BANDUNGMU.COM, Labuan Bajo — Aktivitas mahasiswa tidak terbatas hanya di ruang kuliah. Program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) membuka ruang bagi mahasiswa untuk aktif dalam kegiatan penunjang akademik di antaranya pengabdian di masyarakat.
Inilah yang dilakukan Muhammad Hilman Abdurrahman, mahasiswa Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI) UIN Sunan Gunung Djati Bandung, yang ikut berpartisipasi menjadi perwakilan panitia dalam kegiatan Milenial Mengabdi 4.0.
Hilman bersama lima mahasiswa lainnya terpilih dalam kegiatan survei pengabdian di Labuan Bajo (19-31/05/2023).
Mereka ditugaskan mengurus perizinan dan melengkapi syarat administrasi di beberapa instansi dan dinas pemerintahan Kabupaten Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur, sebelum kegiatan pengabdian dilaksanakan.
Milenial Mengabdi 4.0 merupakan kegiatan pengabdian yang diinisiasi oleh Yayasan Karya Anak Milenial Indonesia (KAMI Foundation).
KAMI Foundation merupakan sebuah wadah bagi generasi milenial untuk ikut membantu masyarakat di lokasi pengabdian. Program Millenial Mengabdi ini sudah dilaksanakan tiga kali.
Sebelum di Labuan Bajo, kegiatan pengabdian masyarakat ini telah dilaksanakan di Lombok, Raja Ampat, dan Bali.
Potensi desa
Berbeda dengan kegiatan sebelumnya, Milenial Mengabdi 4.0 mengusung konsep sustainable program atau program berkelanjutan.
Artinya masyarakat di lokasi pengabdian bisa secara mandiri mengembangkan potensi yang ada di desanya. Terdapat empat bidang pada kegiatan ini, antara lain pendidikan, kesehatan, lingkungan, dan ekonomi kreatif.
Hilman mengungkapkan bahwa desa yang dikunjungi sangat memerlukan perhatian dari masyarakat dan khususnya pemerintah. Salah satu desa lokasi pengabdian adalah Dusun Soknar, Desa Golomori.
Di daerah ini bangunan yang dijadikan pos pembantu (PUSTU) masih sederhana, tidak lengkap, bahkan lantainya masih pasir.
“Di Dusun Soknar, Desa Golomori, hanya ada satu bidan. Kemudian bangunan yang digunakan untuk periksa kesehatan tampak luar dan dalamnya sangat memprihatinkan,” ucap Hilman pada Senin (05/06/2023).
“Fasilitas di dalam PUSTU hanya ada kursi, meja, dan timbangan, itu pun timbangan manual. Khawatirnya masyarakat desa yang ingin periksa kesehatan di sana justru mendapatkan penyakit lain karena kondisi bangunan seperti itu,” ungkap Hilman.
Mahasiswa asal Bangka Belitung ini menjelaskan bahwa terdapat empat titik desa yang dikunjungi pada survei kali ini.
Di antaranya Dusun Soknar, Desa Pasir Putih Pulau Messah, Desa Pasir Panjang Pulau Rinca ,dan Desa Golomori Dusun Warloka Pesisir.
Progam berkelanjutan
Project Manager Millenial Mengabdi 4.0 Annisa Salsabila Shafa mengungkapkan kegiatan pengabdian ini akan dilaksanakan dari 08-18 Agustus 2023.
Ada tiga pulau yang rencana akan menjadi pilihan kegiatan, yaitu Pulau Rinca, Pulau Messah, dan Warloka. Untuk melakukan pengabdian dengan durasi waktu terbatas, tiga titik ini bisa dijadikan opsi terbaik.
“Lokasi tersebut dipilih karena masyarakatnya sudah memiliki kesadaran akan potensi yang ada di desanya. Namun, masih membutuhkan pelatihan untuk menyusun langkah-langkah yang bisa dilakukan untuk mengembangkannya,” tutur Annisa.
“Masyarakat setempat juga sudah bisa memilih dan memilah program kerja seperti apa yang mereka butuhkan, dan bisa berdampak secara berkelanjutan. Karena sejauh ini kebanyakan program kerja yang dilakukan oleh kegiatan pengabdian serupa manfaatnya hanya dirasakan pada saat kegiatan, tetapi tidak ada dampak berkelanjutan bagi masyarakat,” ungkap Annisa.
Kegiatan Milenial Mengabdi 4.0 akan diikuti 180 orang. Sebanyak 150 orang adalah volunteer berusia 17-34 tahun yang berasal dari kalangan dokter, guru, dosen, mahasiswa, dan siswa SMA serta ditambah panitia 30 orang.
Hilman berharap dengan terselenggaranya kegiatan Milenial Mengabdi 4.0 ini bisa menarik perhatian dari pemerintah dan banyak pihak guna membantu mengembangkan potensi di desa pengabdian.
“Sekarang sudah saatnya muda-mudi Indonesia turut berperan secara langsung. Berlomba-lomba dalam menebarkan manfaat karena sebaik-baiknya manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia,” tandas mahasiswa yang biasa dipanggil Imau ini.
Modal positif
Sekretaris Jurusan Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam UIN Bandung Prof Dr H Uwes Fatoni MAg turut mengapresiasi kegiatan yang dilakukan oleh mahasiswa jurusannya tersebut.
Ia berharap dengan mengikuti kegiatan pengabdian di masyarakat, mahasiswa dapat mengasah kepekaannya terdapat problematika yang dihadapi oleh masyarakat. Kemudian mereka turut berlatih mencari solusi sehingga kualitas hidup masyarakat semakin meningkat.
“Kegiatan pengabdian seperti yang diikuti oleh Hilman ini bisa menjadi contoh bagi mahasiswa yang lain bahwa belajar tidak hanya dilakukan di ruang kelas, tetapi bisa diikuti di program-program kemasyarakatan, asal tentu saja harus seizin dan sepengetahuan kampus,” imbuh Uwes.
“Kegiatan pengabdian ini menjadi bagian dari Kurikulum Merdeka Belajar dan Kampus Merdeka (MBKM). Semoga pengalaman yang didapatkan bisa menjadi modal positif untuk membangun bangsa kelak ketika berada di masyarakat,” pungkas Uwes.***














