BANDUNGMU – Mereka yang sudah terpapar virus covid-19 kemudian sembuh kembali punya banyak cerita yang bisa dibagi kepada orang lain. Salah satu tujuannya jelas agar kita bisa lebih waspada dan mengantisipasi dampak buruk Covid-19.
Kemudian di samping mereka yang terpapar, ada juga mereka yang punya pengalaman lain yang berkaitan dengan usahannya yang mengalami masalah. Mereka berjuang di tengah ketidakpastian situasi.
Dari pengalaman mereka kita bisa belajar bagaimana harusnya menghadapi wabah yang tak kunjung berakhir ini. Tentu saja pengalaman bagaimana awal mereka terpapar sampai isolasi di rumah layak kita dengar. Atau pengalaman bagaimana mereka bisa bertahan dalam bisnisnya.
Berbagi cerita dan pengalaman inilah yang tampaknya menjadi latar belakang webinar ”Berbagi Cerita Corona, Kita Bisa Apa?” yang diinisiasi Pimpinan Wilayah Pemuda Muhammadiyah Jawa Barat (PWPM) pada Kamis 29 April 2021.
Ketua Pimpinan Wilayah Pemuda Muhammadiyah Jawa Barat (PWPM) Reza Arfah mengatakan bahwa mendengarkan cerita dari mereka yang pernah terpapar covid-19 sangat penting.
”Termasuk juga mendengarkan bagaimana dari pihak pemangku kepentingan seperti DPRD Jabar agar bisa diketahui kapan Covid-19 bisa diatasi dan berakhir,” kata Reza.
Acara santai tapi serius ini diselenggarkaan via youtube dan zoom dengan menghadirkan beberapa narasumber yang membagikan ceritanya dalam menghadapi Covid-19.
Mereka di antaranya Komisaris Independen Jamkrindo Muchlas Rowi, Wakil Ketua DPRD Jabar Ineu Purwadewi S., Ketua Harian Jabar Bergerak Tatan Ahmad Santana, dan Direktur Utama Jaswika Jabar Deni Nurdyana.
Pengalaman terpapar Covid-19 menjadi episode hidup Muchlas yang berharga. Muchlas bercerita bagaimana pengalaman isolasi mandiri di rumah saat terkena virus Covid-19.
Pengalaman tersebut juga ia tulis dalam sebuah buku yang berjudul ”Catatan Perjuangan Melawan Corona”.
”Di rumah pun saya tidak berinteraksi sama sekali dengan siapa pun. Jadi waktu terpapar itu saya benar-benar di kamar dengan istri berdua,” ucap Muclas.
Ia mengatakan ada berbagai cara dalam melawan Covid-19, mulai dari gerakan memakai masker, berbagi di tengah pandemi, gotong royong membasmi Covid-19, dan sebagainya.
”Virus Corona memang nyata, tetapi bisa dilawan jika kita mau berusaha, apalagi menjalankan panduan yang telah ada,” lanjut Muclas.
Sementara itu Ineu menceritakan pengalamannya dalam menghadapi Covid-19 dari sudut pandang pemerintah Provinsi Jawa Barat.
Menurutnya peningkatan Covid-19 di Indonesia terutama di Jawa Barat disebabkan oleh ketidakdisiplinan penereapan protokol kesehatan.
Oleh karena itu, hal tersebut berakibat pada berbagai sektor seperti jasa perusahaan, transportasi, pergudangan, hingga industri pengolahan yang menjadi salah satu penyangga ekonomi Jawa Barat.
”Masyarakat Indonesia terutama Jawa Barat harus mempunyai pandangan bahwa kita tidak boleh terus seperti ini,” ujarnya.
Peran DPRD Jabar, aku Ineu, dalam menghadapi Covid-19 didasari pada tiga fungsi DPRD, yaitu pembentukan perda, fungsi penganggaran, dan fungsi pengawasan.
”Kami harus terus melakukan ikhtiar dan upaya untuk menyelamtakan masyarakat Jawa Barat dari Covid-19,” tutur Ineu.
Kemudian Direktur Utama Jaswika Jabar Deni Nurdyana menceritakan bagaimana terpukulnya usaha yang ia jalani.
”Membicirakan Covid-19 ini, kita merasa terpukul akibat dampak yang ditimbulkan virus tersebut, terutama bagi perusahaan,” kata Deni.
Ia berharap terutama di bulan suci Ramadan, Covid-19 bisa segera menghilang dari Indonesia.
”Untuk itu doa yang dipanjatkan di bulan puasa bisa terkabulkan agar bisa cepat-cepat terbebas dari Covid-19,” katanya.
Pada bagian sesi akhir, Ketua Harian Jabar Bergerak Tatan Ahmad Santana menceritakan pengalamannya bersama Jabar Bergerak dan persyarikatan Muhammadiyah.
”Persyarikatan Muhamadiyah sampai hari ini adalah persyarikatan yang memiliki fasilitas kesehatan terbanyak di antara peryarikatan-peryarikatan lainnya,” katanya.
Ia mengatakan, dalam kondisi pandemi ini, bukan hanya virus yang dihadapi, melainkan berita-berita hoaks yang tersebar terkait Covid-19, perlu diperangi. Berita yang tidak asal-usulnya mengenai covid-19 sangat merusakan kewarasan masyarakat yang cukup menderita.
”Berita yang tak baik, berita yang dusta, inilah yang kemudian menjadi challenging bagi kita semua,” pungkas Tatan.
Reporter: Firman Katon