Oleh: Tedi Taufiqrahman, Kolumnis
Apakah kita masih perlu belajar?
Ketika semua kebutuhan hidup sudah tercukupi, apakah anda masih merasa perlu belajar? Atau sebaliknya ketika waktu kita habis dari pagi sampai malam untuk memenuhi kebutuhan hidup, apakah belajar masih penting?
Jika anda hanya belajar tentang bagaimana cara memenuhi kebutuhan hidup — kebutuhan perut, makan dan minum, sandang, pangan dan papan — maka ketika semua kebutuhan sudah tercukupi anda tidak akan pernah merasa perlu lagi untuk belajar.
Ya karena buat apalagi? Untuk apalagi saya mempelajari sesuatu? Tinggal bayar orang untuk melakukannya. Saya punya uang, ngapain repot?
Padahal benih-benih semacam inilah yang membuat hati kita akan semakin keras, dari waktu ke waktu. Ketika kita sudah merasa mengetahui semuanya. Ketika semua anggapan kita ternyata itu terbukti benar maka kita akan menganggap kita sudah benar.
Dengan begitu, kita terbuai untuk tidak lagi belajar. Dan belajar itu bukan hanya untuk memenuhi kebutuhan hidup, belajar itu adalah hidup itu sendiri. Ketika orang sudah tidak merasa ada keinginan untuk belajar lagi, hidup orang itu sejatinya sudah berhenti.
Oleh karena itu Nabi berpesan, utlubul ilma minal mahdi ilal lahdi. Proses menuntut ilmu adalah belajar. Selama kita hidup, selama itu juga kita sedang belajar.
Jadi, apa yang sedang anda pelajari sekarang?