PMB Uhamka
Opini

Muhammadiyah dan Transformasi Islam Jawa Barat

×

Muhammadiyah dan Transformasi Islam Jawa Barat

Sebarkan artikel ini
Ace Somantri

Oleh: Ace Somantri, akademisi UM Bandung, pengurus PDM Kabupaten Bandung

BANDUNGMU.COM, Bandung — Muhammadiyah merupakan salah satu ormas Islam terbesar di Indonesia yang berkontribusi pada bangsa dan negara.

Ia banyak melahirkan berbagai gagasan yang menjelma menjadi pilar bangsa dan negara sehingga menjadi bagian dari tubuh bangsa Indonesia.

Pascamuktamar Muhammadiyah yang digelar di Solo, para aktivis persyarikatan di wilayah masing-masing berlanjut menggelar musyawarah wilayah (Musywil).

Lebih dari lima provinsi sudah memiliki pimpinan wilayah Muhammadiyah pada periode berikutnya. Di antaranya PWM Jawa Timur dan PWM Sumatera Selatan.

Sementara Muswyil PWM Jawa Barat rencananya digelar Februari 2022 di komplek Universitas Muhammadiyah Cirebon (UMC).

Sebagai salah satu kader Muhammadiyah Jawa Barat, baik atas nama pribadi maupun pimpinan di daerah, saya berharap Musywil berlangsung khidmat.

Muhammadiyah Jawa Barat

Pergerakan Muhammadiyah Jawa Barat tak lepas dari sosok sekaligus tokoh kunci, yakni H Djamhari.

Baca Juga:  Pesan Guru, Titah Tuhan, dan Wabah Covid-19

Ia merupakan saudagar batik yang menjadi pimpinan Muhammadiyah Garut yang berdiri pada 30 November 1923.

Kehadiran Muhammadiyah di Tatar Sunda sudah satu abad. Perjalanannya pasti melelahkan, sekaligus membahagiakan.

Muhammadiyah di Jawa Barat secara otomatis menjadi gerakan Islam yang menjalankan syariat Islam dengan model dan pola yang baru di zamannya.

Transformasi Islam yang bernuansa animisme ataupun dinamisme menjadi Islam mencerahkan yang jauh dari praktik yang dekat dengan kesyirikan.

Tak hanya itu, bahkan, awal-awal kehadirannya mengganngu eksistensi pemerintahan Hindia Belanda.

Namun, Muhammadiyah meyakinkan kepada mereka bahwa organisasi bentukan KH Ahmad Dahlan tersebut adalah gerakan sosial kemasyarakatan, bukan gerakan politik kekuasaan.

Sampai saat ini, Muhammadiyah di Jawa Barat menunjukkan eksistensinya dalam menyebarkan gerakan dakwah amar maruf nahi munkar.

Belajar Muhammadiyah dari daerah lain

Pada sisi lain, sebagai aktivis persyarikatan, saya merasa iri pada wilayah dan daerah lain khususnya Muhammadiyah Jawa Timur dan Jawa Tengah.

Baca Juga:  Merespons Perubahan Model KH Ahmad Dahlan

Mereka, sejauh pengamatan saya, gerakan persyarikatannya melesat jauh dan lebih maju.

Padahal, mereka diimpit dengan tradisi keberagamaan yang sangat tradisional. Atau pemahaman mereka terhadap Islam sangat minim.

Khusus Muhammadiyah Jawa Barat, dalam hal ini Kota Bandung sebagai pusat peradaban, faktanya jauh dari semestinya.

Selain terkenal sebagai kota pendidikan, Bandung juga masyhur dengan julukan Kota Paris van Java.

Melihat dari sisi itu, seharusnya Kota Kembang transformasi paham Islamnya lebih cepat dan memberdayakan.

Hal itu mereka (Muhammadiyah) tunjukkan dengan geliat berbagai amal usaha yang mensejahterakan warga persyarikatan dan umumnya masyarakat Jawa Barat.

Oleh karena itu, momentum Musywil Muhammadiyah Jawa Barat tahun ini, program Majelis dan Lembaga harus mewujud menjadi kegiatan yang produktif: bernilai pragmatis dan strategis.

Bahkan, akan semakin hebat dan kuat manakala seluruh kekuatan jaringan sosial, ekonomi, dan politik dapat terkoneksi dengan Muhammadiyah di Jawa Barat.

Saya yakin, ketika bicara potensi dan kekuatan Muhammadiyah di Jawa Barat, hal itu tak disanksikan. Hanya untuk menjelmakannya membutuhkan keberanian.

Baca Juga:  Mudik Lebaran, Luap Kerinduan Manusiawi

Siapa melakukan apa?

Pertanyaan berikutnya, siapa yang bertanggung jawab, misalnya:

  1. Menggerakkan seluruh komponen yang berada di struktur pimpinan pada setiap level, baik penyelenggara amal usaha maupun aktivis angkatan muda Muhammadiyah.
  2. Memperbarui isu-isu faktual dan strategis Muhammadiyah. Hal ini penting sebab ia merupakan kekuatan untuk menjaring aspirasi persyarikatan.
  3. Mencerahkan alam semesta, bak sinar mentari. Inilah peran utama aktivis persyarikatan untuk memperkuat gerakan amar makruf nahi munkar.
  4. Memberdayakan sumber daya, baik sumber daya manusia maupun sumber daya alam milik persyarikatan. Sehingga tidak ada aset Muhammadiyah terbengkalai dan terabaikan.

Bila kaderisasi Muhammadiyah Jawa Barat berjalan maksimal, insyaallah tidak akan kekurangan kader yang dapat menggerakkan roda persyarikatan.

Apalagi, sistem kepemimpinan persyarikatan harus ada dinamisasi dan regenerasi supaya Muhammadiyah di Tatar Sunda memiliki daya saing tinggi.***

PMB Uhamka