UMBandung
News

Strategi Dakwah Muhammadiyah Untuk Menggapai Kalangan Marginal

×

Strategi Dakwah Muhammadiyah Untuk Menggapai Kalangan Marginal

Sebarkan artikel ini
Ketua BPH UM Bandung Dadang Kahmad
Dokumentasi Promosi dan PMB UM Bandung.***

Oleh: Dadang Kahmad, Ketua PP Muhammadiyah dan Ketua BPH UM Bandung

BANDUNGMU.COM – Masyarakat Indonesia terdiri atas berbagai lapisan atau strata, yang dikenal selama ini adalah lapisan masyarakat kelas atas, kelas menengah, dan kelas bawah.

Setiap lapisan memiliki karakter tersendiri yang berbeda antara lapisan satu dan yang lainnya. Karakter-karakter tersebut dibentuk oleh kebiasaan mereka yang dipengaruhi oleh kondisi ekonomi, sosial, dan pendidikan, termasuk lingkungan budaya mereka.

Berbagai kondisi itu menjadi pengetahuan budaya bagi setiap orang pada lapisan sosial tertentu yang nantinya akan menjadi pembingkai sikap perilaku dan pemikiran mereka sebagai karakter umum lapisan masyarakat tersebut.

Karakter itulah yang menjadi bingkai atau frame mempola terhadap sikap dan menjadi alat untuk menjaring dan menyeleksi berbagai informasi yang masuk, termasuk informasi tentang ajaran agama. Karakter sebagai bingkai yang akan menyeleksi ajaran agama yang masuk kepada mereka, apakah ajaran itu diterima atau tidak diterima oleh mereka.

Baca Juga:  Ciro Alves Masih Butuh Waktu Untuk Pulih, Ini Penjelasan Robert

Muhammadiyah sebagai suatu kelompok sosial adalah gerakan dakwah perlu memerhatikan karakter khusus pada berbagai lapisan masyarakat. Sehingga ajaran Muhammadiyah bisa dipeluk oleh berbagai kalangan.

Jangan sampai seperti sekarang, Muhammadiyah hanya dipeluk oleh lapisan tertentu sehingga kesannya sangat elitis dan eksklusif.

Menurut penelitian bahwa dakwah Muhammadiyah hanya dipahami oleh kalangan menengah, baik menengah atas maupun menengah bawah. Sehingga kesan masyarakat Muhammadiyah hanya terdiri dari kelompok lapisan menengah.

Sangat sedikit bahkan hampir tidak ada anggota Muhamamdiyah dari kalangan atas. Begitu pula hampir tidak ada orang yang mengidentifikasi dirinya dengan Persyarikatan dari kalangan bawah atau kaum marginal. Sangat susah kita menjumpai anggota Muhammadiyah dari orang sangat kaya atau orang yang sangat miskin.

Baca Juga:  Panitia Pemilihan Muktamar Gelar Simulasi E-Voting di Edutorium KH Ahmad Dahlan UMS

Kalau kalangan atas mereka mempunyai universal ethik mereka tidak ingin berkelompok dengan salah satu organisasi keagamaan. Menurut mereka memasuki organisasi keagamaan akan mempersulit dirinya dalam bernegosiasi ataupun berkolaborasi dalam pergaulan sebab akan terhambat oleh identitas kelompok tertentu yang biasanya melahirkan diskrimasi dan prasangka.

Kalangan lapisan atas menghayati agama secara bebas. Tidak terikat oleh aturan resmi ajaran kelompok tertentu.

Bagi kalangan grassroot (akar rumput/kalangan bawah) agama bersifat fungsional, diam, atau melakukan ritual agama jika ritual tersebut mendatangkan keuntungan fisik material.

Oleh karena itu, mereka mencari ritual agama yang berdampak pada kehidupannya. Upacara-upacara agama dia lakukan jika upacara tersebut menjanjikan hasil dari yang mereka perlukan.

Keberagamaan masyarakat bawah ini cenderung singkritis. Menyatupadukan berbagai kepercayaan dan agama untuk kepentingan mereka mengubah nasib.

Baca Juga:  Kawasan Kumuh Bantaran Sungai Cidurian Kini Jadi Ruang Publik

Mereka tidak perduli apakah itu bidah, takhayul, atau khurafat. Mereka menyukai sesuatu karena praktis sesuai dengan budaya mereka dan mendatangkan harapan perbaikan hidup.

Jika Muhammadiyah bermaksud berdakwah di kalangan grassroot, jangan pakai kacamata kelas menengah untuk mendekatinya. Namun, harus betul-betul menyelami tabiat dan karakter mereka.

Perlu dibuat formulasi khusus ajaran agama yang sesuai dengan karakter dan pengetahuan budaya mereka. Kehidupan mereka yang berat kadang-kadang menyita waktu untuk sekadar beristirahat apalagi jika sampai untuk melalukan ritual agama.

Ketika mereka ditanya soal kemungkinan keikutsertaan dalam ritual agama formal, mereka menjawab salat dan masjid hanya untuk orang kaya saja.***

___

Sumber: Suara Muhammadiyah 09/109 01-15 Mei 2024

PMB UM Bandung