BANDUNGMU.COM – Di ruangan berukuran 3×2 meter ini, anak-anak belajar setiap harinya di Jalan Sukabumi Dalam, Gang Daihatsu, 278, Kota Bandung. Ada sekitar 30 anak yang belajar. Setiap anak biasanya membayar uang sebesar Rp2000 per harinya. Uang itu untuk digunakan oleh biaya keperluan belajar anak-anak tersebut.
Adalah Elis Kurniawati. Dia seorang Ibu yang mengajar anak-anak didiknya untuk membaca, menulis, dan berhitung (Calistung). Ilmu ini untuk memudahkan masa-masa sekolah dan untuk masa depannya nanti. Calistung merupakan suatu metode dasar agar anak bisa mengenal huruf dan angka.
Elis memang bukan guru sungguhan, bahkan guru Elis tidak pernah merasakan bangku kuliah, dia hanya mengenyam pendidikan di SMKN 1 Bandung. Kendati begitu, guru Elis pun paham betul cara mengajar dengan baik ke anak-anak itu seperti apa.
Sebagai salah satu contoh, ketika guru Elis mengajar anak-anak, kendati sedang belajar, tidak jarang anak-anak itu jajan makanan di warung. Namun guru Elis pun menegurnya dengan penuh kasih sayang.
“Saya lulus SMK, tetapi saya terus belajar dan ingin mengetahui cara mengajar itu seperti apa, alhamdulillah saya bisa, dan saya juga cita-citanya ingin jadi guru sih. Sebetulnya anak-anak juga sekolah sih, cuma daring,” kata guru berusia 40 tahun itu, saat ditemui di Rumahnya di Jalan Sukabumi Dalam, Gang Daihatsu, 278, Kota Bandung, Senin (23/8/2021).
Banyak hal yang dapat menguji keimanan manusia. Salah satunya adalah kesabaran. Hal itulah yang diyakini oleh guru Elis. Dengan bersabar, akan mendapatkan berbagai hal positif. Bersabar juga mengajarkan kepada orang agar tidak mudah terbawa emosi ketika banyak hal yang membuat kecewa.
“Ini juga termotivasi oleh lingkungan rumah juga sih,” singkat guru Elis yang juga memiliki anak di SMAN 5 Bandung.
Sebelum mengajar di rumahnya, Elis mengajar di bimbingan belajar (bimbel). Setelah pandemi, dia mengajar di rumahnya dengan alat-alat seadanya. Bahkan, meja lipat belajar pun hanya satu, sementara anak-anak didiknya harus belajar di bawah dan beralaskan karpet plastik. Sementara white board dan penghapus pun tidak ada sama sekali.
“Ya, uang yang dua ribu rupiahnya untuk beli meja lipat, penghapus, pensil, tipe-ex, dan lainnya. Mudah-mudahan ada orang yang baik hati untuk membeli keperluan,” jelasnya. (Okky Adiana/Inilahkoran.com).