PMB Uhamka
Islampedia

Milikilah Rasa Malu Agar Ruhani Semakin Kuat

×

Milikilah Rasa Malu Agar Ruhani Semakin Kuat

Sebarkan artikel ini
Ilustrasi (Istockphoto).

BANDUNGMU.COM — Dalam kehidupan sehari-hari, rasa malu memiliki peran penting sebagai bagian dari keimanan. Rasulullah SAW pernah bersabda, “Rasa malu adalah sebagian dari iman” (HR al-Bukhari dan Muslim). Rasa malu (al-haya’) bukan sekadar perasaan negatif, melainkan sifat mulia yang mendorong seseorang untuk berbuat baik, taat, dan menjauhi perilaku tercela.

Tanpa rasa malu, manusia kehilangan kendali atas dirinya. Ia dapat bertindak sesuka hati tanpa memedulikan dampaknya, baik terhadap dirinya sendiri maupun orang lain. Dalam perspektif Islam, rasa malu adalah pengendali nafsu yang melindungi kita dari perbuatan yang melampaui batas.

Mempraktikkan rasa malu

Rasa malu sejatinya menjadi penuntun kita untuk menjaga moralitas. Sebagai contoh, seorang yang berilmu seharusnya merasa malu jika tidak memanfaatkan ilmunya untuk kebaikan. Seorang pemimpin yang menyalahgunakan kekuasaan untuk menindas rakyatnya, atau seseorang dengan status sosial tinggi yang berbuat tercela, juga seharusnya merasa malu.

Baca Juga:  Bekerja dan Beribadah Atas Dasar Ikhlas Karena Allah

Kisah-kisah inspiratif dalam Islam mencontohkan bagaimana rasa malu menjaga kehormatan diri. Nabi Yusuf AS, misalnya, menolak godaan Zulaikha dengan alasan malu kepada Allah. Begitu pula dengan kisah seorang penggembala kambing yang bertemu Umar bin Khattab. Ketika Umar menawarkan uang untuk membeli seekor kambing dengan alasan dapat membohongi pemiliknya, sang penggembala menjawab dengan tegas, “Kalau begitu, di mana Allah?”

Pernyataan tersebut menjadi pelajaran mendalam. Rasa malu kepada Allah adalah landasan moral yang seharusnya tertanam dalam hati setiap manusia. Betapa malunya jika kita melakukan korupsi, menzalimi orang lain, atau berbuat keburukan, sementara Allah SWT selalu melihat kita.

Baca Juga:  Membalas Keburukan dengan Kebaikan, Amalan Para Wali!

Rasa malu sebagai pengendali

Rasa malu tidak hanya menjaga tindakan kita agar tetap berada di jalur yang benar, tetapi juga memastikan proses mencapai kebaikan dilakukan secara bermoral. Contohnya, seorang suami yang mencari nafkah untuk keluarganya adalah tindakan mulia. Namun, jika dilakukan dengan cara curang atau melanggar hukum, nilai kemuliaan itu hilang.

Dalam hadis Rasulullah SAW disebutkan, “Hendaklah kalian malu kepada Allah dengan sebenar-benar malu. Barang siapa yang malu kepada Allah dengan sebenar-benar malu, hendaklah ia menjaga kepala dan apa yang ada padanya, hendaklah ia menjaga perut dan apa yang dikandung di dalamnya, dan hendaklah ia selalu ingat kematian dan busuknya jasad.” (HR at-Tirmidzi, Ahmad, al-Hakim, dan al-Baghawi).

Baca Juga:  Gerak Total Muhammadiyah Menangani Bencana Banjir di Kalsel

Rasa malu adalah kekuatan ruhani yang melindungi kita dari keburukan. Ia menjadi benteng agar kita tidak dikalahkan oleh nafsu atau kepentingan dunia yang menyesatkan. Dalam setiap langkah kehidupan, rasa malu kepada Allah SWT seharusnya menjadi penjaga hati dan tindakan kita.***

PMB Uhamka