BANDUNGMU.COM, Lampung Selatan – Guru Besar Baitul Maqdis Abd Al Fattah El-Awaisi menyerukan kepada akademisi Indonesia untuk berperan aktif dalam merumuskan teori dan program konkret demi pembebasan Masjidil Aqsa.
Ajakan tersebut disampaikan dalam sesi kedua Daurah Akbar International Baitul Maqdis yang berlangsung di Masjid An-Nubuwwah, Kompleks Pondok Pesantren Shuffah Hizbullah dan Madrasah Al-Fatah Muhajirun, Lampung Selatan, Jumat (22/11).
El-Awaisi menekankan bahwa Daurah Akbar ini merupakan ruang diskusi strategis yang penting untuk membahas langkah-langkah pembebasan Al-Aqsa. “Jika ini tidak penting, daurah ini tentu tidak akan diadakan. Oleh karena itu, saya mengundang para ilmuwan Indonesia untuk merumuskan langkah-langkah dan teori yang dapat membawa kita menuju pembebasan Masjidil Aqsa,” tegasnya.
Menurut El-Awaisi, umat Islam saat ini sedang menghadapi kondisi yang disebutnya sebagai “sakit,” yang hanya bisa disembuhkan dengan ilmu. Ia menegaskan bahwa ilmu adalah kunci utama untuk menciptakan strategi, metode, dan langkah-langkah konkret dalam mewujudkan misi pembebasan tersebut.
Daurah yang bertajuk “Roadmap Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam dalam Pembebasan Baitul Maqdis” ini menghadirkan sejumlah narasumber internasional. Di antaranya adalah profesor tafsir dan ilmu Al-Qur’an dari Universitas Islam Gaza Mahmoud Hashim Anbar, Ketua AWG Biro Gaza Bilal Anbar yang menjadi saksi perang 7 Oktober, serta Pembina Utama AWG Yakhsyallah Mansur dan relawan Rumah Sakit Indonesia di Gaza Fikri Rofiul Haq.
Kehadiran para narasumber ini menambah bobot diskusi dalam daurah, yang tidak hanya menggali ilmu. Namun, menggugah semangat solidaritas umat Islam untuk bersama-sama berjuang demi pembebasan Baitul Maqdis.
El-Awaisi juga mengingatkan pentingnya peran akademisi sebagai ujung tombak dalam perjuangan ini. Ia berharap para ilmuwan Muslim Indonesia dapat memberikan kontribusi nyata dalam merancang strategi yang dapat menjadi solusi kolektif umat Islam untuk menghadapi tantangan global.
Kegiatan ini diharapkan menjadi penggerak solidaritas umat Islam di seluruh dunia dalam menjadikan pembebasan Masjidil Aqsa sebagai tanggung jawab bersama. Dengan pendekatan ilmiah yang terstruktur, upaya pembebasan ini dapat lebih terarah dan berkelanjutan.
Daurah ini menjadi momentum penting bagi para peserta untuk memperkuat ilmu dan solidaritas, sekaligus mengingatkan bahwa pembebasan Baitul Maqdis bukan hanya kewajiban regional, tetapi misi kolektif umat Islam di seluruh dunia.***