Oleh: Ace Somantri, Dosen Universitas Muhammadiyah Bandung
BANDUNGMU.COM — Masyarakat pada umumnya banyak berharap mendapatkan keadilan kepada penegak hukum, baik itu kepolisian, peradilan, kejaksaan, Mahkamah Agung, Mahakamah Konstitusi, dan lembaga lainnnya.
Berbagai persoalan dan penyakit masyarakat muncul yang terjadi di lingkungan masyarakat. Berbagai tindakan kriminal umum ataupun khusus pun banyak terjadi.
Keadilan hukum sebagai panglima realitasnya sulit ditegakkan. Yang ada justru sering dipertontonkan sikap para penegak hukum yang banyak terlibat dalam pelanggaran hukum.
Perbuatan tindak pidana kejahatan bermacam kasus yang dilakukan setiap individu sudah dipastikan memberikan contoh perilaku buruk. Tanpa disadari perbuatan tindak pidana jenis apa pun sudah dipastikan secara langsung atau tidak telah menebar benih keburukan terus-menerus.
Kasus FS dan anak buahnya nyatanya meruntuhkan marwah kepolisian. Kapolri dengan tim khusus berusaha keras melakukan penanganan kasus secara maraton dalam rangka memulihkan institusi Polri.
Tanpa disangka dan diduga peristiwa Kanjuruhan menghentak bangsa. Dengan ratusan orang meregang nyawa, lagi-lagi Polri menjadi salah satu pemeran utama penembakan gas air mata kadaluarsa yang diduga menjadi penyebab banyaknya korban di Kanjuruhan.
Saling silang tuduhan berhamburan di berbagi media informasi tentang siapa yang bertangg jawab. Kapolri seakan-akan tertekan karena sebagai penanggung jawab institusi kepolisian.
Akhirnya Kapolri mengambil sikap atas peristiwa Kanjuruhan dengan mencopot Kapolda Jawa Timur.
Belum selesai penyelidikan dan penyidikan kasus Kanjuruhan, Kapolri sangat sesak dadanya mendengar kabar yang memilukan.
Pasalnya, belum genap sepekan prosesi pelantikan pergantian Kapolda Jawa Timur yang baru, Propam Polri menangkap sang Kapolda baru tersebut. Dia ditangkap atas dugaan kasus narkoba.
Apa yang terjadi gerangan? Terus-menerus kehidupan berbangsa dan bernegara kian hari semakin memprihatinkan dan memilukan. Banyak kasus besar yang melibatkan institusi penegak hukum. Para anggotanya pun banyak terlibat tindak pidana kriminal umum dan khusus.
Hal tersebut menandakan bahwa kondisi bangsa sedang tidak baik-baik saja. Sangat memungkin memberi tanda dan peringatan keras pada semua elemen bangsa agar mengambil langkah antisipatif untuk menghindari negara chaos moralitas.
Apakah kondisi negara mendekati kebangkrutan atau memang sedang bangkrut hanya tidak disadari? Tidak ada yang pasti.
Negara hari banyak dirundung masalah, institusi kepolisian terus-menerus menelan pil pahit dan sangat pahit sekali. Kapolri dalam keterangan pers menampakkan gestur tubuh dan wajah yang tertekan seakan-akan penuh kegelisahan, kekecewaan, dan kesedihan.
Bahkan ada yang melihat secara visual saat memegang catatan terlihat gemetar tangannya. Kapolri secara psikologis sedang tertekan dengan kasus demi kasus menimpa secara simultan.
Semoga hal ihwal yang menimpa institusi Polri menjadi bagian ujian Pak Kapolri. Cerita dan kisah memilukan, banyak anggota polri yang terlibat jauh melanggar, bukan sekedar kode etik, melainkan kejahatan yang meruntuhkan wibawa Polri.
Polri saat ini tengah menghadapi tsunami, pun begitu institusi negara sedang menghadapi masalah yang tidak bisa diremehkan. Institusi polri diharapkan untuk menghindari bermain api dalam kasus yang menyita perhatian publik luas. Apalagi hanya sekedar ingin mengalihkan perhatian.
Saat ini publik sedang konsentrasi menatap layar kaca media melihat informasi yang beredar terkait ijazah presiden yang dipertanyakan.
Bahkan tinggal menunggu proses pembuktian di lembaga peradilan semoga hal ini tidak menambah ruam dan runyamnya negeri yang kita cintai.
Hal yang paling penting, saat ini resesi ekonomi di depan mata. Rakyat Indonesia sudah merasakan dampaknya, bukan hanya kesulitan menambah pendapatan biaya, justru semakin berkurang dan hilangnya mata pencaharian.
Semoga Allah SWT memberikan pengampunan atas dosa kita semua. Wallahu ‘alam.***