UMBandung
Islampedia

Syaikh Muhammad Hussaini: Nama “Muhammadiyah” Cerminkan Misi Universal Nabi Muhammad SAW

×

Syaikh Muhammad Hussaini: Nama “Muhammadiyah” Cerminkan Misi Universal Nabi Muhammad SAW

Sebarkan artikel ini

BANDUNGMU.COM, Jakarta – Lembaga Pengkajian dan Penerapan Al Islam dan Kemuhammadiyahan Universitas Muhammadiyah Jakarta (LPP AIK UMJ) mengadakan kuliah umum bertema “Moderasi Beragama dalam Tuntunan Syariat Islam di Era Post-Modern”. Acara ini berlangsung di Aula Fakultas Ekonomi dan Bisnis UMJ, Tangerang Selatan.

Kuliah umum ini menghadirkan dua pembicara utama: Wakil Ketua Majelis Tablig Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah Adi Hidayat dan Syaikh Muhammad Hussaini dari Al-Azhar Mesir.

Dalam pemaparannya, Syaikh Muhammad Hussaini memuji pemilihan nama “Muhammadiyah” untuk organisasi yang didirikan oleh Kiai Ahmad Dahlan pada tahun 1912. Menurutnya, nama ini istimewa karena dinisbatkan kepada Nabi Muhammad SAW, seorang Rasul yang membawa rahmat bagi seluruh alam.

Baca Juga:  Bekerja dan Beribadah Atas Dasar Ikhlas Karena Allah

“Universalitas ini terisi dengan sifat kasih dan sayang yang ditebarkan kepada seluruh unsur kehidupan di alam semesta,” ujarnya yang diterjemahkan oleh Adi Hidayat seperti dikutip dari laman resmi Muhammadiyah.

Ia menambahkan bahwa penamaan organisasi dengan “Muhammadiyah” diharapkan selaras dengan misi Nabi Muhammad untuk membebaskan umat dari keterbelakangan, kezaliman, dan mencerahkan kehidupan.

Protokol Syaikh Besar Al-Azhar, Ahmed Al Tayeb, juga mengutip surah Ali Imran ayat 110, yang sering disebut sebagai “Ayat Muhammadiyah”. Menurutnya, Muhammadiyah telah mengimplementasikan nilai-nilai ayat tersebut. “Ketika semua karakter itu diimplementasikan dalam kehidupan kita, di situlah kebanggaan kita sebagai umat Muhammadiyah,” imbuhnya.

Baca Juga:  Yudisium Universitas Muhammadiyah Bandung Cetak Kader Persyarikatan

Lebih lanjut, Syaikh Hussaini menekankan bahwa jika ingin membahas moderasi beragama, langkah pertama yang baik adalah memahami lebih dalam tentang Nabi Muhammad SAW, termasuk dinamika kehidupan dan dakwahnya.

Ia juga menyoroti bagaimana Nabi Muhammad merespons tantangan dan penentangan dengan moderasi, bukan dengan balas dendam atau kebencian. “Sebelum banyak teori tentang moderasi beragama yang kita baca dan implementasikan sekarang, jauh sebelumnya, Nabi Muhammad telah memulainya dengan praktik kasih sayang, kelembutan, dan perhatian,” tutupnya.***

PMB UM Bandung