BANDUNGMU.COM, Subang – Kalau Anda berkunjung ke Subang, Jawa Barat, rasanya tidak akan lengkap tanpa mencicipi nanas Subang terkenal manis yang bernama si madu. Rasa manisnya yang khas dan tidak meninggalkan rasa kecut di lidah membuat nanas ini terkenal di seluruh Indonesia.
Nanas merupakan salah satu produk unggulan Subang. Setiap tahun, Subang menghasilkan sekitar 59.000 ton nanas, dengan pusat produksinya di Kecamatan Jalancagak. Namun, tidak semua nanas yang dihasilkan adalah nanas si madu. Jenis nanas ini terkenal karena berair banyak, manis, tanpa rasa getir, dan tidak menyebabkan gatal di kerongkongan.
Buah nanas si madu yang memiliki berat antara 3 hingga 3,5 kilogram ini istimewa karena tidak mudah ditemukan. Seperti kelapa kopyor yang hanya ada satu atau dua dalam rimbunan kelapa, nanas si madu mungkin hanya ditemukan satu atau dua butir dalam satu kuintal nanas. Oleh karena itu, sulit untuk menemukannya di deretan kios penjual nanas sepanjang jalan di Kecamatan Jalancagak.
Nanas jenis cv Smooth Cayenne, yang berukuran besar dengan berat antara 1,5 – 5 kg (rata-rata 2,3 kg), memiliki bentuk lonjong atau silindris dengan kulit berwarna hijau kekuningan dan mata yang datar. Daging buahnya berwarna kuning pucat hingga kuning dengan rasa manis asam, rendah serat, berair, dan memiliki aroma khas. Nanas jenis ini sangat baik sebagai bahan olahan seperti selai, jus, nanas kaleng, dan lainnya.
Kecamatan Jalancagak adalah sentra utama pengembangan nanas di Subang dengan luas area 2.608 Ha, sekitar 80% dari total pengembangan seluas 3.253 hektare Desa Bunihayu, Kumpay, Curugrendeng, Tambakan, Tambak Mekar, dan Cimanglid adalah daerah dengan luas penanaman nanas terbesar.
Budi daya nanas di Subang dilakukan secara sederhana di pekarangan rumah dan tegalan dengan input teknologi yang terbatas sehingga produktivitasnya berkisar antara 20 hingga 35 ton per hektare. Dengan teknologi budi daya yang lebih baik, produktivitas nanas Subang bisa meningkat hingga 50-60 ton per hektare.
Sebagian besar tanaman nanas yang diusahakan berumur lebih dari sepuluh tahun. Agar produktivitas dan kualitas terjamin, perlu dilakukan pembongkaran tanaman lama dan menggantinya dengan tanaman baru. Beberapa petani yang memiliki modal telah melakukan budidaya intensif dan memegang posisi kuat dalam pemasaran.
Masa panen nanas di Kabupaten Subang berlangsung sepanjang tahun, dengan panen raya pada Oktober hingga Januari, dan produksi rata-rata 20-35 ton per hektare. Panen sepanjang tahun dapat dilakukan berkat pengaturan pola tanam dan pembungaan dengan ethrel. Sentra utama pengembangan nanas di Kabupaten Subang tersebar di lima kecamatan: Sagalaherang, Jalancagak, Cisalak, Tanjungsiang, dan Cijambe. Selain itu, nanas juga dikembangkan di Kecamatan Cibogo, Pagaden, Purwadadi, Patokbeusi, Binong, Compreng, dan Subang.
Agroindustri nanas skala kecil mengolah nanas menjadi berbagai produk seperti dodol, manisan, keripik, dan jus, yang dipasarkan untuk masyarakat menengah ke bawah di beberapa kota tertentu. Namun, karena terbatasnya teknologi dan modal, industri rumah tangga ini belum dapat berkembang dengan cepat dan memerlukan bimbingan dari pemerintah dalam pengembangan teknologi, kesiapan sumber daya manusia, manajemen usaha, modal usaha, dan pemasaran.
Cara membedakan si madu dan bukan
Menurut sebagian orang, nanas si madu biasanya memiliki ciri fisik berukuran lebih besar dan mata kulit nanas yang besar-besar. Namun, ada juga yang berpendapat bahwa ciri fisik nanas si madu sebenarnya tidak dapat dipastikan. Cara paling efektif untuk menentukan nanas si madu adalah dengan menyentil kulit buah nanas. Jika suara sentilannya nyaring seperti suara menyentil telapak tangan, hampir dipastikan itu adalah nanas si madu.
Para petani nanas di sentra produksi nanas seperti di Jalancagak, Ciater, Kasomalang, dan Sagalaherang telah mencoba berbagai cara untuk mendapatkan lebih banyak nanas si madu. Namun, hingga kini belum berhasil menemukan cara yang efektif.***