UMBandung
Opini

Pangkalan Militer, Target Sasaran Rusia

×

Pangkalan Militer, Target Sasaran Rusia

Sebarkan artikel ini
Foto: unsplash

OLEH: ACE SOMANTRI — Dosen Universitas Muhammadiyah Bandung

BANDUNGMU.COM — Berbeda dalam berita media massa besar mainstrem seolah-olah yang terjadi perang brutal yang mencekam dan menakutkan sipil.

Beberapa hari ini mencoba membuka link channel yang menayangkan berbagai informasi Rusia vs Ukraina, visualisasinya banyak memperlihatkan lebih pada narasi yang cenderung sepaihak, walaupun kemasannya cukup diplomatis terkesan tidak membuat narasi keberpihakan.

Dalam sebuah dialog yang menghadirkan dua orang pengamat yaitu Raimond dan Hikmawanto sangat jelas bahwa perang Rusia dan Ukraina benar-benar ada menjaga kedaulatan bangsa.

Pelanggaran dalam perjanjian sebuah pengkhianatan, narasi yang muncul dalam media mainstream yang dilakukan Rusia bentuk operasi militer dan invasi yang tidak berdasar.

Perang dengan berbagi motif, selalu hidden agenda para pihak yang berkepentingan. Terlepas kondisi situasi terkini, perseteruan Rusia dan Ukraina buah dari konspirasi pihak yang berkepentingan, khususnya negara adidaya selama ini yang melakukan invasi ke berbagai negara dengan dalih perdamaian dunia.

Namun, faktanya untuk cengkeraman kekusaan sebuah negara adidaya. Berbagai informasi dalam media sosial, ada tuduhan pada Rusia bahwa tentara militernya melakukan tindakan pelanggaran kode etik perang yang di antaranya menggunakan senjata yang di larang untuk digunakan dalam perang.

Baca Juga:  Inilah Makna Kekeluargaan

Namun, dari pihak Rusia membantah dengan keras bahwa yang diberitakan dalam media-media barat mainstream yang pro adidaya tertentu menyebarkan berita hoaks. Padahal Rusia hanya menyerang fasilitas dan infrastruktur militer yang terindikasi milik NATO yang diproduksi di Ukraina.

Selain alasan tersebut, Rusia memiliki tanggung jawab moral terhadap dua wilayah yang memerdekan diri dari wilayah Ukraina, dan Rusia sendiri mengakui akan kemerdekaan dua wilayah tersebut.

Selain banyak faktor lainnya, yang di dua wilayah yang diakui Rusia ternyata faktanya pihak Ukraina banyak melakukan tindakan represif yang banyak makan korban jiwa karena dianggap pembangkangan dan dua wilayah itu diklaim masih di bawah Ukraina.

Saling klaim kebenaran, tetapi dari sumber pengamat yang memiliki sumber informasi fakta di Ukraina sebetulnya kondisi sipil di beberapa kota Ukraina cenderung aman. Mereka semuanya disuruh untuk bersembunyi dan sebagainya ada yang lalu-lalang beraktivitas biasanya.

Baca Juga:  Pelanggaran HAM Berat, Muslim India Sekarat

Karena pihak militer Rusia fokus menyerang infrastruktur dan fasilitas mileter Ukraina, hal itu untuk melumpuhkan militer Ukraina. Bahkan tidak sedikit banyak tentara Ukraina menyerahkan diri secara sukarela dan mereka mendapat perlakuan yang manusiawi dan dikembalikan ke keluarganya.

Fenomena informasi yang beredar, sepertinya beberapa link channel yang berafiliasi ke Rusia terindikasi di-hack dan sulit mendapat berita-berita yang sebenarnya, cenderung tidak berimbang. Dua negara yang memiliki histori sama, yaitu bekas Uni Soviet.

Namun dalam perjalanan konspirasi kepentingan global terus melakukan penetrasi pada negara bekas Uni Soviet untuk menjadi bagian dari NATO. Di sisi lain Rusia secara kekuatan teknologi dan militer setara dengan USA, bahkan beberapa produk alutsista melebihinya.

Perang yang terjadi saat ini, dalam opini sebelumnya sedikit memberi klaim tentang Rusia negara new adidaya. Hal itu terlihat dengan kepemimpinan Vladimir Putin di Rusia yang menunjukkan kemampuan membangkitkan kepercayaan diri bangsa berdiri di atas kaki sendiri, secara ekonomi maju pesat, termasuk negara besar yang miliki hutang sangat rendah.

Selain itu, Rusia juga bahkan mampu mengadvokasi wilayah dan negara yang ingin mendapatkan pengakuan secara teritori.

Baca Juga:  Dian dan Priska, Sakit Tapi Sehat!

Vildamir Putin seorang presiden yang memiliki prinsip nasionalisme yang tinggi dan toleransi terhadap kemajemukan agama rakyatnya. Hal itu terlihat dari beberapa pidatonya yang kadang-kadang menggunakan teks ayat dan hadits yang diajarkan dalam Islam.

Selain itu, ada juga perlakuan perlindungan terhadap muslim sangat baik, sekalipun bukan mayoritas agama di Rusia. Justru ketika beberapa kejadian di wilayah Eropa terkait Islam diidentikan dengan terorisme, dia menyanggahnya, bahkan dia berani mengatakan bahwa labelisasi terorisme dalam Islam itu perbuatan negara tertentu yang memutabalikan fakta.

Salah satu negara muslim yaitu Chechnya menjadi salah satu negara pederasi Rusia. Presidennya sangat patsun terhadap kebijakan kedaulatan dan pertahanan Rusia. Sehingga dalam operasi militer Rusia ke Ukraina, Chechnya mengambil bagian dalam operasi tersebut.

Bahkan menjadi viral dalam media sosial, seluruh tentaranya sebelum berangkat melakukan shalat berjamaah terlebih dahulu. Apa pun yang terjadi saat ini, ujungnya akan terlihat apa sebenarnya di balik peristiwa operasi militer Rusia ke Ukraina.***

PMB UM Bandung