PMB Uhamka
Islampedia

Dadang Kahmad Ajak Umat Islam Teladani Sikap Kritis Nabi Ibrahim

×

Dadang Kahmad Ajak Umat Islam Teladani Sikap Kritis Nabi Ibrahim

Sebarkan artikel ini
Ketua Pimpinan Pusat Muhamamdiyah Prof Dr H Dadang Kahmad MSi saat mengisi pengajian bulanan Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Sulawesi Selatan di Masjid Subulussalam Al-Khoory Kampus Unismuh Makassar pada Ahad 25 Juni 2023 (Foto: khittah.co/AHZ).*** 

BANDUNGMU.COM, Makassar — Ketua Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah Prof Dr H Dadang Kahmad MSi mengajak umat untuk meneladani Nabi Ibrahim tidak hanya perihal ibadah kurban.

Ia juga menekankan, umat Islam harus mempelajari sikap kritis Nabi Ibrahim. Sikap kritis itulah yang membuat Ibrahim menjadi aktor utama ajaran tauhid.

“Ibrahim AS itu cerdas luar biasa. Kita mencontoh Nabi Ibrahim, harus totalitas. Nabi Ibrahimlah bapaknya tauhid. Dialah yang mengiklankan ajaran tauhid secara terang-terangan. Dan itu berdasarkan pengembaraan pemikiran beliau,” tegas Dadang seperti dikutip dari laman khittah.co.

Dadang mengutip Al-Quran terkait gugatan Ibrahim atas masyarakat selingkungnya. “Kenapa kalian menyembah patung? Aku melihat engkau dan kelompok kau itu dalam kesesatan.”

“Jadi, Ibrahim itu sejak muda sudah sangat kritis. Nabi Ibrahim tidak bisa mendiamkan fenomena yang tidak logis. Allah berfirman, kami perlihatkan kepada Ibrahim kekuasaan kami di langit dan bumi. Dan kami jadikan Ibrahim sebagai orang yang mencari kebenaran,” ungkap Dadang.

Baca Juga:  Nilai-nilai Entrepreneurship Dorong Mahasiswa Jadi Lulusan yang Kompetitif

Tanpa daya kritis Ibrahim, tidak akan ada agama Semitis yang mengajarkan monoteisme atau dalam konsep iman Islam dikenal sebagai tauhid. Ia menekankan tauhid merupakan puncak keimanan umat.

“Pengembaraan otak Ibrahim, kritis sekali. Ibrahim mengembara sampai menyaksikan fenomena-fenomena alam. Dia tidak mau melihat material, orang menyembah patung. Berpikirlah dia, mengamati bulan, tapi semua mentok, dia tidak mau percaya, maka dia mengatakan Aku hanya percaya pada pencipta langit dan bumi,” kata Dadang.

Hal itu disampaikan Dadang Kahmad saat menjadi pembicara dalam Pengajian Bulanan Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Sulsel di Masjid Subulussalam Al-Khoory Kampus Unismuh Makassar pada Ahad 25 Juni 2023.

Oleh karena itu, Dadang menekankan kewajiban berilmu. Sikap kritis Nabi Ibrahim itu berasal dari ilmu pengetahuan yang dimiliki.

“Anda, jika tidak punya pengetahuan, tidak akan bisa melihat fenomena sosial, sementara berpikir kritis itu sangat perlu. Yang dibutuhkan sekarang itu kolaborasi, komunikasi, kritis, dan inovatif. Yang terakhir adalah kasih sayang, compassion,” ungkap Peneliti Perubahan Sosial itu.

Baca Juga:  Hijab dan Penggunaan Rambut Palsu

Oleh karena itu, selain tauhid yang dijadikan landasan Muhammadiyah dalam setiap dokumen ideologisnya, ilmu pengetahuan juga tidak ketinggalan.

“Orang Muhammadiyah tidak ada artinya kalau tidak punya tauhid. Dari tauhid memancar semangat yang luar biasa, sumber energi kaum muslimin, kalau kata Ali Syariati. Di samping itu, ilmu pengetahuanlah yang membuat kita unggul,” tegas dia.

Seandainya, umat kita benar-benar mengolaborasikan keduanya, ia yakin umat ini akan menjadi unggul. “Akan benar-benar tercipta kuntum khaira ummah. Sekarang, umat Islam, di mana-mana, tidak menguasai teknologi, tidak menguasai ilmu pengetahuan, aduh,” sesal dia.

Dadang berpendapat, ketertinggalan umat itu karena tidak menjalankan ajaran Al-Quran. Ketertinggalan dalam ilmu pengetahuan dan teknologi itu merupakan wujud dari abainya umat atas ajaran Al-Quran.

“Ayat pertama Al-Quran itu iqra, baca. Kita semua suka baca enggak? Enggak! Orang Islam itu tidak mau membaca. Kita, orang Indonesia itu membacanya cuma 0,001 persen. Ini mau gimana majunya,” tegas dia.

Baca Juga:  Pengusiran dan Aniaya, Dibalas Welas Asih dan Doa

“Betul kita baca Al-Quran, tapi cuma bolak-balik, bolak balik, tidak baca dan dalami artinya. Akhirnya, kita tidak dapat huda, petunjuk. Kita rajin ibadah, iya, tapi dapat huda enggak? Enggak!” resah dia.

Dadang mengisahkan, beberapa waktu lalu, dirinya berkunjung ke perpustakaan Universitas Leiden, Belanda. Perpustakaan itu penuh dengan orang yang membaca.

Saat ia pulang ke Indonesia, ia membandingkan dengan perpustakaan kampus tanah air. “Perpustakaan kita besar, kosong, Pak. Ini kumaha (bagaimana)?” beber dia.

Ia juga kembali mengingatkan, Muhammadiyah sebagai gerakan Islam berkemajuan. Ia menekankan, gerakan Islam berkemajuan itu adalah Islam yang mau membaca.

“Islam berkemajuan itu melek literasi. Kalau kita mau membaca mah, kualitas kita pasti naik. Sekolah, universitas, kita sudah harus menggalakkan budaya membaca,” ujar dia.

Cita-cita Muhammadiyah itu memajukan, mencerdaskan bangsa, sehingga membangun sekolah, perguruan tinggi. “Kita harus sadari, Islam berkemajuan itu fondasinya, di samping Al-Quran, juga ilmu pengetahuan,” tandas dia.***

___

Sumber: khittah.co

Editor: FA

PMB Uhamka