UMBandung
Opini

Mikrobioma Usus dan Perkembangan Anak: Kesehatan Anak Dimulai dari Usus 

×

Mikrobioma Usus dan Perkembangan Anak: Kesehatan Anak Dimulai dari Usus 

Sebarkan artikel ini
Oleh: D Nabilan Nur, Ninit Kania, dan Selvy Lavia Putri Pricilla (mahasiswa Bioteknologi UM Bandung semester 6)

BANDUNGMU.COM — Apa itu mikrobioma usus? Mikrobioma adalah kumpulan beragam bakteri, virus, dan jamur yang hidup di berbagai bagian tubuh manusia dalam hubungan yang kompleks (Hasibuan & Kolondam, 2017).

Mikrobioma usus memiliki peran penting dalam proses pencernaan makanan, penyerapan nutrisi, regulasi energi, sistem kekebalan tubuh, produksi vitamin (Putri et al., 2021), serta pengaturan suasana hati dan kesejahteraan mental (Wirasati et al., 2023).

Kolonisasi mikrobioma merupakan faktor utama dalam fungsi saluran cerna (Suryawan, 2018). Pada anak-anak, mikrobioma usus berperan penting dalam perkembangan sistem kekebalan tubuh, pencernaan, dan bahkan perkembangan kognitif (Ronan et al., 2021).

Pembentukan sirkuit dan fungsi otak anak selama masa perkembangan kritis atau sensitif dapat dipengaruhi oleh kolonisasi mikrobioma usus pada awal kehidupannya (Suryawan, 2018).

Faktor utama dalam fungsional saluran cerna adalah kolonisasi mikrobiomanya (Suryawan, 2018). Pada anak, mikrobioma usus memainkan peran penting dalam perkembangan sistem kekebalan tubuh, pencernaan, dan bahkan perkembangan kognitif (Ronan et al., 2021).

Terbentuknya sirkuit dan fungsi otak anak selama masa perkembangan kritis atau sensitif dapat dipengaruhi oleh adanya kolonisasi mikrobioma usus di awal kehidupan anak (Suryawan, 2018).

Pentingnya mikrobioma usus pada perkembangan anak

Pentingnya mikrobioma usus pada perkembangan anak tidak dapat diabaikan. Mikrobioma usus yang sehat mendukung pembentukan sistem kekebalan yang kuat, pencernaan yang efisien, dan perkembangan otak yang optimal.

Ketidakseimbangan mikrobioma pada tahap awal kehidupan dapat berdampak negatif pada kesehatan jangka panjang anak, termasuk risiko alergi, gangguan metabolik, dan masalah perilaku.

Baca Juga:  Tips Kuliah dan Ngampus Menyenangkan Bagi Mahasiswa Baru

Oleh karena itu, menjaga keseimbangan mikrobioma usus sejak dini merupakan langkah penting dalam mendukung pertumbuhan dan perkembangan anak yang sehat.

1. Penguatan sistem kekebalan tubuh

Perkembangan mikroorganisme dalam saluran pencernaan terjadi secara bertahap dimulai pada saat dilahirkan yang dipengaruhi oleh lingkungan dan asupan makanan. Saluran cerna dikelilingi oleh banyak mikroorganisme patogen dan non patogen yang berperan dalam sistem kekebalan tubuh manusia.

Pertumbuhan bakteri patogen yang berlebihan dalam saluran cerna dapat disebabkan oleh imunitas rendah dan infeksi. Hal tersebut mengakibatkan probiotik dalam saluran pencernaan menurun sehingga terjadi malabsorbsi zat gizi yang dapat menyebabkan perkembangan anak mengalami gangguan kesehatan. Mikrobioma yang sehat dan beragam dapat mengurangi risiko infeksi dan penyakit autoimun (Simanjuntak et al., 2022).

2. Pencernaan dan penyerapan nutrisi

Mikrobioma usus membantu memecah makanan yang sulit dicerna, menghasilkan nutrisi penting, seperti asam lemak rantai pendek, asam folat, vitamin K, dan beberapa vitamin B (Rizqoh et al., 2024). Hal ini sangat penting bagi anak-anak yang sedang dalam masa pertumbuhan dan memerlukan asupan nutrisi optimal untuk perkembangan fisik dan otak pada anak (Ratsika et al., 2021).

3. Perkembangan otak dan kesehatan mental

Terdapat hubungan erat antara mikrobioma usus dan otak, yang dikenal sebagai sumbu usus-otak. Mikrobioma memproduksi neurotransmitter dan metabolit dengan sifat neuroaktif yang dapat mempengaruhi suasana hati dan fungsi kognitif. Penelitian menunjukkan bahwa ketidakseimbangan mikrobioma dapat terkait dengan kondisi seperti autisme, ADHD, dan gangguan kepribadian spektrum (Ratsika et al., 2021).

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi mikrobioma usus anak. Faktor-faktor tersebut dapat memengaruhi keseimbangan dan keragaman mikroorganisme di dalam saluran pencernaan.

Baca Juga:  Ratusan Anak dan Orang Tua Antusias Ikuti Festival Permainan di UM Bandung

Pertama, proses kelahiran. Bayi yang lahir melalui persalinan normal cenderung memiliki mikrobioma yang lebih beragam dibandingkan dengan bayi yang lahir melalui operasi caesar. Hal ini disebabkan oleh paparan mikroorganisme dari jalan lahir ibu (Zhang et al., 2021).

Kedua, pemberian ASI. Air susu ibu (ASI) mengandung prebiotik dan probiotik yang membantu perkembangan mikrobioma usus yang sehat. ASI juga mengandung oligosakarida, yang merupakan sumber makanan bagi bakteri baik (Kamaruddin et al.,  2020).

Ketiga, penggunaan antibiotik. Antibiotik dapat mengganggu keseimbangan mikrobioma usus dengan membunuh bakteri baik dan buruk. Penggunaan antibiotik yang berlebihan pada anak-anak dapat mengganggu perkembangan mikrobioma yang sehat (Hadiyanto et al., 2022)

Keempat, diet dan lingkungan. Pola makan anak sangat mempengaruhi mikrobioma usus mereka. Makan yang tinggi serat, buah-buahan, sayuran, dan makanan fermentasi mendukung pertumbuhan bakteri baik. Sebaliknya, diet tinggi gula dan lemak dapat menyebabkan ketidakseimbangan mikrobioma (Kurniawan et al., 2020).

Referensi:

  • Hadiyanto, M. L., & Wahyudi, S. (2022). Probiotik sebagai pencegahan diare terkait antibiotik pada Anak. Cermin Dunia Kedokteran, 49(4), 219-222.
  • Hasibuan, F. E. B., & Kolondam, B. J. (2017). Interaksi antara mikrobiota usus dan sistem kekebalan tubuh manusia. Jurnal Ilmiah Sains, 35-42.
  • Kamaruddin, M., Triananinsi, N., Sampara, N., & RA, A. M. (2020). Karakterisasi DNA Mikrobiota Usus Bayi pada Persalinan Normal yang diberi ASI dan Susu Formula. Media Kesehatan msyarakat Indonesia. 16(1), 116-126
  • Kurniawan, D., Makmun, A., Zulfahmidah, Z., & Aisyah, W. N. (2020). Profil Mikrobiota Saluran Cerna Pada Anak, Dewasa, Berbagai Suku dan Ras. Indonesian Journal of Health, 1(01), 1-12.
  • Putri, S. S. F., Irfanuddin, I., & Murti, K. (2021). Potensi Mikrobiota Usus Dalam Pencegahan Dan Tatalaksana Obesitas. Jambi Medical Journal: Jurnal Kedokteran dan Kesehatan, 9(3), 276-282.
  • Ratsika, A., Codagnone, M. C., O’Mahony, S., Stanton, C., & Cryan, J. F. (2021). Priming for life: early life nutrition and the microbiota-gut-brain axis. Nutrients, 13(2), 423.
  • Rizqoh, D., Laudy, N. P., Atiqah, R. F., & Fadlika, R. (2024). Hubungan Antara Ketidakseimbangan Komposisi Mikrobiota Usus Terhadap Gangguan Kesehatan: Telaah Literatur. Jurnal Medika Malahayati, 8(2).
  • Ronan, V., Yeasin, R., & Claud, E. C. (2021). Childhood development and the microbiome—the intestinal microbiota in maintenance of health and development of disease during childhood development. Gastroenterology, 160(2), 495-506.
  • Simanjuntak, B. Y., Annisa, R., & Saputra, A. I. (2022). Kajian Literatur: Berhubungankah mikrobiota saluran cerna dengan stunting pada anak balita?. Amerta Nutrition, 6.
  • Suryawan, A. (2018). Komposisi mikrobiota dan perkembangan kognitif, perilaku dan karakter anak. Maternal, Infant and Young Children Nutrition & Health, July, 225-234.
  • Wirasati, R. I. C., Limantara, S., & Bakhriansyah, M. (2023, November). Systematic Review: Peran Nutraceutical Dalam Gut Mikrobiota–Brain Axis. In Lambung Mangkurat Medical Seminar ,  4(1), pp. 313-320.
  • Zhang, C., Li, L., Jin, B., Xu, X., Zuo, X., Li, Y., & Li, Z. (2021). The effects of delivery mode on the gut microbiota and health: state of art. Frontiers in Microbiology, 12, 724449.
Baca Juga:  Kuliah Bareng Birokrat UM Bandung Bahas Politik Dinasti dan Kondisi Tatanan Birokrasi
PMB UM Bandung