat mungkin mengalami kesulitan yang cukup berat menanamkan nilai-nilai kepanduan yang benar-benar sesuai jati diri pandu persyarikatan Muhammadiyah.

Perhatian, kepekaan, dan kepedulian induk persyarikatan Muhammdiyah di berbagai tingkatan masih tergolong masih kurang. Hal itu banyak dikeluhkan oleh beberapa penggerak kepanduan di berbagai tingkat kwartir.

Baca Juga:  Manusia Setengah Muhammadiyah

Apalagi tingkat qobilah dan dewan sughli di berbagai amal usaha pendidikan Muhammadiyah masih banyak yang belum benar-benar diperhatikan secara serius dan sungguh-sungguh.

Meretas gerakan kepanduan Hizbul Wathan menjadi pekerjaan utama kepemimpinan Kwartir Pusat periode ini. Sebaiknya paradigma simbolistik dalam aksesoris dan badge-badge kepanduan tidak menjadi kebanggaan berlebihan karena harus selaras dengan perkembangan zaman. Meretas harus selaras dengan entitas generasi-generasi tanpa batas.

Satu abad melintas zaman, bukan waktu yang singkat, melainkan sangat panjang dengan lini masa membentang. Entah berapa lintasan generasi dari sejak tahun 1918 hingga kini ada di tahun 2023. Sementara setiap saat rentang satu tahun lamanya banyak lahir generasi pandu baru terus menerus tak berhenti.

Di sisi lain, roda organisasi terlihat dan terasa mengalami stagnasi periodisasi dengan alasan tidak ada yang peduli. Malah ada ungkapan canda yang pesimistik dari salah satu ramanda, “HW euweuh anu ngambuan”.

Kala dimaknai secara sederhana artinya bahwa organisasi HW tidak ada membuat tertarik bagi aktivis persyarikatan. Kira-kira begitu yang dimaksud.

Semoga hal itu menjadi autoklritik yang konstruktif bagi para aktivis kepanduan Hizbul Wathan. Kita berharap hal itu juga bisa memotivasi penggerak kepanduan agar lebih agresif-dinamis.

Yakni semata-mata untuk mengubah paradigma baru tentang kepanduan gaya lama menjadi gerakan kepanduan model baru yang lebih menarik bagi warga Muhammadiyah dan masyarakat umum.

Berharap momentum melintas zaman tidak hanya romantisme masa lalu untuk berbangga semata. Namun, menjadi momentum meretas segala ketabuan dan status quo gerakan kepanduan yang selama ini terkesan menjadi pandu yang nirkemajuan. Wallahu’alam.***

PMB UM Bandung