Opini

Ayah-Bunda, Anakmu Selalu Menunggu Kehadiranmu

Ace Somantri

Oleh: Ace Somantri

BANDUNGMU.COM — Keluarga adalah komunitas terkecil dalam masyarakat manusia. Dalam membangun masyarakat yang kuat, kualitas keluarga sangatlah penting.

Seperti bangsa dan negara yang kualitasnya ditentukan oleh kekuatan dan kualitas warga dan rakyatnya. Salah satu faktor utama kemajuan suatu bangsa bergantung pada kualitas keluarga dari warga dan rakyatnya.

Proses reproduksi dalam ikatan suci pernikahan dalam ajaran Islam menjadi pondasi untuk menciptakan generasi penerus keluarga. Seorang anak yang lahir dari rahim ibu selalu dinantikan kehadirannya.

Oleh karena itu, regenerasi keturunan memegang peran penting dalam kelangsungan hidup manusia sebagai khalifah filardl, pengganti dari Sang Pencipta, yang bertugas menjaga dan memelihara amanah penuh kesadaran dan tanggung jawab.

Kehadiran anak di depan mata kita penuh kebahagiaan. Namun, ketika mereka tidak ada di hadapan kita, rindu yang mendalam dirasakan.

Hal ini berlaku sejak usia belia hingga dewasa. Kasih sayang orang tua tak terbatas dalam rentang waktu, ini adalah karakteristik umum dari seorang orang tua.

Terutama bagi seorang ibu yang mengandung selama sembilan bulan, dia menghadapi berbagai konsekuensi dan risiko dengan penuh kecemasan dan kekhawatiran. Namun, apa pun kondisinya, ibu selalu berusaha melakukan yang terbaik untuk anaknya.

Ayah pun memiliki peran penting dalam menjaga dan memelihara, tanpa mengenal waktu dan mengabaikan kelelahan, bahkan tanpa memperhitungkan biaya yang dikeluarkan.

Segala hal yang terjadi dalam keluarga akan menjadi tanggung jawab ayah, dan semua kebaikan itu harus dijadikan contoh dan teladan oleh ayah.

Memang berat menjadi ayah karena menjadi tulang punggung keluarga tidak hanya tentang mencari nafkah. Namun, juga bertanggung jawab atas segala hal yang terjadi dalam keluarga.

Ketika awal menikah, ayah berikrar menerima segala amanah dari istrinya, dan segala konsekuensi dari kesediaan dan kesanggupan sebagai suami menjadi tanggung jawabnya, termasuk anak-anak yang dilahirkan.

Oleh karena itu, ayah harus menanggung resiko yang muncul dari keluarga tercinta. Semua itu menjadi tanggung jawab ayah, bukan hanya secara finansial, tapi juga dalam hal lainnya.

Mengemban amanah sebagai ayah memang berat. Oleh karena itu, ibu sebagai istri harus mendukung dan tidak membiarkan ayah menanggung beban berat itu sendirian.

Meskipun surga berada di bawah telapak kaki ibu, jika ibu tidak menjaga diri dari segala hal yang akan merusak jiwa, sikap, dan perbuatan, akan menjadi ibu tercela bagi anak-anak.

Apakah ibu ingin suami sebagai ayah anak-anak mempertanggungjawabkan semuanya sendirian di hadapan pengadilan kelak di akhirat? Tentu tidak, itu tidak mungkin dilakukan sendirian.

Segala hal yang terjadi dan segala perbuatan akan diketahui dan dipertanggungjawabkan. Sebelum semua itu terjadi dan berakibat buruk, suami dan istri harus bergandeng tangan untuk menjaga yang diberikan oleh Allah SWT.

Berbagilah beban dengan penuh kesadaran dan tanggung jawab sesuai dengan kemampuan masing-masing.

Tidak dapat disangkal, dalam perjalanan hidup keluarga, banyak kisah dan cerita penuh makna dari masa ke masa. Seperti kisah keluarga para nabi dan keluarga-keluarga saleh yang tercatat dalam Al-Quran.

Kisah-kisah tersebut menjadi rujukan dan contoh yang harus ditiru dan dijadikan sumber ajaran dalam menjalani kehidupan berkeluarga sesuai dengan ajaran dan perintah Allah.

Meskipun kita bukan nabi, tidak ada salahnya menjadikan kisah-kisah ini sebagai pedoman dalam hidup agar tetap sadar dan bertindak baik dalam segala situasi.

Kesadaran diri menjadi kendali diri, dan jika suami dan istri mendarahi bersama, saling melengkapi dan saling mengisi, segala beban dalam keluarga menjadi lebih ringan.

Ketika menghadapi kekurangan dan kesalahan, saling memaafkan menjadi hal yang membahagiakan. Jika dinamika keluarga berjalan harmonis, keluarga akan mencapai sakinah, mawadah, dan warahmah, dan kelak bersama-sama masuk surga.

Namun, apakah saat ini kita menyadari bahwa menjaga dan memelihara keluarga tidaklah mudah? Perdebatan, pertengkaran, tuduhan, prasangka buruk, saling caci maki, marah-marah, dan perselingkuhan menjadi masalah yang tidak bisa diabaikan.

Semoga sikap-sikap buruk itu dapat dihindari demi harmonisasi keluarga. Sebagai suami atau ayah bagi istri dan anak-anak, ternyata beban yang harus dipikul dari amanah Allah sangatlah berat.

Kesombongan dan keangkuhanlah yang menyebabkan kesulitan menerima dan mematuhi amanah-Nya. Meminta dan menerima amanah-Nya ternyata bukanlah hal yang mudah karena beban yang harus dipikul jauh lebih berat.

Kadang-kadang seorang ayah tidak menyadari bahwa kesombongan dan keangkuhannya telah membuatnya lupa akan segalanya, terutama dalam menjaga keluarga dengan baik.

Ayah-bunda, sejak anak-anak lahir hingga dewasa, mereka selalu menunggu kehadiran orang tuanya. Setiap keringat ayah dan tetesan air susu seorang ibu tidak akan pernah terlupakan oleh sang buah hati bahkan ketika jiwa dan raga terpisah.

Kehadiran ayah-bunda sangatlah berarti bagi anak-anak. Pelukan dan kasih sayang yang orang tua berikan akan selalu terpatri dalam hati mereka.

Sehebat apa pun usaha orang tua dalam mencari nafkah untuk biaya sekolah, pesantren, dan hiburan anak-anaknya, semua itu tidak berarti tanpa kehadiran ayah-bunda di hadapan anak-anak.

Mungkin anak-anak belum mehamahi betapa besar tanggung jawab amanah menjadi orang tua. Bahkan kesibukan orang tua mencari nafkah yang tiada henti kadang-kadang membuat mereka lupa segalanya. Saat orang tua membersamai anakj-anak, itu sudah cukup.

Kehadiran orang tua akan memberikan dorongan dan memotivasi kepada anak-anak untuk menggapai mimpi cita-cita yang baik demi meraih ridha Ilahi.***

Exit mobile version