UMBandung
Opini

Merawat Tradisi Bermuhammadiyah

×

Merawat Tradisi Bermuhammadiyah

Sebarkan artikel ini

Oleh: Ace Somantri*

BANDUNGMU.COM — Pada hari Ahad, 5 Mei 2024, saya berkesempatan bersilaturahmi dengan Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Kabupaten Subang. Selain itu, saya juga mengisi waktu dalam pengajian setelah Ramadan dan Syawalan.

Saya berangkat pagi dari rumah dan melewati Tol Cisumdawu agar tidak terlambat sampai di lokasi silaturahmi. Jalan tol menuju Subang sangat lengang.

Meskipun jaraknya lebih jauh dibandingkan rute melalui daerah wisata Tangkuban Parahu di Lembang, Kabupaten Bandung Barat, jalur wisata sering kali macet parah yang melelahkan pengemudi dan dapat menyebabkan keterlambatan.

Setelah keluar dari tol Subang, saya langsung mencari rest area untuk sarapan karena belum sempat makan sebelum berangkat. Sambil makan, saya mengamati situasi sekitar yang tampak sepi, mungkin karena hari Ahad sehingga tidak banyak aktivitas seperti biasanya.

Berbeda dengan Muhammadiyah, termasuk para aktivisnya, yang hampir tidak mengenal libur. Justru pada akhir pekan, mereka sering mengadakan berbagai kegiatan untuk menjaga tradisi kebaikan sebagai bentuk eksistensi Muhammadiyah.

Kota Subang adalah daerah yang terletak di dekat Pantai Utara (Pantura) Jawa Barat. Mayoritas penduduknya adalah muslim sehingga Muhammadiyah diterima dengan baik di beberapa wilayah.

Menurut salah satu warga Muhammadiyah, Muhammadiyah pertama kali muncul di Kecamatan Pagaden. Bahkan, Ketua Umum PP Muhammadiyah pernah memenuhi undangan untuk mengisi pengajian di sana, menurut Ketua PCM Pagaden. Semoga hal ini dapat menjadi semangat bagi warga Muhammadiyah di Pagaden dan sekitarnya.

Baca Juga:  Muhammadiyah dan Inisiatif Pembaruan Kalender Hijriah

Saat tiba di lokasi acara silaturahmi, yang berlokasi di Komplek Pendidikan Muhammadiyah, tepatnya di SMP dan SMA Muhammadiyah Subang di Jalan Darah Kartawigenda Nomor 27, saya menemukan bahwa di komplek ini juga terdapat sebuah poliklinik.

Meskipun jamaah yang hadir tidak terlalu banyak, hanya sekitar 60 orang, hal itu tidak menjadi masalah bagi saya. Jumlah jamaah yang datang ke pengajian bukanlah hal yang penting.

Hal yang terpenting adalah menjaga konsistensi tradisi pengajian sebagai salah satu kegiatan utama dalam merawat gerakan Muhammadiyah. Tidak terbayangkan bagaimana jadinya jika persyarikatan menghilangkan tradisi pengajian ini, hal tersebut bisa mendatangkan malapetaka bubarnya institusi Muhammadiyah.

Menarik untuk dicermati, saat dialog dalam pengajian tersebut, seorang perwakilan warga Muhammadiyah dari salah satu PCM yang hadir mengajukan pertanyaan, “Bagaimana Muhammadiyah bisa membuat dan memberikan sesuatu yang menyenangkan masyarakat agar mereka terpikat dengan Muhammadiyah?”

Pertanyaan tersebut tampaknya sederhana, tetapi bagi saya memerlukan jawaban yang rasional dan kritis. Saya yakin di banyak tempat, tantangan seperti ini sering dihadapi.

Harapannya tentu adalah kehadiran Muhammadiyah dapat benar-benar menyenangkan masyarakat. Bukan malah menimbulkan keributan atau gesekan yang berkepanjangan–dan alhamdulillah itu tidak pernah terjadi.

Dengan kata lain, perlu dibuat cara dan strategi yang tepat agar masyarakat bisa menerima kehadiran Muhammadiyah dengan penuh kebahagiaan dan kegembiraan.

Sebagai contoh kecil yang dapat diterapkan untuk menarik perhatian dan mungkin menyenangkan masyarakat adalah dengan membantu salah satu keluarga duafa agar kesejahteraannya berangsur membaik. Dengan aksi seperti ini, orang yang dibantu tentu akan sangat senang.

Baca Juga:  T-Shirt uin.ner, Writing Sprints dan Publikasi Ilmiah Mahasiswa

Selanjutnya, ada pernyataan dan pertanyaan dari jamaah, yang diawali dengan penegasan bahwa ini bukan untuk membandingkan dengan pimpinan daerah Muhammadiyah lainnya.

Mereka menanyakan, “Mengapa di daerah lain, seperti di Jawa Tengah, hampir setiap kecamatan memiliki PCM? Bagaimana dengan Muhammadiyah Subang, apakah bisa seperti itu?”

Pertanyaan tersebut terlihat sedikit pesimistis. Namun, terdapat nilai positif di dalamnya karena menjadi dorongan yang mengingatkan agar pimpinan di berbagai tingkatan dan jamaah Muhammadiyah terus berpikir dan berupaya dalam dakwah amar makruf.

Tentu, hal ini dilakukan sekaligus dengan mengenalkan Muhammadiyah dengan ajaran-ajaran Islam yang mencerahkan umat. Selanjutnya, di waktu yang tepat, dilanjutkan dengan dakwah nahi munkar dengan cara yang tidak menyinggung perasaan umat lainnya.

Yang ketiga, sebaliknya bukanlah sebuah pertanyaan, tetapi lebih kepada harapan agar lokasi PCM dikunjungi. Mereka berkeinginan untuk mengadakan diskusi tentang cara-cara yang efektif dalam membangun dan mengembangkan Muhammadiyah.

PCM ini adalah awal dari kehadiran Muhammadiyah di Subang. Dengan adanya perhatian yang diberikan, sepertinya tidak ada alasan untuk tidak melihat dan mengunjungi PCM tersebut.

Meskipun sudah berdiri lama, namun perkembangan dan kemajuan PCM tersebut berjalan sangat lambat. Ketua PCM sangat berharap untuk mendapatkan pencerahan tentang strategi memajukan persyarikatan dengan modal AUM sehingga bisa menjadi kekuatan yang lebih sukses.

Baca Juga:  PCM Banguntapan Selatan Luncurkan Gerakan Sedekah Sampah

Alhamdulillah, dengan semangat para penggerak dan jamaah Muhammadiyah, mereka bertekad dan berupaya keras untuk menunaikan amanah Muktamar, Musywil, Musyda, dan Musycab Muhammadiyah. Mereka bertekad untuk menggerakkan, memperbarui, mencerahkan, dan memberdayakan umat Islam agar menjadi umat yang mendapatkan keselamatan dunia dan akhirat.

Ditegaskan juga bahwa Muhammadiyah tidak hanya melakukan dakwah secara lisan semata. Namun, lebih banyak berdakwah melalui sikap, tindakan, dan perbuatan nyata.

Dengan cara ini, dakwah Muhammadiyah dapat dirasakan langsung oleh umat tanpa memandang kelompok atau paham keislaman. Bahkan, Muhammadiyah akan tetap melayani individu dari berbagai agama selama sesuai dengan prinsip-prinsip dan nilai-nilai Islam.

Alhamdulillah, PDM Subang juga telah membuka dua cabang Muhammadiyah sebagai langkah nyata dalam menjalankan program dengan terus bergerak dan bekerja untuk kepentingan persyarikatan.

Memang, tidaklah mudah untuk menyebarkan ajaran Islam dengan pendekatan Muhammadiyah di wilayah Pantura. Mayoritas penduduknya telah memiliki keyakinan kuat terhadap paham Islam dengan pendekatan yang mereka anut, yang sudah menjadi bagian dari tradisi turun-temurun.

Meskipun demikian, semangat untuk kemajuan tidak membuat kita putus asa. Bagi Muhammadiyah, di mana pun mereka berada, akan terus berusaha dengan keras untuk membantu dan melayani umat sesuai dengan kemampuan yang dimiliki.

*Dosen UM Bandung dan Wakil Ketua PWM Jabar

PMB Uhamka