PMB Uhamka
Traveliana

Gunung Manglayang dan Cerita Kuda Terbang dari Cirebon

×

Gunung Manglayang dan Cerita Kuda Terbang dari Cirebon

Sebarkan artikel ini
Gunung Manglayang (Foto: Wikipedia).

BANDUNGMU.COM — Bagi kamu warga Bandung di bagian timur pasti sudah tidak asing lagi dengan nama Gunung Manglayang. Gunung ini letaknya tidak jauh dari kampus Universitas Muhammadiyah Bandung (UM Bandung). Bahkan dari lobi kampus yang baru berdiri enam tahun ini, Gunung Manglayang terlihat jelas.

Melansir Wikipedia, Gunung Manglayang merupakan sebuah gunung bertipe Stratovolcano yang terletak di antara Kota Bandung dan Kabupaten Sumedang. Gunung ini memiliki ketinggian sekitar 1818 mdpl.

Pemandangannya cukup indah, hijau, dan asri. Namun karena relatif tidak terlalu tinggi, gunung ini kurang dikenal oleh pendaki-pendaki gunung pada umumnya. Meski begitu, banyak di antara mahasiswa atau pelajar yang kemah atau sekadar jalan-jalan ke gunung ini.

Dalam deretan gunung-gunung Burangrang – Tangkuban Parahu – Bukit Tunggul – Gunung Manglayang, Gunung Manglayang menjadi gunung yang terindah dari rangkaian keempat gunung tersebut.

Mungkin itulah sebabnya di kalangan para penggiat alam bebas, gunung ini sempat terlupakan terkecuali para penggiat alam bebas dari Bandung dan sekitarnya. Walaupun begitu, Gunung Manglayang tetap menawarkan pesona alamnya tersendiri.

Kuda terbang dari Cirebon

Nama Manglayang di ambil dari kata “layang” yang berarti terbang. Hal ini diperkuat dengan kedatangan seekor kuda terbang yang bernama semprani. Konon katanya kuda ini terbang dari Cirebon ke Banten. Pada saat terbang, kuda ini tersungkur jatuh di permukaan dasar lereng Gunung Manglayang.

Baca Juga:  Dedi Supriyadi, Guru SMK Farmasi Muhammadiyah Cirebon Yang Berprestasi di PON

Asal-usul adanya Batu Kuda di Gunung Manglayang ini karena kisah kuda terbang yang tersungkur hingga terlilit oleh semak belukar. Oleh karena itu, kuda tersebut tidak bisa membebaskan diri selama-selamanya sehingga akhirnya menjadi batu.

Batu Kuda yang berada di kawasan Gunung Manglayang ini letaknya ada di jalur pendakian yang sekarang diberi naman Jalur Batu Kuda.

Gunung ini memiliki cukup banyak jalur pendakian, antara lain melalui Bumi Perkemahan atau Wanawisata Situs Batu Kuda (Kabupaten Bandung), Palintang (Ujungberung – Kota Bandung), dan Barubereum.

Jalur Barubereum

Jalur Barubereum dapat dicapai melalui daerah Jatinangor. Di sana pendaki dapat menuju arah Unpad, lalu mengambil arah Bumi Perkemahan Kiarapayung, tapi terus lagi hingga sampai di desa Barubereum.

Saat tiba di Barubereum ada deretan warung makan dan untuk jalur pendakian sendiri mengikuti jalur berbatu ke kiri, sedangkan ke kanan yang melewati barisan warung adalah jalur menuju tempat perkemahan.

Jalur ini diawali dengan melewati aliran sungai kecil, kemudian dilanjutkan dengan kebun jeruk nipis penduduk. Dari awal pendakian sampai puncak, jalur ini terbilang terjal dan jarang menemui jalan datar.

Baca Juga:  Pandemik Covid-19, PTM Harus Tingkatkan Daya Saing UMKM, Seperti Egg Roll G-lis 144

Kondisi fisik jalur pendakian dimulai dengan tanjakan tanah liat diselingi tanjakan berbatu. Keseluruhannya sangat licin dan merupakan jalur air. Oleh karena itu, sangat tidak direkomendasikan bagi siapa pun untuk melakukan pendakian pada musim hujan.

Jalur pendakian gunung ini tidak dilengkapi dengan pos/shelter karena jarak dan waktu tempuh yang cukup singkat, yakni hanya dua jam jalan normal. Untuk lokasi membangun tenda hanya bisa dilakukan di Puncak Bayangan dan Puncak Manglayang.

Jalur yang jelas ini akan berpisah di persimpangan, trek vertikal ke kiri adalah arah menuju Puncak Bayangan dan trek landai ke kanan adalah menuju Puncak Manglayang.

Untuk membangun tenda sangat direkomendasikan di Puncak Bayangan, meski tempatnya tidak luas, hanya berkapasitas empat hingga lima tenda saja. Namun, pemandangannya sangat terbuka, serupa seperti berada di Puncak Gunung Cikuray.

Titik air di gunung ini hanya ada di sungai kecil saat awal pendakian, selebihnya tidak ditemukan sumber air. Sepanjang jalur hutan tropis tidak begitu lebat menjadi santapan yang cukup melindungi pendaki dari panasnya sinar matahari.

Baca Juga:  Resep dan Cara Membuat Ulen, Makanan Khas Sunda Legendaris

Ada juga yang merekomendasikan pendakian pada malam hari. Alasannya selain tidak panas kita juga dimudahkan dengan tidak melihat langsung terjalnya jalur pendakian.

Turun dari gunung ini juga tidak bisa dibilang mudah karena jalur yang kecil dan licin sangat memperlambat mobilitas.

Satu hal yang penting dari gunung ini adalah ketika malam hari yang cerah, karena tidak begitu tinggi, lampu-lampu kota Bandung terlihat begitu jelas dari Puncak Bayangan. Sementara di Puncak Manglayang tidak dapat melihat apa pun selain rimbunnya hutan dan 1 kuburan.

Adapun untuk jalur pendakian melalui Batu Kuda bisa ditempuh dalam jarak 1,5 jam. Pendakian dilakukan dengan jalan santai dan istirahat sejenak untuk mengambil napas dan minum beberapa teguk air. Jalur pendakian melalui Baru Kuda masih lebih bersahabat dibandingkan dengan jalur pendakian melalui Barubeureum.

Naik ke gunung mana pun, jangan pernah lupakan persiapan dan perbekalan agar saat di puncak gunung, para pendaki tidak mengalami kekurangan apa pun. Jangan pernah terpisah dari rombongan kalau kamu baru pertama kali naik gunung ya. Itu bahaya.

_________________________________

Sumber: Wikipedia

Editor: Feri A

PMB Uhamka