BANDUNGMU.COM, Jakarta — Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah mengatakan bahwa turunnya Al-Quran sebagai mukjizat untuk Nabi Muhammad SAW menjadi petanda dari perubahan pola pikir masyarakat dari yang jahiliah menjadi masyarakat modern.
Dadang mengatakan hal tersebut saat peringatan Nuzulul Qur’an di Masjid At Tanwir PP Muhammadiyah, Jalan Menteng Raya Nomor 62, Jakarta Pusat, pada Selasa lalu.
Kata Dadang, Al-Quran berbeda dengan mukjizat-mukjizat yang diterima oleh nabi-nabi sebelum Nabi Muhammad SAW.
“Al-Quran sebagai mukjizat ini mendorong manusia dalam menggunakan akal untuk mengembangkan sains,” kata Dadang seperti dikutip dari muhammadiyah.or.id.
Guru Besar Sosiologi Agama UIN Bandung ini mencontohkan, bukti dari yang dia sampaikan itu ada dalam Al-Quran surah Al-Alaq ayat 1 tentang perintah untuk membaca.
Membaca atau literasi tersebut, tambah Ketua Badan Pembina Harian (BPH) Universitas Muhammadiyah Bandung ini, menjadi pondasi awal untuk orang berpengetahuan.
“Ayat pertama padahal itu sangat kunci dalam kehidupan ini, zaman modern seperti sekarang. Ini disuruh oleh Allah SWT untuk membaca,” tutur Dadang.
Perintah membaca ini tidak dikhususkan hanya kepada Nabi Muhammad SAW. Namun, merupakan perintah yang umum untuk seluruh umat Islam.
Namun, sangat disayangkan karena dalam praktiknya, kata Dadang, umat Islam di Indonesia khususnya memiliki daya literasi yang rendah.
Tinggi ataupun rendahnya peringkat literasi, ujar Dadang, berpengaruh kepada kualitas ilmu pengetahuan.
Hal itu dapat disaksikan dari negara-negara modern dan maju di dunia yang rata-rata tingkat literasinya tinggi.
“Padahal, iqra itu bukan hanya diturunkan tanpa sengaja oleh Allah SWT. Betul-betul diturunkan untuk generasi modern sekarang,” ungkap Dadang.
Al-Quran sebagai mukjizat ini, kata Dadang, sangat rasional dan dapat dipelajari oleh semua orang. Hal itu berbeda dengan mukjizat dari nabi-nabi sebelumnya yang khawariqul adah atau mukjizat di luar kebiasaan atau di luar nalar.***
___
Sumber: muhammadiyah.or.id
Editor: FA