PMB Uhamka
News

Nasihat Untuk Para Ulama

×

Nasihat Untuk Para Ulama

Sebarkan artikel ini

Oleh: Nurbani Yusuf*

BANDUNGMU.COM — Berkatalah yang baik atau diam. Nabi Muhammad SAW juga berkata: “Semua anak Adam AS pasti berbuat dosa, sebaik-baik pendosa adalah yang bertobat.”

Selain Muhammad SAW, tidak ada yang maksum terjaga dari kesalahan. Habib tak bisa salah. Tapi Rizieq Shihab sudah pasti bisa berbuat salah. Kiai tidak bisa salah, tetapi Yahya Staquf, Marzuqi Mustamar, Bachtiar Nashir, sudah pasti bisa berbuat salah.

Ustadz tidak bisa salah, tetapi Adi Hidayat, Abdul Shomad, Khalid Bassalamah, apalagi Nur Sugi, sudah pasti bisa berbuat salah. Termasuk orang jelata macam Nurbani Yusuf adalah gudangnya kesalahan. Tak ada pengecualian.

Lantas apa pangkal soalnya? Karena antum semua menyandang posisi sebagai ulama dengan berbagai sebutan: kiai, habib, ustadz, gus, dan lainnya.

Baca Juga:  Empat Puluh Mahasiswa KPI Belajar Etika Siaran di KPID Jawa Barat

Gelar sakral karena berposisi sebagai pewaris nabi, panutan, dan teladan umat. Jadi, jangan sembarang berkata, apalagi bohong, dusta, tebar fitnah, saling mencela, saling memaki, berebut nashab, berebut kuburan, dan entah apalagi.

Merasa paling benar, menyalahkan kelompok lain, tetapi lupa dengan kesalahan sendiri. Tausiah tentang akidah, ujungnya menyalahkan akidah kelompok lain.

Berfatwa tentang salat, ujungnya menyalahkan salat teman sendiri. Fatwa tentang Allah tidak beranak, ujungnya berebut dan bertengkar menjadi anak Nabi. Seterusnya demikian. Tak ada ujung pangkal.

Di depan umat, kalian semua saling mencela, saling mengejek, seakan tak pernah baca Al-Quran bahwa itu dilarang. Kalian saling menghiba, tebar fitnah, saling mengintai, saling memata-matai, saling mencari-cari kesalahan dan menyebarkannya, seakan tak pernah dengar nasihat Nabi SAW. Panutan kalian yang setiap saat kalian berselawat mohon syafaat kepadanya.

Baca Juga:  Dihadiri Tokoh Sunda Dedi Mulyadi dan Ketua PP Muhammadiyah, UM Bandung Gelar Silaturahmi Bakda Idul Fitri 1445 Hijriah

Jika kalian ajarkan kebaikan, persaudaran, kelembutan, dan hal-hal makruf lainnya, maka insyaallah kalian mendapat bagian pahala utuh, berikut pahala jutaan umat yang meniru.

Sebaliknya, jika kalian ajarkan permusuhan, kebencian, dendam, fitnah di antara umat, maka kalian akan mendapat dosa, berikut dosa ribuan bahkan dosa jutaaan umat yang meniru kalian tanpa terkurangi.

Kenapa demikian? Karena kedudukan kalian sebagai pewaris nabi berbeda dengan kedudukan saya dan jutaan jelata lainnya.

Jika kami melakukan kesalahan atau kebaikan, daya resonansinya pasti sangat rendah. Namun, jika para pewaris nabi yang melakukannya, maka sudah pasti daya resonansinya sangat kuat, tinggi, dan jauh.

Baca Juga:  Pilihan Terbaik Hewan Kurban: Unta, Sapi, atau Kambing? Ini Penjelasan Muhammadiyah

Jika perpecahan, permusuhan, kebencian, fitnah, dan kemungkaran lainnya didiamkan, apalagi kalian berada di dalamnya, maka sungguh kalian telah mengambil posisi di neraka yang paling bawah karena royalti dosa gibah, fitnah, gaduh, kebencian, dari jutaaan umat, sudah pasti antum dapatkan utuh tanpa terkurangi.

Agama itu nasihat. Jika kalian tak mau dengar nasihat dari umatmu karena merasa lebih alim, maka sungguh iblis diusir dari surga karena merasa lebih baik.

Yang saya lihat sekarang adalah bahwa kalian tak bisa bertengkar. Pertengkaran kalian seperti pertengkaran orang jahiliah yang tidak berilmu. Astaghfirullah hal adhiem innahu kaana ghaffara.

*Komunitas Padhang Makhsyar

PMB Uhamka